Sebuah
pertanyaan yang termasuk paling sering muncul kepada kami adalah,
“Bagaimana keseharian Yudhis/Tata/Duta? Bagaimana jadwalnya? Boleh nggak
lihat jadwal keseharian mereka?”
Pertanyaan ini agak sulit dijawab karena terus terang jadwal
anak-anak berevolusi sesuai dengan usia & perkembangan mereka, juga
kondisi keseharian yang sedang “in” dalam kehidupan kami.
Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku mau membuat disclaimer dulu
bahwa apa yang akan aku bagi ini adalah apa yang “bekerja” untuk
keluarga kami. Kondisi ini belum tentu cocok untuk keluarga orang lain.
Jadi, silakan ditimbang dan jika Anda suka, diadaptasi sesuai kondisi
keluarga Anda.
Bagi teman-teman yang baru mengenal homeschooling, dalam
homeschooling ada banyak metode, mulai dari metode yang sangat
terstruktur (School at Home) sampai metode yang tidak
terstruktur (Unschooling). Praktek homeschooling di dalam keluarga kami
berada di antara kedua metode tersebut. Spiritnya dekat dengan
unschooling, tetapi kami juga membangun pola keseharian untuk membantu
anak-anak menstrukturkan pola kegiatannya.
Nah, salah satu implementasi dari model yang kami gunakan adalah
menggunakan menu. Model ini sebenarnya sudah kami terapkan sejak tahun
2010. Walau secara prinsip masih kurang-lebih sama, tetapi teknisnya
berkembang terus menyesuaikan pertumbuhan anak-anak.
Prinsip Dasar
Secara prinsip model menu ini dimulai dari sebuah kesepakatan antara
orangtua dan anak materi/proyek/pelajaran apa yang akan dilakukan dalam
sebuah batasan waktu. Perjanjian bisa dibuat di awal bulan atau awal
minggu. Jika anak masih berganti-ganti keinginan maka menu bisa dibuat
per minggu.
Kunci sukses dari pembuatan jadwal ini adalah konsistensi &
tanggung jawab pada anak sebagai pelaksana maupun orangtua sebagai
pembimbing. Oleh karena itu, penting untuk membuat jadwal yang sederhana
tapi bisa dilakukan anak daripada membuat jadwal yang padat dan
kelihatan keren, tapi sulit untuk dijalankan anak-anak dan justru
membuat mereka menjadi stress.
Jadwal ini kami sebut menu karena bentuknya memang seperti menu,
seperti daftar makanan yang bisa mereka santap hari ini tapi mereka
boleh memilih urutan yang mereka santap. Anak-anak belajar menentukan
sendiri proses belajar mereka setiap hari.
Dengan model seperti ini, anak-anak belajar mengatur waktu mereka
sendiri. Jika mereka mau berkegiatan keluar rumah, berarti mereka harus
ngebut melahap menu kegiatan belajar mereka di pagi hari supaya siangnya
bebas. Atau, jika pagi hari ada kegiatan di luar menu berarti mereka
harus menyelesaikan menu kegiatan mereka di sore hingga malam hari.
Saat membuat menu kegiatan belajar, kami membagi dua bagian. Ada
materi pilihan kami (yang sifatnya wajib tapi jumlahnya sedikit). Ada
materi yang ditentukan oleh anak-anak sendiri. Biasanya kami berdiskusi
membahas materi untuk seminggu, setelah itu anak-anak menuliskan dalam
catatannya masing-masing menjadi kegiatan per bulan.
Teknis Harian
Kami menjadikan momen sarapan sebagai “bel sekolah”. Sambil sarapan
kami berdiskusi tentang apa yang menjadi rencana mereka hari ini. Tentu
saja berakar dari jadwal yang sudah disepakati. Keberadaan perbincangan
saat sarapan menjadi penguatan & membantu anak-anak untuk lebih
fokus memulai harinya.
Setelah sarapan mereka mulai mengambil materi dari menu mereka. Makan
siang menjadi check point kegiatan belajar. Kami bertanya sudah sampai
mana kegiatannya, apakah ada kesulitan dll. Makan malam juga menjadi
check point terakhir untuk melihat apa yang berhasil, apa yang menjadi
kendala, apakah ada kegiatan yang mau ditunda besok karena ternyata
waktunya tidak cukup, dll. Intinya kami mengobrol dan mengobrol,
membicarakan apa-apa yang mereka lakukan di hari itu.
Bentuk Jadwal
Nah ini yang menarik. Ternyata dalam perkembangannya bentuk jadwal
harian Yudhis-Tata memilih bentuk jadwal yang sesuai dengan
kesukaan mereka. Yudhis yang mulai remaja, merasa jadwalnya bisa lebih
praktis kalau dia jadikan checklist dalam bentuk aplikasi komputer yang
selalu muncul mengingatkannya. Saat ini Yudhis nyaman dengan aplikasi Wunderlist, sebuah aplikasi “online to do list” yang dengan mudah bisa dibagi denganku untuk melaporkan perkembangannya.
Sementara Tata, yang sedang suka dengan diary dan gambar-gambar di kertas memilih buku harian sebagai bentuk jadwalnya. Kebetulan Tata mendapat buku jadwal yang bagus sekali waktu tukar kado di FESPER. Buku itulah yang kini menjadi buku jadwal harian Tata. Tata menaruh buku checklist-nya di meja belajarnya. Kata Tata, itu supaya jadwalnya selalu terlihat dan mudah mengingatkannya.
Yang aku takjub adalah Duta. Melihat kakak-kakaknya mempunyai jadwal
kegiatan harian, Duta tak mau berbeda. Dia juga minta jadwal kegiatan
hariannya. Setiap pagi dia melihat jadwal dan jika sudah selesai dia
akan melaporkan dengan bahagia prestasinya itu.
Duta memakai bentuk jadwal konvensional (sebagaimana Yudhis-Tata dulu
waktu kecil). Dibandingkan kakak-kakaknya, ternyata dia paling “patuh”
dengan jadwalnya. Dia selalu mengecek apa jadwal yang harus
dikerjakannya setiap saat.
Kelihatannya Duta adalah tipe anak yang suka jadwal dan berkomitmen
dengan kesepakatan yang sudah dibuat. Saat kami sepakat bahwa jadwal
bermain iPad untuk Duta pada hari Rabu, Sabtu, dan Minggu; Duta bisa
menahan diri untuk tidak bermain iPad di hari lain. Tetapi, dia juga
sangat menuntut untuk bermain iPad di hari-hari yang memang menjadi
haknya.
Untuk Duta kami memberi gambar “STAR” setiap dia selesai
menyelesaikan satu jadwal yang ada di menu. Tapi tanda bintang ini
sebenarnya tak berlaku apa-apa, maksudnya bukan kemudian dikumpulkan dan
diberi hadiah. Betul-betul hanya diberi tanda bintang saja sudah
membuat Duta sangat senang menyelesaikan menu-menu kegiatannya.
Proses yang kami jalani bersama Duta, awalnya kami melakukan
ngobrol bersama. Sebenarnya kami lebih banyak yang mengarahkan, tetapi
kami menggunakan model bertanya dan meminta persetujuan Duta. Proses
mengobrol itu kami lakukan sambil menulis di whiteboard plastik yang
ditempel di dinding (Dry Erase Sheet). Sambil mengobrol dengan Duta,
kami mencatat “kesepakatan” jadwal Duta.
Jadwal Duta ini lebih banyak bermain dan betul-betul menyesuaikan
dengan kondisinya. Bulan lalu ada kegiatan IXL, tapi di bulan ini kami
meniadakan karena materi-materinya sudah terlalu sulit buat Duta (Duta
sudah berhasil menyelesaikan matematika TK). Bulan ini, Duta belajar
lagi Reading Eggs sejak awal setelah sempat beristirahat beberapa
bulan.
Dan ini hasil jadwal jadi selama satu bulan untuk Duta. Bisa dilihat Duta cukup bahagia dengan aneka “bintang” yang didapatnya walau tak ada janji apapun dari kami untuk semua bintang yang dikumpulkannya. Selama ini Duta pun tidak pernah menagih bintangnya mau dijadikan apa. Jadi aku rasa Duta sudah cukup senang kalau melihat jadwalnya diberi tanda bintang.
Kenapa kami tetap memakai jadwal print tidak di dry erase sheet/white
board saja? Untuk dokumentasi. Dari kumpulan jadwal yang sudah di print
aku jadi bisa mempelajari perkembangan belajar Duta.
Sekali lagi, proses membuat jadwal homeschooling ini tarik ulur. Jika
kami lihat hari anak-anak sudah mulai monoton kami biasanya akan
membebaskan mereka dari jadwal untuk beberapa waktu sebelum akhirnya
kembali berjadwal lagi. Yang penting untuk kami anak-anak bisa melalui
hari-hari mereka dengan optimal, dan anak-anak semakin hari semakin
pandai mengatur waktunya. http://rumahinspirasi.com/membuat-jadwal-homeschooling/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar