Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

10 Kriteria Sekolah Berkualitas untuk Anak



Yakinkah Anda akan kualitas sekolah anak sekarang? Berikut 10 kriteria yang menandakan kualitas suatu sekolah:
1. Anak menghabiskan sebagian besar waktu di sekolah untuk bermain dengan permainan yang ada di sekolah, atau dengan anak lain.
2. Anak punya akses ke berbagai aktivitas di sekolah setiap hari; seperti main di halaman, perpustakaan, laboratorium komputer, dan lain-lain.
3. Guru bisa menangani anak secara individual, dalam kelompok kecil maupun kelompok besar dari waktu ke waktu.
4. Ruang kelas dihiasi dengan hasil karya asli buatan anak; baik berupa gambar, kerajinan tangan, ataupun tulisan.
5. Anak belajar angka dan huruf sesuai konteks kehidupan mereka sehari-hari dan tidak dipaksakan.
6. Anak punya wkatu panjang (minimal satu jam) untuk mngerjakan suatu tugas, termasuk bermain dan mengeksplorasi sesuatu.
7. Anak punya kesempatan untuk main di luar kelas setiap hari. Sekolah tidak pernah meniadakan waktu bermain di luar ini untuk menyelesaikan tugas di dalam kelas.
8. Guru membacakan cerita untuk anak setiap hari.
9. Kurikulum sekolah fleksibel, bisa memenuhi kebutuhan anak yang proses belajarnya lebih cepat dari anak lain, maupun anak yang lambat dan butuh bantuan ekstra.
10. Baik anak maupun orangtua bersemangat pergi ke sekolah dan merasa kehilangan ketika liburan terlalu panjang. (Penulis: Cheryl Pricilla Bensa/foto: dok. Feminagroup)
Pilih Sekolah Anak Sesuai Metode Pengajaran

Ada banyak cara untuk membentuk dan mengembangkan karakter anak di sekolah. Tak heran jika setiap sekolah (tak hanya di jenjang SD, tapi bahkan sejak prasekolah dan TK!) punya cara yang berbeda-beda (yang tentu saja dianggap terbaik) dalam mendidik anak.

Perbedaan inilah yang menjadi ‘nilai jual’ masing-masing sekolah, sekaligus sumber kepusingan orang tua. Ada sekolah yang full bahasa Indonesia, bilingual, bahkan tiga bahasa—itu baru dari aspek bahasa.

Kemudian ada pula yang menyebutkan sebagai sekolah national plus, internasional, atau sekolah alam. Dari sisi kurikulum, ada sekolah yang mengacu pada kurikulum  Montessori, pendidikan karakter, pendekatan multiple intelligences, atau active learning.

Tak usah bingung, Ma. Meski tak semua istilah-istilah itu akrab di telinga Anda, Anda selalu bisa bertanya langsung kepada pihak sekolah mengenai program pendidikan mereka. Misalnya, apa kurikulum atau metode pengajaran yang digunakan? Apa contoh kegiatannya? Dengan cara apa anak dibimbing? Tanya sedetil mungkin sampai Anda benar-benar paham dan mengerti. Karena bisa jadi, ada sekolah yang memiliki cara pengajaran yang sama meski kurikulum yang digunakan berbeda.

Apapun metode pembelajaran yang diterapkan di prasekolah pilihan Anda, pastikan metode tersebut sesuai dan sejalan dengan cara Anda dan keluarga mendidik anak di rumah, ya, Ma.

Salah seorang mama, Henny Santika, dari Bogor, bercerita "Awalnya saya berjanji pada diri sendiri tidak mau memasukkan anak ke sekolah berkurikulum internasional, yang metode pengajarannya mengacu pada sistem di luar negeri dan seratus persen menggunakan bahasa Inggris. Alasannya, selain masalah biaya, saya melihat kebanyakan anak-anak yang bersekolah di sekolah jenis itu memiliki sifat individualisme yang tinggi. Selain itu, saya juga berpikir bagaimana kalau di tengah jalan tiba-tiba kami tak lagi mampu membiayai anak di sekolah tersebut? Perpindahan dari kurikulum international ke kurikulum nasional pasti akan sulit, baik dalam hal penyamaan nilai maupun bagi anak untuk beradaptasi."

"Namun, belakangan saya menyadari bahwa telah terjadi pergeseran dari kualitas sumber daya manusia yang akan dibutuhkan di masa depan. Kelak, dunia kerja lebih membutuhkan orang-orang yang kreatif, inovatif, percaya diri, dan memiliki kemampuan praktikal. Dan kemampuan-kemampuan seperti itu memang akan lebih banyak didapat di sekolah bertaraf internasional.” (http://www.parenting.co.id/article/usia.sekolah/pilih.sekolah.anak.sesuai.metode.pengajaran/001/004/582)
10 Sikap Hidup Bahagia

1. Lepaskanlah Rasa Kuatir & Ketakutan.
Ketakutan & kekuatiran hanyalah imajinasi pikiran akan suatu kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi, kebanyakan hal-hal yang Anda kuatirkan & takutkan tak pernah terjadi! It’s all only in mind.

2. Buanglah Dendam.
Dendam & Amarah yg disimpan hanya akan menyedot energi diri Anda & hanya mendatangkan KELELAHAN JIWA, BUANGLAH!!

3. Berhentilah Mengeluh.
Mengeluh berarti selalu tak menerima apa yang ada saat ini, secara tak sadar Anda membawa-bawa beban negatif.

4. Bila Ada Masalah, Selesaikan Satu Persatu.
Hanya inilah cara menangani setiap persoalan satu demi satu.

5. Tidurlah dengan Nyenyak.
Semua masalah tak perlu dibawa tidur. Hal tersebut buruk & tak sehat, biasakanlah tidur dengan nyaman.

6. Jauhi Urusan Orang Lain.
Biarkan masalah orang lain menjadi urusan mereka sendiri. Mereka memiliki cara sendiri untukmenangani setiap masalahnya.

7. Hiduplah Pada Saat ini, Bukan Masa Lalu.
Nikmati masa lalu sebagai kenangan, Jangan tergantung padanya. Konsentrasilah hidupmu pada kejadian saat ini, karena apa yg Anda miliki adalah saat ini, bukan kemarin, bukan besok. “Be totally present”

8. Jadilah Pendengar Yang Baik.
Saat menjadi pendengar, Anda belajar & mendapatkan ide-ide baru berbeda dari org lain.

9. Berpikirlah Positif.
Rasa frustasi datang dari pikiran negatif. Kembalilah berpikir positif. Bertemanlah dgn orang2x yg berpikiran positif & terlibatlah dengan kegiatan positif.

10. Bersyukurlah.
Bersyukurlah atas hal-hal kecil yang akan membawa Anda pada hal-hal besar

semoga bermanfaat

follow us on twitter: @penakarakter

12 Cara Mendidik Anak Santun



1. Mulai sejak Dini
Mulai Kapan? umur 1-2 tahun sudah bisa dan mulai dibiasakan.

2. Berikan Contoh Yang Benar
bukan contoh yang baik saja, tetapi contoh yang benar dan konsisten mutlak dibutuhkan anak agar kelak dia menjadi mahkota orangtua.

3. Biasakan “Tolong, Terima Kasih dan Maaf”
ingin menciptakan dunia yang jauh lebih baik? mulailah mendidik dan memberikan contoh serta membiasakan anak dari kecil terbiasa dengan hal ini.

4. Bermain Role Play
misal main dokter-dokteran, "permisi pak dokter, selamat malam pak dokter, terima kasih pak dokter, dan sebagainya"

5. Ulangi dan Ulangi
gunakan tehnik "iklan di televisi" selalu mengulang dan kita semua mengingat produk yang ditawarkan. ulangi dengan gembira dan happy bukan paksaan, jadilah kreativ.

6. Melalui cerita dan Dongeng
saat menjelang tidur, ceritakan dan masukan nilai sopan santun kepada anak, tambahakan dengan imajinasi anda sendiri " Aladin berkata apa setelah diberi makan ?... Terima kasih"

7. Hindari menjadikannya bahan lelucon
Jika perilakunya sudah terbentuk, jangan dijadikan lelucon " jiaahhh, sekarang pake permisi..., culun banget sih pake pamitan ya"

8. Sabar dan beri waktu untuk terjadi
pada proses yang lebih berat, dan pada beberapa anak berikan waktu untuk menunjukan perilaku ini, ini adalah pembiasaan. Jika belum biasa tunggu dengan sabar dan tidak perlu emosi, agar dibenaknya tidak terbentuk sopan santun itu proses belajar yang menyakitkan.

9. Perhatian
Perhatikan proses yang terjadi dari hari, minggu bulan. dan berikan respon di perilakunya.

10. Beri pujian yang tepat
Pujian yang tepat dan secukupnya, nanti anak bisa berlaku sopan hanya cari pujian jika tidak ada pujian dia tidak berlaku sopan.

11. Kenalkan dengan Agama
Jelas agama juga mengajarkan hal-hal yang baik dan menumbuhkan kedewasaan.

12. Peluk dalam Doa
Doakan anak agar menjadi anak yang bertumbuh baik. Doa orangtua adalah bentuk "keyakinan" terhadap anak, kelak seperti apa anaknya jika dewasa.

Semoga bermanfaat dan Berbagilah untuk Manfaat Terbaik

dapatkan E book GRATIS di website kami pendidikankarakter.com
Follow us on Twitter: @penakarakter

Belajar Mandiri: dari mana mulai?

Dari mana mulai mengajarkan belajar mandiri? Apa yang bisa dilakukan agar anak bisa menjadi pembelajar mandiri?
Dalam hal ketrampilan, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah membangun ketrampilan untuk menceritakan ulang. Orangtua terbiasa memberikan perhatian pada hal-hal yang dilakukan anak-anak dan terbiasa bertanya. Proses ini disukai anak-anak karena mereka menikmati perhatian dari orangtuanya. Pada saat bersamaan, mereka sebenarnya sedang belajar banyak hal, mulai konsentrasi, perhatian, mengingat, membangun logika, dan berkomunikasi.

**
Dalam pengalaman keluarga kami, kegiatan yang terlihat sepele ini kami coba lakukan dengan sadar dan sungguh-sungguh. Begitu anak mulai bisa berkomunikasi, kami berusaha menjalin komunikasi dengan mereka dengan memperbesar ruang bagi mereka untuk bercerita/berpendapat. Kami berusaha untuk sering bertanya kepada anak-anak mengenai apa yang mereka tonton atau kegiatan yang baru mereka lakukan.
Setelah mereka sudah bisa membaca dan mulai suka membaca, kami berusaha untuk sering bertanya tentang apa yang mereka baca. Sambil bertanya, kami juga berusaha memberikan feedbacak dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan untuk memperdalam cerita mereka.
Untuk mengajarkan anak-anak kemampuan menceritakan ulang, kami bahkan secara khusus melakukan program membaca dan menceritakan ulang. Anak-anak kami minta memilih salah satu judul berita/artikel dari Koran Anak-anak untuk dibaca. Kemudian kami minta mereka untuk menceritakan apa yang baru saja mereka baca. Kegiatan ini kami lakukan secara rutin, hampir setiap hari, dalam jangka waktu yang cukup lama.
**
Beberapa tahun setelah kegiatan semacam itu menjadi bagian keseharian kami, tapi tak lagi dilakukan secara rutin, kami mulai merasakan manfaatnya. Anak-anak terbiasa membaca dan mengambil kesimpulan, bukan pasif minta diajari. Mereka juga terbiasa menceritakan ulang dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang baru saja mereka baca.
Satu hal yang cukup mengejutkan bagi kami, saat ini Yudhis (9) sudah mulai bisa dilepas untuk membaca buku pelajaran sendiri. Dia membaca satu bagian buku dan dia bisa menceritakan ulang materi yang baru dibacanya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Kalau ada materi yang belum dimengertinya, dia memilih untuk datang kepada kami dan bertanya, sebelum menyelesaikan materi yang dibacanya.
Beberapa materi seperti Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum sudah relatif bisa dilepas dengan metode ini. Sementara materi yang padat teks dan agak teoritis seperti IPS dan PKN belum sepenuhnya bisa.
Dengan proses yang berjalan hingga saat ini, kami semakin yakin bahwa proses mengajar (seperti di sekolah) itu sebenarnya bisa diminimalkan. Ternyata anak bisa diajarkan untuk mandiri sejak kecil. Dan ketika anak semakin mandiri dalam belajar, peran terbesar orangtua dalam homeschooling sebenarnya bukanlah menjadi guru/pengajar, tetapi lebih pada peran sebagai fasilitator dan dinamisator untuk proses belajar yang mereka jalani.
www.rumahinspirasi

Penyesalan Orang Tua

Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not to be the best?,'' begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, "Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?" Dengan sigap Dewi menjawab, "Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna". "Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !" begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.

Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. "Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda". Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.

Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ''memahami'' orangtuanya.

Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya , Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya," Bunda aku ingin mandi sama bunda...please...please bunda", pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.

Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku !" Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja...?" kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.

Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, "Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency".

Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi sayang... terlambat sudah...Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.

Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata "Ini Bunda Nak...., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya...sayang....! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak.." . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, "Inikan sudah takdir, ya kan..!" Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?". Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.

Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.

Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, "Inilah konsekuensi sebuah pilihan!" lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. "Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak...? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.

Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris "Bangunlah Bayu sayaaangku....Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak.....?!?" pintanya berulang-ulang, "Bunda mau mandikan kamu sayang.... Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak.... Sekali ini saja, Bayu.. anakku...?" Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.

Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini...tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna.

Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukann.
http://www.ayahedy.tk/2013/12/cd-kisah-inspirasi-parenting-ayah-edy.html
 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.