Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

SEMAKIN TINGGI SEKOLAHNYA NAMUN MENGAPA TIDAK SEMAKIN TINGGI AKHLAK DAN PRILAKUNYA ?


Zaman dulu apa bila seseorang dikatakan ia adalah orang yang BERPENDIDIKAN TINGGI sudah bisa di zamin karakter dan etika prilaku moralnya akan baik tapi bagaimana dengan zaman sekarang ?
Sebuah komentar menarik dari artikel tentang Uji Kompetensi Calistung untuk masuk SEKOLAH DASAR.
Sekolah menguji hal-hal yang tidak di butuhkan anak bagi kehidupan dan lupa menguji hal-hal yang secara nyata dibutuhkan bagi kehidupan seorang anak yakni Ahlak yang baik.
Hal yang nyata di butuhkan seorang anak di kehidupan:
Akhlak :
semisal (mau membuang sampah pada tempat nya, antri tertib, sayang orang tua
bisa merawat barang milik nya dan milik bersama,
Budi Pekerti/ ( Kesopanan / Tata Krama,
Kepedulian, Empati )misalnya: tdk berbuat kasar ato berkata kasar
(mau menggunakan kata2 magic words sprt: MAAF, TERIMA KASIH, TOLONG, BOLEH KAH SAYA..........)
mau menghargai perbedaan, mau menaati peraturan yg berlaku,
UJI KEMANDIRIAN misalnya: ( bisa ganti baju sendiri, Bisa makan sendiri, tdk pipis sembarangan. bisa ke kmr kecil sendiri,
memahami pola hidup bersih, mau merapikan buku, mainan dan tempat tidur nya sendiri. dsb.
Saya rasa kemampuan2 dasar seperti ini mjdi hal yg wajib dan utama unt di pahami dan diterapkan dalam kehidupan anak2 sejak dini, terkait kebutuhan mereka sbg makhluk sosial dan individu.
Unlike · Reply · 11 · 6 hours ago · Edited
by Wida Lestari
edited by AE
sementara yang di ajarkan di sekolah:
1. Matematika berikut soal dan rumus yang njelimet untuk anak sementara anak tidak paham untuk apa gunanya dan kapan ia menggunakan ini semua dalam hidupnya.
2. PPKN berikut upacara yang maknanya tidak pernah di bahas melainkan harus di hapalkan. Sperti tugas lurah, tugas camat dsb.
3. Bahasa Indonesia yang setiap hari sudah menjadi bahasa sehari-hari dan bukan aplikasi berbahasa yang santun dan bukan kata2 yang kotor dan kasar.
4. Sejarah, menghapal nama-nama dan tahun kejadian dan bukan hikmah pelajaran dari sejarah agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
5. dan seterusnya.
Ayah Edy Parenting

Kontribusi ayah dalam pengasuhan anak

Anak bukan hanya urusan ibu. Ayah pun berhak dan memiliki tanggung jawab dalam proses pengasuhan anak.
Pandangan yang menyatakan bahwa tugas ayah adalah bekerja dan mencari nafkah, sementara tugas ibu adalah mengasuh anak hanya separoh benar. Dalam proses parenting, kehadiran Ayah sama pentingnya dengan kehadiran Ibu dan masing-masing berperan penting dalam proses tumbuh-kembang anak.
Apa yang bisa dikontribusikan ayah dalam proses parenting? Banyak sekali…
(c) wallcoo.com
(c) wallcoo.com
Berikut ini diantaranya peran dan kontribusi ayah dalam perkembangan anak:

Peran Ayah & Perkembangan sosial-emosional

  • Keterlibatan ayah sejak dini pada masa-masa penting perkembangan anak adalah sumber keamanan emosional bagi anak. Perlakuan ayah yang penuh cinta pada bayi sangat berkontribusi pada rasa aman pada anak. (Rosenberg & Wilcox, 2006).
  • Ketika ayah mengenali respon emosi anak dan membantu mereka menyelesaikannya dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem-solving approach), anak-anak akan memiliki nilai tes Kecerdasan Emosi (EQ) yang tinggi  (Civitas, 2001)
  • Ayah yang mengisi waktu berkualitas bersama anak meningkatkan kenyamanan-diri, kepercayaan diri, kompetensi sosial dan keterampilan sosial anak (Amato, 1994)
  • Anak yang memiliki hubungan dekat bersama ayahnya memiliki kenyamanan-diri (self-esteem) yang lebih tinggi dan memiliki kecenderungan lebih sedikit merasa depresi (Dubowitz et al, 2001)
  • Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak-anak sebelum usia 7 dapat memberikan perlindungan psikologis terhadap ketidakmampuan menyesuaikan diri ketika mereka menjalani masa remaja (Flouri & Buchanan, 2002).

Peran Ayah & Perkembangan Kecerdasan Anak

  • Sejumlah studi menunjukkan bahwa ayah yang terlibat, mengasuh, dan bercanda dengan bayi-bayi mereka memiliki anak-anak dengan IQ yang lebih tinggi, serta kapasitas bahasa dan kognitif yang lebih baik (Pruett, 2000)
  • Pengasuhan ayah lebih cenderung mempromosikan kemandirian dan eksplorasi anak mereka dunia luar daripada ibu (Rosenberg & Wilcox, 2006).
  • Ayah lebih sering menemukan cara-cara baru dan tak terduga untuk bermain dengan mainan akrab, yang memperluas cakrawala kreatif anak mereka (Ladd, 2000).

Peran Ayah & Perkembangan Motorik Anak

  • Bayi enam bulan yang memiliki ayah yang terlibat dalam pengasuhannya memiliki nilai lebih baik dalam perkembangan motoriknya (Gestwicki, 2010).
  • Ayah memiliki kecenderungan melakukan permainan one-on-one, keras dan “kasar” yang dapat mendukung perkembangan motorik anak dan memberikan kesempatan pada anak mengeksplorasi hal-hal yang bisa dilakukan tubuh mereka dan membantu mereka mengatur emosi saat terlibat dalam interaksi fisik impulsif (Rosenberg & Wilcox, 2006).
Sumber: http://www.parentsasteachers.org/

RAHASIA KEJENIUSAN IMAM BUKHARI


Tak perlu memperkenalkan lagi tokoh fenomenal ini. Bahkan tak berlebihan jika kita katakan bahwa Allah tampakkan kebesaranNya dengan kejeniusan Al Imam Al Bukhari rahimahullah. Dikisahkan bahwa sekelompok ahli hadits menguji Al-Imam dengan cara mengacak 100 matan dan sanad hadits. Kemudian beliau ditanya, "Apakah engkau tahu hadits ini?" Maka beliau rahimahullah menjawab, "Saya tidak tahu hadits ini!" Maksudnya beliau tidak mengetahui matan hadits tersebut dengan sanad yang disebutkan penguji. Demikian seterusnya beliau ditanya selalu menjawab tidak tahu. Akhirnya beliau tahu bahwa sanad dan matan hadits tersebut sengaja diacak. Kemudian beliau menyusun kembali sanad dan matan tersebut dengan benar tanpa ada satupun kesalahan!
Dikisahkan pula bahwa apabila beliau mendengar satu perkataan yang tidak beliau pahami, maka beliau bisa mengulangi perkataan tersebut tanpa ada kekeliruan.
Hal-hal di atas adalah beberapa contoh kejeniusan Al-Imam Bukhari dan kuatnya hafalan beliau. Rahmatullah 'alaihi rohmatan wasi'atan.
Salah satu rahasianya adalah sangat berhati-hatinya orang tua Al-Imam dalam menafkahi anaknya. Inilah pentingnya mempelajari fikih Jual Beli sehingga kaum muslimin dapat menjauhkan diri dari harta haram. Sebagaimana harta halal akan berdampak baik kepada karakter anak maka harta harampun akan berdampak buruk kepada karakter anak. Nas'alullah as Salamah wa Al 'afiyah. Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina Imama
Fully inspired by Dr. Erwandi's lecture this very morning.
...great teachers inspire...
Yayasan Al Hanif Cilegon, Banten. Pendidikan, Dakwah & Sosial

AKHLAK IMAM NAWAWI TERHADAP GURUNYA

 
Diantara kita pasti mengenal Imam Nawawi, apalagi dari kalangan santri (tholabul ilmi) karena banyak sekali karya beliau, bagaimana adab beliau terhadap gurunya?
IMAM AS SUYUTHI menyampaikan mengenai Imam An Nawawi,
” Beliau mempelajari fiqih dari guru beliau Ishaq Al Maghribi.
Dan beliau sangat menjaga adab kepadanya, dimana beliau mengisi bak air dan membawanya kepada guru untuk bersuci.”
(Tuhfah At Thalibin, hal. 56)
Sedangkan Syeikh Abdul Wahab Asy Sya’rani menyampaikan,”Telah sampai kepada kami berita bahwa Imam An Nawawi suatu saat diundang oleh guru beliau Kamal Al Irbili untuk menyantap makanan bersama beliau.
Imam An Nawawi pun menyampaikan,”Wahai tuanku, saya minta maaf, sesungguhnya saya berudzur syar’i dalam hal itu.” Dan beliau pun batal mendatangi undangan tersebut.
Sejumlah sahabat beliau pun bertanya mengenai udzur tersebut, Imam An Nawawi pun menyampaikan,
”Aku takut jika guruku telah terlebih dahulu melihat sesuap makanan yang hendak beliau makan, sedangkan aku terlanjur memakannya tanpa aku sengaja”.
Dan di saat Imam An Nawawi hendak membaca di hadapan guru, di perjalanan beliau bersedekah untuk sang guru sekedarnya dan berdoa,”Ya Allah, tutuplah aib guruku dariku, hingga aku tidak melihat kekurangan beliau dan tidak ada orang lain yang menyampaikan kepadaku mengenai aib beliau “.
(Lawaqih Al Anwar Al Qudsiyah, hal. 29)
MasyaAllah, Sungguh akhlak yang sangat Mulia.
Kita tidak bisa seperti mereka, tapi setidaknya kita bisa "sedikit" mencontoh mereka para pendahulu kita. —
Ummu Fahrian Ida

WASPADALAH !!! TERBONSAINYA INSTING BELAJAR SEORANG ANAK


Suatu ketika ada orang tua bertanya pada saya, Ayah anak-anaknya di home schooling kok sepertinya lebih banyak bermain dari pada belajarnya.
Sebelum menjawab saya sempat berpikir, wah... rupanya ibu ini mendefinisikan belajar adalah dengan duduk di meja, menyendiri, serius, bersama buku, dan ballpoint dengan tulis menulis dan hitung menghitung sebagai kegiatan utamanya.
Padahal jika kita tahu biografi Einstein bersama anak-anaknya, Einstein sering mengajaknya belajar sambil bermain-main di mana saja, meluncur di anak tangga lalu dia bertanya mengapa telapak tangan kita terasa panas saat turun dan bergesekan dengan gagang tangga?, lalu suatu hari ia sedang belajar memasak tiba2 menjatuhkan telur ke lantai dan bertanya mengapa dia jatuh ke lantai dan tidak mengapung di udara, suatu ketika lagi di tepi danau Einstein bertanya mengapa saat kita naik perahu bertiga mendayung terasa jauh lebih berat dari pada jika kita naik sendiri, lalu ketika tiba-tiba bertiup angin ia bertanya lagi apa itu angin, terbuat dari apa dan mengapa ia bisa bertiup dan sebagainya.
Jika ingat bagaimana sang jenius dunia mengajari anaknya sy jadi tertawa sendiri dan merasa malu, karena jika anak-anak saya mengajak bermain semisal bermain layang-layang saya sering berkata ah kurang tertarik, lalu anak sy bertanya mengapa tidak tertarik, itukan asyik ! Lalu satu ketika anak sy mengajak lagi bermain balon dari sabun saya juga kurang antusias. Padahal Einstein jika sudah bermain sama anak-anaknya maka ia langsung berubah bak seorang anak yang sedang bermain dengan teman sebayanya.
Apakah ayah bunda juga pernah mengalaminya ? kita tidak lagi antusias seperti anak-anak dalam bermain dan sudah menjadi mahluk yang super serius dan tidak lagi punya "sense of fun" ?
Setelah saya merenung lama, baru saya ingat, rupanya kemampuan otak saya dan insting bermain sambil belajar saya sudah TERBONSAI HABIS dengan sistem sekolah kita yang mengharuskan kita belajar dengan cara “Duduk siap”, “Lipat tangan di atas meja”, “Keluarkan buku tulis”, “Kerjakan Tugas”, kemudian gurunya pergi entah kemana dan saat kembali bilang “Ya ! waktunya sudah habis dan selesai atau tidak selesai segera di kumpulkan”.
Dan itu tidak hanya terjadi sekali saja, tapi berkali-kali dan berulang-ulang di sepanjang SD hingga SMP, SMA dan bahkan terjadi juga saat saya kuliah.
Sambil merenung saya kembali teringat ajakan-ajakan anak saya, dan dalam batin berkata “Maafkan Ayah ya nak, ayahmu sudah kehilangan semua kemampuan alaminya untuk menjadikan permainan sebagai pembelajaran dan belajar sambil bermain.
Sahabatku, meskipun sudah sadar-sesadarnya tentang masa lalu saya dan berusaha untuk berubah untuk lebih antusias bermain bersama kedua putera kami, tapi masih saja sering kali anak saya berkata, kenapa sih ayah sama bunda gak suka bermain, kan asyik kalo kita bisa main sama-sama. Duh padahal saat ini saya harus menjadi guru bagi anak-anak, tapi sy janji dan terus berusaha agar ini tidak di alami lagi oleh generasi selanjutnya. Cukup sampai di saya saja.
Keluarga Indonesia padahal faktanya banyak sekali temuan besar dunia itu sering kali di lakukan bukan di meja penelitian melainkan di tempat-tempat yg tak terduga, sebagaimana seorang Benjamin Franklin menemukan penangkal listrik, saat ia bermain layang-layang dan tangannya merasakan aliran listrik yang bersumber dari kilatan-kilatan petir di udara rintik-rintik hujan saat ia bermain.
Begitupun dengan sang Sutradara besar film Jurassic Park, Transformer dll, yg ketika ditanya Wartawan,
“Tuan Steve, Pelajaran apa yang dulu anda sukai semasa sekolah, yang telah menjadikan anda sebagai seorang Sutradar Besar Dunia?”
Steven Spielberg pun menjawab,
“Saya tidak tahu ya pelajaran apa yg saya sukai saat dulu bersekolah, tapi seingat saya dulu saya paling suka jika Bell Istirahat sekolah sudah berbunyi, dan sy bisa segera lompat dari kursi dan lari keluar kelas untuk bermain-main di semak dan kebun sambil membuat film dari handy cam yg saya pinjam dari Ayah saya”.
** kisah ini di oleh dari berbagai sumber Biografi Einstein, Benjamin Franklin dan Steven Spielberg.
Ditulis oleh
Ayah Edy untuk para orang tua dan guru Indonesia
www.ayahkita.com
Yuk Download gratis talkshow parenting ayah edy via link www.ayahedy.tk
SIAPAKAH BENJAMIN FRANKLIN SI PEMAIN LAYANG-LAYANG ITU ?
Benjamin Franklin adalah seorang jenius serba bisa dari Amerika Serikat dengan kemampuan melukis, menulis, editing, sains, penemu, politik, dan diplomasi.
Dia juga merupakan salah satu pendiri Amerika dan Presiden keenam negara bagian Pennsylvania (1785 – 1788), serta duta besar AS pertama untuk Prancis.
Selain negarawan, Franklin juga dikenal sebagai ilmuwan yang tercatat mematenkan berbagai penemuan.
sumber; Wikipedia

IMAN-ADAB-ILMU -AMAL

Ilmu mendahului perkataan dan perbuatan. Adab mendahului ilmu. Dan iman mendahului adab. Inilah yang perlu kita bekalkan kepada murid kita. Jika anak berbekal ilmu tanpa adab dan iman, tajamnya pikir mungkin mereka raih. Tetapi bahaya besar mengintai. Yang terbesar adalah nifaq.
Sesungguhnya orang munafik yang sangat luas pengetahuannya jauh lebih berbahaya dibanding munafiqin yang bodoh dan kurang wawasan. Mohammad Fauzil Adhim

KAKAK BERADIK SELALU BERTENGKAR BEREBUT MAINAN APAKAH WAJAR ?


Suatu hari saya ditanya orang tua yang mengatakan anaknya sering bertengkar karena berebut mainan.
Lalu saya tanya apakah ibu sering membelikan mainan yang sama untuk masing-masing anak..? iya jawabnya.
Lalu apa yang ibu lakukan bila anak ibu tengah betengkar. Ya biasanya dua-duanya saya marahi, atau terkadang saya minta kakaknya mengalah pada adiknya.
Apakah ibu berhasil...? untuk saat itu kelihatanya berhasil, mereka berhenti bertengkar, cuma ya itu yang bikin pusing, kejadiannya berulang-ulang lagi.
Nah, kalau begitu mulai sekarang jangan pernah lagi membelikan mainan untuk masing-masing anak. cukup belikan 1 saja, berikan secara bergantian kadang untuk kakaknya dan gantian untuk adiknya.
Wah Nanti mereka bisa bertengkar hebat....? kata si ibu.
Gak papa, bertengkar itu adalah sebuah proses pembelajaran yang baik bagi anak. Itu artinya anak kita belum mengenal konsep hak milik, dia juga belum tahu konsep bahwa sipemilik mempunyai hak lebih, selain itu juga menunjukkan anak kita belum tahu konsep meminjam dan meminjamkan, bermain bergantian/menunggu giliran atau bermain bersama-sama.
Oleh karena itu kita harus segera mengajarkannya; jika tidak maka nanti dia tidak akan pernah mengerti tentang konsep hak milik, lihatlah betapa banyak kita dengar di media orang dewasa yang merebut/menyerobot hak milik orang lain, itu pasti dulu waktu kecil tidak sempat di ajarkan konsep ini oleh orang tua atau guru di sekolahnya.
Nah nanti jika ibu beli mainan jelaskan pada mereka, ibu membelikan mainan ini untuk siapa misalnya untuk kakaknya dan ini hak milik siapa, misalnya hak milik kakaknya. Jika si adik berusaha merebutnya maka jelaskan dan larang adiknya merebut, jika si adik marah dan menangis jelaskan aturannya dan biarkan ia menumpahkan tangisannya hingga berhenti sendiri, jangan hiraukan, sebelum berhenti sendiri, begitu juga sebaliknya lain waktu bergantian ibu lakukan pada kakaknya.
Setelah mereka mamahami konsep hak milik, maka ajarkan pada mereka untuk mengucapkan “boleh pinjam ya” jika ia ingin meminjam mainan, dan jelaskan agar pihak satunya lagi mau meminjamkannya. Jika masing-masing pihak belum mau melakukannya, jangan paksakan, tunggu sampai mereka mau. Lama kelamaan mereka akan mau, karena masing-masing punya mainan yang berbeda dan ingin saling bertukar.
Setelah itu pelan-pelan ajari mereka untuk bermain bergantian; apa bila ingin bermain dengan alat yang sama, misalnya komputer. aturlah waktu pemakaian dengan alarm waktu hingga mereka paham. Jadi tidak harus ibu membeli 2 komputer untuk 2 anak. Dan yang terakhir mereka akan dengan sendirinya terlatih untuk mulai bisa bermain bersama.
Kuncinya adalah tegakkan aturan secara tegas dan konsisten. Nanti ibu akan perhatikan hasilnya, Frekwensi pertengakaran merekapun dari hari kehari akan semakin jarang, karena mereka telah memahami konsep salaing meminjami dan bermain bersama.
Awalnya memang sulit tapi perlahan dan pasti anak kita akan berubah sabar, tegas, jelas dan konsisten adalah kata kunci keberhasilan parenting. Ayah Edy

Waktu dan tempat terbaik untuk menghafal ilmu

# Waktu dan tempat terbaik untuk menghafal ilmu #
Seseorang hendaknya membagi waktu siang dan malamnya.
Semestinya dia memanfaatkan sisa umurnya, sebab sisa umur seseorang tidak ternilai harganya.
* Waktu terbaik untuk menghafal ilmu adalah waktu sahur.
* Waktu terbaik untuk membahas atau meneliti ( sebuah permasalahan) adalah di awal pagi.
* Waktu terbaik untuk menulis adalah di tengah siang.
* Waktu terbaik untuk menelaah dan mengulang pelajaran adalah malam hari.
Al Khatib rahimahullah berkata :
" Waktu terbaik untuk menghafal ilmu adalah waktu sahur, setelah itu pertengahan siang, kemudian di awal pagi.
Menghafal ilmu di malam hari lebih bermanfaat daripada di siang hari, dan menghafal ilmu ketika lapar lebih bermanfaat daripada menghafal ilmu dalam keadaan kenyang.
Tempat terbaik untuk menghafal ilmu adalah di dalam kamar,
dan semua tempat yang jauh dari hal hal yang melalaikan.
Tidaklah terpuji untuk menghafal ilmu di hadapan tumbuh tumbuhan yang menghijau atau di tepi sungai atau di tengah jalan atau di tempat yang gaduh, sebab hal hal seperti itu umumnya akan menghalangi kosongnya hati. "
( Diambil dari kitab Tadzkiratus Sami' wal Mutakallim fi Adabil 'Alim wal Muta'allim, karya Al Qadhi Ibrahim bin Abil Fadhl Ibnu Jamaah Al Kinani rahimahullah, hal. 72 - 73, cet. Darul Kutub Al Ilmiyyah )
[ Sumber : Majalah Asy Syariah no.54 / V / 1430 H / 2009, hal. 1 ]
via ukhti Kianur Rais n Kianur Rais II

kekuatan ayah



Bisa jadi dan sangat mungkin ayah adalah sosok tak berilmu, tak hafal dan paham al Qur'an, tak pernah duduk di majelis ilmu. Barangkali begitu pula dahulu keadaan leluhurnya walaupun tetap ada pelaksanaan kewajiban seperti sholat, zakat, dan lainnya.
Ayah pula adalah sosok yang berterik mentari di luar sana, penopang ekonomi untuk anda. Keringatnya terbasuh membasahi pakaiannya hingga tak berkesempatan mengajak atau mengajarkan anda ayat-ayat langit, kalam-Nya yang mulia.
Tetapi biarlah itu menjadi alur lalu yang telah terkisahkan untuk jadikan pelajaran di hari ini dan generasi selanjutnya sambil tergerombolkan do'a untuk leluhur kita dahulunya.
Lebih dari itu, ada segenggam tugas, sebuah PR untuk menjadikan diri lebih berkualitas dari segi ilmu hingga anak-anak kelak tak hanya dalam buaian semata namun larut dalam pendidikan kita sebagai ayahnya.
Jika bercermin di masa lalu, tak sedikit para ulama lahir dari madrasah ayahnya, didikan ayahnya yang berkualitas.
Ahmad ibn 'Abdul Halim namanya yang lebih tenar dengan panggilan Ibnu Taimiyyah sang Syaikhul Islam adalah bintang zaman yang terdidik dalam mercusuar ilmu sang ayah.
Mata kami terkagum dan berbinar karena ianya adalah keluarga yang tersinar cahaya Islam. Tentang keluarganya, para ulama menyebutkan
كان جده كالقمر وكان أبوه كالنجم وكان هو كالشمس
"Seperti rembulan kakeknya, bak bintang ayahnya dan Ibnu Taimiyyah sendiri ibarat mentari"[1]
Kemuliaan mereka adalah ilmu yang tersinar ufuk keagungan Islam.
Pula para ulama menegaskan bahwa diantara ratusan guru Ibnu Taimiyyah, ilmu sang ayah lah yang paling banyak ia serap.[2]
Maka siap menikah tak hanya siap berpeluh keringat namun siap pula menjadi ayah dan guru pertama dan utama untuk si buah hati hingga ia mengenal Rabbnya.
-------
End Notes:
[1] Lihat Taisir Rabb al Bariyyah fiy Syarh al Aqidah al Wasithiyyah, Dar Ibnu Jauziy, Saudi Arabia, hal 9.
[2] Ibid, hal 10.

"KATA JANGAN "

BERPIKIR LUAS, ARIF DAN BIJAKSANA DALAM MENAFSIRKAN AL QUR'AN agar Al Qur'an bisa menjadi jalan yang Rahmatan Lil Alamiin dan bukan hanya menjadi alasan bagi kita untuk menghujat orang lain dan menebar kebencian antar sesama muslim atau umat lainnya.
SEBUAH RENUNGAN DI PEKAN TERAKHIR BULAN SUCI YANG MELATIH KERENDAHAN HATI, KESABARAN DAN KEARIFAN KITA.
Berikut petikan dialog kami yang perlu di pahami dengan hati bijaksana dan penuh kearifan.
Komentar dari salah satu facebooker tentang parenting:
Rasyid Ridho Zunnury [19:14 03/06/2014] Haikal:
Dari dulu ana mempertanyakan teori TIDAK BOLEH BERKATA JANGAN KEPADA ANAK. Sempat terfikirkan oleh ana, bukankah kalimat Jangan digunakan dalam Al-Qur'an dan Sunnah
Seperti Laa Taghdhab wa lakal jannah..
Apakah pendidikan Allaah dan Rasul-Nya tidak lebih baik dari para pakar psikologi barat...??
[19:14 03/06/2014] Haikal: Ketika mengikuti sebuah acara ttg pendidikan..ana terheran2 dgn pembicara yg melarang menggunakan kata JANGAN kepada anak didik..
[19:14 03/06/2014] Haikal: Akhmad S.Psi
Kekeliruan Buku Pendidikan : Mengharamkan Kata “Jangan”
Salah seorang pendidik pernah berkata, “pintu terbesar yang paling mudah dimasuk oleh yahudi adalah yaitu dunia psikologidan dunia pendidikan.
Karena itulah, berangkat dari hal ini. Kita akan mengupas beberapa “kekeliruan” pada buku-buku pendidikan, seminar, teori pendidikan, dan lainnya.
Saking masifnya sebaran tersebut, kita juga terkadang kesulitan untuk tidak mengucapkan kata jangan pada anak-anak kita. Terasa mengganjal di benak kita karena bertentangan dengan fitrah manusia apabila dalam kondisi panik dan terjepit akan mengucapkan kata ‘jangan’.
Misalnya saja anak kita sudah akan jatuh ke dalam lubang sumur, tak mungkin dalam waktu yang sepersekian detik akan mengatakan “ayo lebih baik main disini”. Tentu anak kecil tak mengerti makna itu’ dan tentu parahnya anak tak sempat berhenti dan jatuh ke dalam sumur.
Berbeda jika kita secara refleks katakam pada anak kita “jangan nak nanti jatuh, berbahaya…” Sang anak akan kaget dan menhentikan langkahnya.
…misalnya saja anak kita sudah akan jatuh ke dalam lubang sumur, tak mungkin dalam waktu yang sepersekian detik akan mengatakan “ayo lebih baik main disini“. Anak kecil tak mengerti makna itu’ dan tentu parahnya anak tak sempat berhenti dan jatuh ke dalam sumur.
Sudah menjangkiti beberapa para pendidik muslim, baik para ayah dan ibu, yang tercuci otaknya dan melarang berkata “Jangan” pada anak.
Mari kita lihat, beberapa perkataan-perkataan ‘dalam pendidikan’ tentang larangan mengucapkan kata jangan pada anak.
Diantaranya Ayah Edy, dia mengatakan pada bukunya yang berjudul ‘Ayah Edy Menjawab hal. 30, “..gunakan kata-kata preventif, seperti hati-hati, berhenti, diam di tempat, atau stop. Itu sebabnya kita sebaiknya tidak menggunakan kata ‘jangan’ karena alam bawah sadar manusia tidak merespons dengan cepat kata ‘jangan’.
Pada media online, detik.com, pernah menulis judul artikel ‘Begini Caranya Melarang Anak Tanpa Gunakan Kata ‘Tidak’ atau ‘Jangan’, atau “…Tak usah bingung, untuk melarang anak tak melulu harus dengan kata jangan atau tidak…”
Pada sebuah artikel lain, berjudul, “Mendidik Anak Tanpa Menggunakan Kata JANGAN” tertulis, “Kata ‘jangan’ akan memberikan nuansa negatif dan larangan dari kita sebagai orang tua, maka dari itu coba untuk mengganti dengan kata yang lebih positif dan berikan alasan yang dapat diterima anak…”
Nah, inilah syubhat (keraguan) yang digembar-gemborkan media sekuler dayng merujuk pada psikolog atheis dan Yahudi. Indah nampaknya, tapi di dalamnya terkandung bahaya yang kronis.
Mari kita bahas syubhat yang mereka gelontorkan. Sebelumnya, kalau kita mau teliti, mari kita tanyakan kepada mereka yang melarang kata ‘jangan’, apakah ini punya landasan dalam al-Qur’an dan hadits? Apakah semua ayat di dalam al-Qur’an tidak menggunakan kata “Laa (jangan)”?
Mereka pun mengatakan jangan terlalu sering mengatakan jangan. Sungguh mereka lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”.
Mereka pun mengatakan jangan terlalu sering mengatakan jangan. Sungguh mereka lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”.
Allahu akbar, banyak sekali! Mau dikemanakan ayat-ayat kebenaran ini? Apa mau dibuang? Dan diadopsi dari teori dhoif? Kalau mereka mengatakan kata jangan bukan tindakan preventif (pencegahan), maka kita tanya, apakah Anda mengenal Luqman AL- Hakim?
Dalam Al Quran ada surat Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang diberi hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“ walaqod ataina luqmanal hikmah….” . dst)
Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, JANGANLAH engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.
Inilah bentuk tindakan preventif yang ada dalam al-Qur’an. Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “ laa ” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”.
Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”.
Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”.
Pun demikian dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.
Mengapa Luqmanul Hakim tidak menganti “jangan” dengan “diam/hati-hati”?Karena ini bimbingan Alloh.
Perkataan “jangan” itu mudah dicerna oleh anak, sebagaimana penuturan Luqman Hakim kepada anaknya. Dan perkataan jangan juga positif, tidak negatif. Ini semua bimbingan dari Alloh subhanahu wa ta’ala, bukan teori pendidikan Yahudi.
Adakah pribadi psikolog atau pakar parenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada.
Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.
Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang dalam agama, tetapi karena lebih memilih berdamai.
Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya.
Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut adzab Alloh, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya. Nas alulloha salaman wal afiyah.
Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiatan bertebaran, tidak perhatian lagi dengan amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada lagi minat untuk mendakwahi manusia yang dalam kondisi bersalah, karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”.
Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.
Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan. Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal.
Simpan saja AL-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini.
Astagfirulloh! Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala memberi taufik kepada kita semua..
Penulis : Ummu Hanim, [adivammar/voaislam.com]
[19:14 03/06/2014] Haikal: Kita telah melihat hasil dari teori pendidikan kita, maraknya Tawuran, pelecehan seksual, video porno anak2 SMP-SMU kekerasan dalam dunia pendidikan dari mulai tingkat SD, SMP, SMU dan PT.
Jadi selamat menggunakan teori Barat dan Yahudi, jika kita ingin menghasilkan generasi buruk dgn meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah.
Like · Reply · 73 · 5 hours ago
===========================================
Jawaban yg bagus sekali yang kami ambil dari penjelasan seorang Guru Besar yang menurut kami mumpuni dan bijaksana;
Sahabatku Bapak Rasyid,
Sy bisa memahami pemikiran Bapak, sebelum menulis yang pada akhirnya di baca banyak orang dan mempengaruhi cara berpikir orang lain, sehingga orang lain ikut-ikutan setuju dan salah juga dalam berpikir dan menafsirkannya. Ada baiknya kita banyak berkonsultasi pada guru-guru besar agama yang berjiwa besar dan berilmu mumpuni terlebih dahulu. Karena bisa jadi justtru kita yang mungkin belum paham apa pesan tersembunyi dari Al Qur'an dengan menggunakan kata jangan dalam Surat dan Ayat yang bapak sebutkan pada kolom komentar di artikel artikel dengan judul Pabrik BATAKO.
Berdasarkan hasil risetnya kata "JANGAN" itu hanya bisa di gunakan dalam keadaan baik2, netral, nyaman dan tidak dalam kondisi darurat atau dengan suara bernada tinggi/teriak atau marah. Karena dalam kondisi netral otak anak yang bekerja adalah otak Berpikir sempurna (neo cortex), sementara dalam keadaam emosional dan darurat otak manusia yang bekerja adalah OTAK REPTIL yang suka menyerang dengan kekerasan baik ucapan atau tindakan.. Otak reptil memiliki kelemahan utama tidak mampu mencerna kata "Jangan" karena kata "jangan" itu tidak termasuk "kata Kerja" atau "kata Benda". Jadi semisal anak kita sedang di tepi jurang dan kita TERIAK "JANGAN BERLARI KESANA" (teriak adalah ekspresi OTAK REPTIL) maka anak kita juga akan merespon dengan otak reptilnya"dan dia malah berlari kesana" maka jatuhlah anak kita.
Jadi apa bila kita sedang dalam KEADAAN DARURAT/KEPEPET sebaiknya gunakan kata kerja singkat misalnya, "Diam", "Berhenti", "Stop" karena jika anak kita sedang ingin berlari ke jalan raya sementara ada mobil sedang melaju kencang maka jika kita teriak "JANGAN LARI" maka ia akan tetap lari ke jalan dan mungkin saja akibatnya akan fatal. Silahkan di uji coba jika tidak yakin dan percaya. Saya sudah mencobanya berkali-kali pada anak saya, terutama anak saya yang lebih dominan otak kananya, maka benarlah demikian adanya.
Itulah mengapa dalam sistem perintah militer (karena militer itu selalu dikondisikan untuk situasi darurat) maka perintahnya akan berupa kata kerja misalnya " Seraaaang", "Serbuuuuu"... "Berhentiii !" "Tahaaaannnnn !!!!!" "Maju !!!" "Munduur" dsb.
Sadarkah kita semua alasan mengapa Al Qur'an menggunakan banyak kata "jangan" dalam surat dan ayat2nya ?
Nah setelah saya konsultasikan pada salah satu ulama besar yang berjiwa besar dan mumpuni beliau mengatakan bahwa ; "Karena kata jangan itu hanya bisa di respon apa bila kita dalam keadaan tenang, nyaman, sadar penuh dan berpikir sempurna" Maka itu artinya Tuhan sedang menitipkan pesan tersembunyi melalui Al Qur'an "agar setiap kandungan ajaran Al Qur'an itu selalu disampaikan dengan tenang dan bersuara lembut dan bukan dengan cara marah/keras atau teriak-teriak seperti dalam kondiri darurat perang"
Jadi sangat jelas sekali bahwa Al Qur'an itu harus di sampaikan dengan tenang, damai dan penuh kesantunan dengan suara lembut sebagaimana Suara Lembut Rasul saat berbicara pada para sahabat agar isinya bisa di response oleh otak berpikir sempurna dan bukan oleh OTAK REPTIL karena manusia sesungguhnya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna akalnya. (Masih ingatkah kita semua bahwa Rasul melarang kita meninggikan volume suara kita saat bertutur kata ? dan bahkan beliau membandingkan suara tinggi/keras itu seperti suara Keledai?
Ya sekali sang guru besar agama itu bertutur;
Tahukah kamu bahwa Al Qur'an berpesan pada kita semua melalui kata "Jangan" tadi, ya...agar manusia tidak menafsirkan Kandungan Al Qur'an dengan OTAK REPTILNYA. Dan jika kita meyampaikan Al Qur'an harus dengan suara lembut sebagaimana yang di lakukan Rasulnya, jika kita lebih suka menggunakan suara tinggi dan keras dalam menyampaikan isi kandungan Al Qur'an maka nanti ajaran-ajaran Islam itu seolah-olah akan selalu identik dengan Kekerasan dan kebencian semata, sebagaimana sifat dari OTAK REPTIL orang yang menyampaikannya dan OTAK REPTIL orang yang menerima dan meresponsenya.
Menurut para ahli otak/neuro sciencits ( sifat Otak berpikir sempurna akan selalu menciptakan kedamaian dan perdamaian, namun sebaliknya otak reptil akan selalu menyerang dan menciptakan kebencian pada sesama).
Kita semua memiliki ke dua jenis otak itu, Otak Sempurna/Neo Cortex di bagian paling atas kepala dan otak REPTIL berada dibawah dekat batang otak/batang leher kita. Namun tentunya kita punya pilihan masing-masing apakah kita ingin lebih menggunakan otak Berpikir sempurna atau lebih suka menggunakan otak reptil kita dalam berinteraksi sehari- hari dengan orang lain, keluarga juga melalui komen-komen yg dismpaikan di komunitas ini.
Jadi mulai sekarang kita semua sudah tahu jika ada komen yang bersifat menyerang dan sinis itu artinya sang penulis komen sedang menggunakan OTAK REPTIL dalam dirinya dan ia pasti dalam keadaan kurang sadar sempurna.
Para sahabatku,
Subhannallah !!, jadi ternyata Al Qur'an itu sedang berpesan pada kita semua melalui "kata jangan" yg tertulis di dalamnya, bahwa ajaran Al Qur'an itu harus di sampaikan dengan lembut dan penuh kesantunan, sungguh sesuai sekali dengan teori parenting dan hasil riset otak yg dilakukan oleh para Ahli Otak (neuro scientist).
Sungguh luar biasa bukan.? Sungguh Indah bukan pesan tersembunyi Al Qur'an bagi dunia parenting dan kita semua ?
Ah...Ternyata betapa sempitnya pengetahuan kita tentang Al Qur'an ya..? Al Qur'an kita yang sungguh memiliki kebenaran tanpa batas & sepanjang masa.
Jadi mulai saat ini, marilah jika kita ingin menyampaikan Ajaran Al Qur'an melalui "kata jangan" kepada anak-anak dan murid kita; lakukan dalam suasana yg tenang, nyaman, dengan suara lembut penuh kesantunan dan hati penuh kasih, sebagaimana yang dulu pernah di lakukan Rasul kepada para Sahabat, pada Keluarga dan anak-anak cucu beliau, dan bukan meninggikan suara dan berteriak-teriak seperti yang mungkin kita sering dengar saat ini, karena faktanya ternyata Rasul kita selalu bersuara lembut saat membahas ajaran-ajaran Al Qur'an pada ummatnya.
Mau ?
Dan untuk selanjutnya mari kita lebih berhati-hati dalam menafsirkan Al Qur'an yg berisikan ilmu pengetahuan yang tak terbatas, hanya dengan menggunakan pikiran kita yang terbatas ini.
Yuk kita belajar terus dan terus belajar agar pesan-pesan Al Qur'an yang sesungguhnya bisa tersampaikan sesuai keinginan Allah SWT dan bukan sesuai keinginan dan EGO pribadi kita semata, sehingga kita bisa menciptakan kedamaian dan keselarasan hidup kita semua, memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta dan bukan malah menebarkan dendam dan kebencian pada sesama muslim dan sesama mahluk ciptaan Allah SWT.
Salam syukur penuh berkah.
ayah edy
 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.