Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Rumah Adalah Tempat Pendidikan Pertama


Dalam islam, rumah mengambil peranan penting dalam pembinaan umat, dari rumah, dasar pendidikan islam terkecil bermula.

Melatih Anak Bersabar Menunggu

Di sebuah taman yang indah di Paris, seorang ibu berpenampilan menarik dengan gaya modis, terlihat asyik menikmati waktu bersama anaknya berusia lima.

Sebelum Si Kecil Masuk TK Ada 3 Keterampilan yang Harus Dikuasi

Ketakutan orangtua pada anaknya saat masuk TK memang wajar, maklum ini kali pertama anak masuk dunia semi formal.

Ada Berapa Jenis Orang Tua ?


Berkenaan maraknya kasus bullying yang sedang di bicarakan, ada satu media yang berusaha menghubungi saya dan bertanya.
Tanya:
Menurut ayah mengapa kasus ini bisa terjadi ?

Banyak Anak Bermasalah..Jadi Sukses!

SEBUAH KISAH "Nyata", KISAH SEJARAH DARI SEORANG ANAK YANG DINYATAKAN BERMASALAH DI SEKOLAHNYA

Cita-cita Para Ulama

Selayaknyalah seseorang memiliki cita-cita mulia agar hidupnya terarah dan bermanfaat. Simaklah obrolan para pemuda tabi’in yang memiliki cita-cita yang sangat agung.

Kapan Anak Masuk PAUD?

Diasuh oleh:
Dr. Hj Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan malalui e-mail: redaksi@suara-islam.com

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah?

Kenakalan Anak, Kenali Sebabnya Jangan Nafikan


PADA pokoknya, tidak ada anak yang nakal. Kitalah yang salah didik sehingga mereka menjadi nakal. Tak ada anak yang lahir dalam keadaan nakal. Tetapi

Lenyapnya Hikmah dari Pendidikan Shalat

Diasuh oleh:
Dr. Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan malalui e-mail: redaksi@suara-islam.com

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Pendidikan Untuk Anak Laki-Laki 17 Tahun

Diasuh oleh:
Dr. Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan malalui e-mail: redaksi@suara-islam.com


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Saya punya anak laki-laki 17 tahun. Saya perhatikan sepertinya dia merasa kurang tertantang, otaknya tidak terpakai secara optimal. Saya sudah ikutkan banyak kegiatan di sekolah tapi kok masih tampak kurang semangat. Bagaimana seharusnya pendidikan yang tepat untuk anak laki-laki seusia itu?Terima kasih.

Ibu Ria – Jakarta Selatan

Wa’alaikumsalam Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Ibu Ria yang disayang Allah,

Sikap putra Ibu yang kurang bersemangat bisa jadi disebabkan ia merasa kurang diberi tanggung jawab. Laki-laki usia 17 tahun biasanya sudah baligh. Mereka sudah bukan anak lagi, tetapi sudah menjadi laki-laki dewasa dengan tanggung jawab akhirat 100%.

Baligh merupakan penanda batas antara ditanggung dan menanggung. Sebelum baligh, seseorang menjadi tanggungan orang tua atau walinya. Setelah baligh, ia harus menanggung dirinya sendiri atau bahkan wajib pula menanggung kerabatnya. Seorang yang sudah baligh sudah bisa mengurus harta sendiri, terkena hukuman penuh jika melakukan pelanggaran, serta sudah dapat menikah dan punya anak. Setiap kewajiban agama telah jatuh kepadanya, termasuk kewajiban mencari nafkah dan kewajiban memelihara orang tua/kerabat yang sudah tua atau perempuan-perempuan dalam tanggungannya. Apabila ayahnya meninggal atau mengalami kecacatan sehingga tidak dapat bekerja, maka dia lah yang mendapatkan beban dari Allah Swt untuk menanggung hidup ayah-ibu serta saudara-saudaranya.

Oleh karena itu, persiapan menjelang baligh merupakan persiapan yang berat. Inilah salah satu alasan anak laki-laki mengalami baligh lebih tertunda daripada anak perempuan. Islam memperbolehkan laki-laki baligh untuk menikah, bahkan menikahkan diri sendiri maupun menikahkan kerabat yang ada dalam tanggungannya. Anak perempuan tidak memiliki tanggung jawab nafkah maupun melindungi orang lain.

Saat ini kita dapati para pemuda yang bingung ke mana harus menyalurkan energinya. Mereka tidak boleh menikah, karena adanya aturan hukum positif negara yang melarang laki-laki di bawah usia 19 tahun untuk menikah (UU Perkawinan). Orang tua bahkan bisa dikenakan pasal eksploitasi anak secara ekonomi apabila menyuruh mereka yang di bawah 18 tahun untuk bekerja (UU Perlindungan Anak). Maka, kita dapati para pemuda kongkow-kongkow sepulang sekolah, nge-game di warnet hingga malam, atau menyibukkan diri dengan gadget atau pacar. Energi mereka yang berlebih tidak dibarengi dengan tanggung jawab sehingga muncullah generasi muda yang manja, tidak siap menjadi pemimpin masa depan.

Ibu dapat mulai mengajak anak duduk bareng memetakan masa depannya. Salah satu persiapan yang harus ia lakukan adalah mencari nafkah. Pelajaran dapat diberikan secara bertahap. Misal, pada tahap pertama, Ibu kurangi uang sakunya dan mendorongnya untuk mencari uang saku sendiri. Pada tahap kedua, ia tidak akan menerima uang saku sama sekali. Pada tahap berikutnya, tambahi tanggung jawabnya, misalnya ia harus membayar sewa kamarnya kepada orang tuanya sendiri. Begitu ia lulus SMA dan memasuki jenjang kuliah, maka ia harus memikirkan cara untuk membayar sendiri uang kuliahnya. Ibu dapat membantunya dalam bentuk pinjaman yang harus ia cicil dan bayar lunas. Dengan adanya tantangan seperti ini, insya Allah ia akan menjadi pribadi yang lebih kreatif, inovatif, mandiri, serta mampu mengoptimalkan kemampuan dirinya, baik akal maupun fisik. Waktunya tidak akan tersia-siakan untuk aktivitas-aktivitas yang kurang bermanfaat.

Pemuda-pemuda di Amerika telah terbiasa bekerja di MacDonald, KFC, dan lain-lain sebagai sambilan sepulang sekolah SMA. Mereka menjadi tukang sapu, tukang cuci piring, hingga pramusaji. Hal ini disebabkan, masyarakat Amerika telah menetapkan batasan “baligh” pada usia 18 tahun, di mana sejak usia tersebut orang tua akan melepaskannya. Mereka bahkan merasa malu apabila masih hidup di rumah orang tuanya. Mereka pun membayar uang kuliah sendiri, baik dengan jalan mencari pinjaman bank (bank loan) ataupun dengan bekerja (sebagian orang tua masih membantu, namun hal ini bukanlah kelaziman).

Di dalam sejarah Islam kita temukan para pemuda telah meraih kesuksesan pada usia belia. Usamah bin Zaid telah ikut berperang sejak usia 15 tahun lalu telah ditunjuk menjadi panglima perang pada usia 17 tahun. Muhammad al Fatih menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun. Umar bin Abdul Aziz telah menjabat sebagai Gubernur Madinah pada usia 26 tahun. Pada usia-usia tersebut, para pemuda jaman sekarang masih tertatih-tatih untuk belajar mandiri.

Demikian sedikit saran dari saya. Apabila ada kebenaran, maka itu dari Allah Swt dan apabila ada kesalahan maka itu datangnya dari saya pribadi. Semoga saran saya dapat membawa manfaat bagi Ibu sekeluarga, terutama bagi putra Ibu.

Hukuman Bagi Anak Dua Tahun

Diasuh oleh:
Dr. Hj Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan melalui e-mail: redaksi@suara-islam.com

Assalamu’alaikum Bu Erma,

Sebelumnya saya berterima kasih yang sebesar-besarnya karena Ibu berkenan membaca surat ini. Perkenalkan nama saya Fatimah dari Pandaan, Pasuruan. Saya ingin bertanya apakah Islam memperbolehkan menghukum anak kecil yang masih berumur 2 tahun? Dihukumnya dengan cara dikunci di kamar mandi. Saya memiliki 2 keponakan yang selisih umurnya hanya 4 bulan, bagaimana menghadapi mereka berdua yang selalu bertengkar memperebutkan sesuatu? Kadangkala ortunya malah melarang anaknya bermain dengan keponakan yang satunya karena sering bertengkar.  Syukron katsiro atas jawabannya.
Fatimah Fauziah
Pandaan, Pasuruan


Wa’alaykum salam wr wb,

Ukhti Fatimah yang dirahmati Allah,

Rasulullah SAW bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk shalat sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun (bila meninggalkan shalat).” HR. Abu Daud

Hadits di atas merupakan tuntunan bagi umat Islam kapan orang tua/pendidik diperbolehkan menghukum secara fisik, yaitu 10 tahun. Dalam Islam, ada beberapa tahapan krusial sebelum orang tua memberikan hukuman fisik kepada anak, yaitu:

1. Mendidik kejiwaan dan karakter anak dimulai saat mereka masih berada dalam kandungan. Jiwa yang tenang dan mencintai kebenaran didapatkan dari stimulasi positif berupa: makanan halal yang dikonsumsi sang ibu, kondisi ibu yang bahagia dan jauh dari stress, serta suara-suara baik yang dia dengar dari balik rahim Ibu.

2. Memberikan ASI secara langsung (tidak melalui botol). Sebagaimana telah saya bahas pada edisi sebelumnya, efek samping susu formula sangat merusak, baik dari sisi kecerdasan kognitif maupun kecerdasan karakter. Keberingasan merupakan sifat hewani yang bisa jadi didapatkan si anak dari susu hewan yang menjadi makanan utamanya sejak lahir. Menyusui secara langsung merupakan bentuk pendidikan karakter dini yang sangat berpengaruh pada kejiwaan anak di kemudian hari.

3. Memberikan teladan. Islam menuntut orang tua/pendidik memberikan teladan terlebih dahulu sebelum menuntut anak melakukan kebaikan. Kebiasaan kedua orang tua dari kedua anak, apakah mereka orang yang lembut atau orang yang suka bertengkar, suka mengomel, suka berebut, dsb, berpengaruh besar terhadap karakter anak. Demikian pula dengan tontonan anak. Adegan-adegan kekerasan, pertengkaran, dan kebencian di TV merupakan teladan negatif buat anak-anak.

4. Menciptakan kebiasaan yang baik. Bila ketiga langkah di atas sudah terpenuhi, maka langkah berikutnya adalah menciptakan kebiasaan yang baik. Orang tua/pendidik mencari sistem yang dapat dijalankan secara baik. Misal: sistem waktu. Orang tua dapat memasang alarm yang menunjukkan waktu mereka bergantian main. Bagi anak yang cenderung visual, dapat digunakan jarum jam. Bila jarum panjang menunjuk angka tertentu, maka mereka bergantian main. Sistem ini alhamdulillah berjalan dengan baik pada anak-anak saya. Setiap si kecil merebut mainan kakaknya, saya ajarkan agar dia bertanya kepada kakaknya, “Jam berapa aku gantian main?” Lalu mereka bernegosiasi dan tidak bertengkar lagi.

Bila keempat langkah di atas sudah ditempuh tapi ada kalanya mereka masih bertengkar, maka hendaklah orang tua/pendidik memahami bahwa itulah dunia anak-anak. Janganlah orang tua mengharapkan anak dapat berperilaku seperti orang dewasa. Ada kalanya mereka perlu bertengkar lalu berbaikan dan bermain bersama lagi. Itu semua bagian dari pertumbuhannya untuk mengasah kemampuan sosialnya. Selama pertengkaran tersebut tidak membahayakan, semisal menggunakan pisau atau menutup jalan nafas anak lainnya, maka orang tua/pendidik perlu memberi mereka kesempatan untuk menyelesaikan sendiri pertengkarannya. Yang menjadi masalah, orang dewasa merasa terganggu sehingga tidak sabar. Hal ini justru dapat merenggut kesempatan anak-anak untuk hidup di dunia anak dan belajar dari kesalahan.

Apabila pertengkaran mereka sudah membahayakan, maka orang dewasa/pengasuh/orang tua harus segera melerai. Hukuman non fisik boleh diberikan. Misalnya: tidak boleh bermain bersama selama 3 hari. Pada setiap harinya, orang tua harus memberi tahu si anak, sebab anak belum paham makna hari. Orang tua dapat mengatakan, “Ini hari kedua kamu tidak boleh main dengan Budi karena kemarin kalian berantem. Masih ada satu hari lagi, tapi nanti kalau berantem lagi, tidak boleh main lagi 3 hari ya.”

Sebagai penutup, saya akan kutipkan pendapat ulama besar Islam, Ibn Khaldun dalam bukunya Muqaddimah:

“Hukum yang keras dapat membahayakan anak, menyebabkan tertanamnya contoh yang tidak baik. Hal ini dapat menimbulkan kebiasaan buruk, mencegah perkembangan pribadi si anak, membuka jalan pada kemalasan, penipuan, serta kelicikan. Anak-anak menjadi terdorong untuk bertindak-tanduk berbeda dengan hati dan pikirannya, demi menghindari hukuman. Kecenderungan-kecenderungan ini kemudian menjadi kebiasaan dan karakter. Pada akhirnya, dapat merusak sifat kemanusiaan dan sikap perwira, kemudian menjadi beban orang lain. Mereka merasa dirinya tidak berharga sehingga tidak mau berusaha menjadi manusia yang sempurna. Fakta seperti ini terlihat pada hampir semua bangsa yang pernah dijajah. Bangsa-bangsa ini menjadi rendah diri, malas, tidak ingin maju, dan terbiasa dengan kelicikan dan cara-cara yang menyimpang untuk mendapatkan keinginannya.” Allahu a’lam bi ash-showwab.

Bahaya Lho Ngajarin Calistung pada Anak PAUD

Dr. Hj Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan malalui e-mail: redaksi@suara-islam.com

Assalamu’alaikum wr wb.

Bu, saya adalah guru dari sebuah Playgroup-TK di Cimanggis, Depok. Kami sering mendengar tentang larangan mengajarkan calistung. Namun,

Efek Susu Formula Pada Kecerdasan Anak (Bag-2-habis)



Dr. Hj Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan melalui e-mail: redaksi@suara-islam.com
Assalamu’alaykum wr wb,
Bunda, saya seorang ibu muda yang bekerja. Bayi saya saat ini baru berusia 1 bulan. Kata teman-teman sekantor, saya sebaiknya memberikan ASI murni selama 6 bulan pertama.

Efek Susu Formula Pada Kecerdasan Anak (Bag-1)

Dr. Hj Erma Pawitasari, M.Ed
Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan melalui e-mail: redaksi@suara-islam.com

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Bunda, saya seorang ibu muda yang bekerja. Bayi saya baru berusia 1 bulan. Kata teman-teman sekantor, saya sebaiknya memberikan ASI murni selama 6 bulan pertama.

Kuat Dengan Bersungguh-sungguh


MERENUNGI haditss Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, mengingati diri sendiri yang kerap lalai, bercermin dan bertanya, adakah kepatutan bagi diri ini untuk disebut kuat. Sesungguhnya Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

Empat Hal Yang Bisa Menggembirakan Hati


  1. Melihat hijau-hijau
  2. Melihat air yang mengalir
  3. Melihat orang yang dicintai 
  4. Melihat buah-buahan
(Tata cara Pengobatan Ala Nabi, Ibnul Qayyim al-Jauziyah)

Asas Pendidikan Islam



Diantara metode pendidikan umat yang banyak disampaikan dan ditempuh oleh para ulama adalah tashfiyah dan tarbiyah.
** TASHFIYAH adalah
membersikan umat dari noda syubhat dan penyimpangan yang mengotori kemurniaan ajaran islam, sehingga menghalangi umat dari pemahaman yang benar.
Lihatlah Nabi.
Beliau mendidik kaum muslimin dengan membersihkan aqidah dari noda-noda kesyirikan orang-orang jahiliyah.
Memisahkan antara kebenaran dan kebatilan,
Tauhid dan syirik.
Hingga jelaslah perbedaan keyakinan antara mukmin dan kafir.
Demikian pula para salafus sholeh dan para ulama.
Mereka berjihad dalam memerangi berbagai syubhat dan penyimpangan dengan segala kemampuan yang mereka miliki.
Memperingatkan umat dari bahaya pemahaman sekte-sekte menyimpang.
Sehingga tak jarang, mereka harus berurusan dan menanggung resiko dari banyak orang yang memiliki pemahaman menyimpang.
** TARBIYAH adalah
mendidik generasi islam dengan ajaran dan pemahaman yang benar, sebagaimana dipahami oleh para sahabat nabi, generasi terbaik umat ini.
Ibarat bercocok tanam, maka tashfiyah adalah membersihkan tanah dari rumput dan membersikan tanaman dari hama.
Sedangkan tarbiyah, adalah menyirami tanaman dan memberikan pupuk yang cukup kualitas dan kuantitasnya.
Dengan demikian, maka akan tumbuh tanaman yang subur dan membuahkan hasil yang maksimal.
Ust. Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى

Makanan Penguat Ingatan



Pola makan yang tidak sehat serta makanan yang tidak bergizi baik yang dikonsumsi setiap hari termasuk penyebab utama melemahnya daya ingat. Sebaliknya terdapat sejumlah gizi dan pola hidup yang membantu kita dapat menikmati ingatan yang kuat.
 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.