Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Doa memohon kemenangan bagi mujahidin Islam

Sebagai bagian dari kaum muslimin, kita wajib mendukung jihad di jalan Allah Ta’ala untuk menegakkan syariat Allah Ta’ala di muka bumi. Minimal dukungan itu diwujudkan dengan lantunan doa kita. Berikut ini sebagian doa memohon kemenangan bagi mujahidin Islam.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, teguhkanlah langkah kaki [pendirian] kami dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 250)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, sikap berlebihan dalam sebagian urusan kami, teguhkanlah langkah kaki [pendirian] kami dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir. (QS. Ali Imran [3]: 147)
«اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الكِتَابِ، سَرِيعَ الحِسَابِ، اللَّهُمَّ اهْزِمِ الأَحْزَابَ، اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ»
Ya Allah Yang menurunkan kitab suci dan cepat menghitung (meminta pertanggung jawaban atas perbuatan hamba-Nya), ya Allah kalahkanlah golongan-golongan musuh, ya Allah kalahkanlah mereka dan goncangkanlah mereka.” (HR. Bukhari no. 2933 dan Muslim no. 1742)
«اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الكِتَابِ، وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، وَهَازِمَ الأَحْزَابِ، اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ»
Ya Allah Yang menurunkan kitab suci, menjalankan awan dan mengalahkan golongan-golongan musuh, [ya Allah] kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.” (HR. Bukhari no. 2966 dan Muslim no. 1742)
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، اللَّهُمَّ الْعَنِ الْكَفَرَةَ أَهْلَ الْكِتَابِ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ، اللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ، وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنُثْنِي عَلَيْكَ، وَلَا نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَلَكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخَافُ عَذَابَكَ الْجَدَّ، إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, ampunilah kaum muslimin dan muslimat, satukanlah hati mereka, perbaikilah hubungan di antara mereka, dan menangkanlah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka!
Ya Allah, laknatlah kaum kafir Ahlu Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang mendustakan para rasul-Mu dan memerangi para wali-Mu.
Ya Allah, timpakan perselisihan di antara mereka, goncangkanlah langkah kaki mereka, dan turunkanlah kepada mereka hukuman-Mu yang tidak Engkau tolak dari kaum yang durjana.
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ya Allah, sesungguhnya kami meminta pertolongan dan memohon ampunan kepada-Mu, kami memuji-Mu dan tidak mengkufuri-Mu, kami berlepas diri dan meninggalkan orang yang berbuat durhaka kepada-Mu.
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ya Allah, hanya kepada-Mu kami beribadah, kepada-Mu semata kami melaksanakan shalat dan sujud, untuk-Mu semata kami bekerja dan berusaha, kami mengharapkan kasih sayang-Mu dan takut kepada siksa-Mu yang keras, sesungguhnya siksa-Mu pasti menimpa orang-orang kafir. (HR. Muhammad bin Nashr al-Marwazi dalam Shalat al-Witr, 1/321 dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubra no. 3143, merupakan doa yang dibaca Umar bin Khathab dalam qunut shalat witir)
muhibalmajdi/arrahmah.com
(Nahimunkar.com)

PENDIDIK BERNILAI EMAS MERAH

Berikut ini lanjutan kutipan Talk Show bersama Ustadz Dr. Erwandi Tarmidzi, M.A.
(Kriteria Pendidik)
Salah seorang kholifah ketika mengirim anaknya kepada seorang alim untuk belajar berkata kepada alim tersebut, “Perbaikilah dirimu terlebih dahulu karena yang akan pertama kali dilihat oleh seorang murid adalah gurunya.” Di mata siswa, guru adalah contoh yang harus ditiru.
Ada satu hal yang paling penting diwaspadai dari interaksi seorang murid dan guru. Ada satu kondisi dimana seorang siswa berusaha secara sadar mencontoh gurunya. Namun ada satu kondisi dimana siswa tanpa sadar mencontoh atau meniru syakhsiyah (kepribadian/ atau karakter) gurunya. DAN INI SANGAT BERBAHAYA. Oleh karena itulah agama kita menjelaskan “Seseorang itu tergantung agama orang terdekatnya. Maka lihatlah dengan siapa dia bergaul” Kita lihat bagaimana seseorang yang mengagumi seorang ulama, dia tanpa sadar terbawa dengan gaya bicara, cara berjalan, bahkan cara duduknya. Hal itu dilakukan bukan dengan niat “Copy Paste” namun ‘meniru tanpa sadar.’
Maka selayaknya bagi orang tua ketika menitipkan anaknya ke sekolah untuk memperhatikan gurunya. Dan SELAYAKNYA BAGI PENGELOLA SEKOLAH ISLAM DALAM PEREKRUTAN GURU YANG PERTAMA KALI DIPERHATIKAN ADALAH SULUK DAN AKHLAKNYA. Adapun masalah keilmuan...hal itu penting juga namun prioritasnya di bawah itu (SULUK DAN AKHLAK). Jika akhlak dan suluk guru ini baik maka akan sangat berpengaruh terhadap siswa-siwanya, walaupun dia tidak terlalu pintar dalam mengajar . jika hal ini tidak diperhatikan maka hal ini akan berbahaya bagi si anak. Manusia itu cenderung belajar dengan apa yang dia lihat (visual). Dalam satu menit manusia dapat merekam banyak gambar dari yang dia lihat dan semua terekam dalam memorinya. Dan aspek visual ini lebih cepat dari aspek audio (mendengar).
Maka benarlah apa yang dilakukan kholifah tadi yaitu nasehat kepada alim yang ingin mengajarkan ilmu kepada anaknya agar menjelmakan Islam dalam kepribadiannya. Dan memang sulit mencari guru seperti ini. Namun ketika ada kesempatan untuk mengubah karakter atau kepribadian guru maka kita pergunakan kesempatan itu karena pentingnya hal ini dalam pembentukan kepribadian siswa.
(Sistem perekrutan)
Pembawa acara Talk Show bertanya: Seringkali kami pengelola sekolah mengawali semuanya dengan hal hal yang sifatnya administratif. Misalnya kita melihat syarat adimistratifnya:harus punya gelar Sarjana. Bagaimana seharusnya kita bersikap?
Kita juga tidak mengingkari bahwa ada persyaratan khusus yang ditetapkan walityul amr seperti kriterianya harus sarjana. Maka kita ikuti hal tersebut. Namun tetap perhatikan SULUK DAN AKHLAKNYA sehingga nanti siswa akan meniru kepribadian guru dari cara bicara, cara berjalan, cara berpakaian, dst., yang nantinya si siwa akan melihat beginilah Islam diamalkan. Jika ada kriteria yang ideal: SARJANA dan BAIK AKHLAK SERTA ADAB/SULUKNYA MAKA INI ADALAH EMAS MERAH. EMAS BIASANYA KUNING. NAMUN INI EMAS MAHAL. MAKA HARGAILAH EMAS MERAH INI SEBAGAIMANA MESTINYA. Jika ada guru yang seperti ini maka ambillah dia karena dia akan memberi pengaruh bukan saja kepada siswanya namun juga teman teman di sekitarnya.
Pelajaran penting:
Aspek TERPENTING dalam penentuan kriteria pengajar adalah AKHLAK DAN SULUK/ADAB. Kita juga tidak menutup realita bahwa seringkali sulit mencari kriteria yang telah ditetapkan waliyul amr seperti sarjana sekaligus memiliki karakter atau akhlak yang dapat berpengaruh bukan saja bagi siswa atau teman sekerjanya. Namun ketika ada kesempatan untuk bisa memperbaiki atau mengembangkan karakter tersebut maka gunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.
Bagi guru, mengerjakan hal-hal yang sifatnya manajerial atau administratif hendaknya tidak melupakan prioritas pertama dan utama yakni pembenahan akhlak dan adab baik untuk guru ataupun siswanya. Sebagaimana juga memperhatikan syarat-syarat administratif yang ditetapkan waliyul ‘amr dalam perekrutan guru hendaknya jangan pula melalaikan aspek terpenting bagi pendidik yakni kriteria akhlak dan adab.
Guru dapat mengembangkan kepribadiannya dengan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk hadir di majelis ilmu dengan harapan ada perbaikan akhlak dan suluk. Jika guru justru sibuk dan dibebani dengan hal-hal yang bersifat administratif kemudian melalaikan hadir di majelis ilmu, maka akan sulit untuk mencetak pendidik yang dapat mempengaruhi anak didiknya untuk bisa berakhlak dan adab yang baik.
Nas-alullah as salamah wal ‘afiyah.
~WAHANA BELAJAR UNTUK YANG BERJIWA HANIF~ yayasan Al-hanif cilegon

BIAYA HOMESCHOOLING



Beberapa kali saya mendapat pertanyaan tentang berapa biaya homeschooling. Ada dua kemungkinan maksud dari pertanyaan tentang biaya homeschooling itu:
Pertama, orang yang bertanya tersebut kemungkinan menganggap homeschooling itu seperti sekolah, jadi dia menanyakan biaya mendaftar & biaya bulanan homeschooling.
Kedua, orang ingin tahu berapa biaya yang kami keluarkan untuk proses homeschooling di keluarga kami.
(c) graemereynolds
***

Homeschooling adalah keluarga bukan lembaga

Untuk penanya pertama, saya ingin menjelaskan bahwa yang disebut homeschooling adalah keluarga yang menjalani pendidikan sendiri untuk anak-anaknya. Jadi, homeschooling adalah sebutan untuk keluarga, bukan lembaga.
Lalu, bagaimana dengan iklan dan promosi lembaga-lembaga pendidikan yang menyebutkan diri homeschooling dan marak di mana-mana? Menurut pengetahuan saya dari membaca literatur & mencermati homeschooling di berbagai penjuru dunia, tak ada lembaga yang disebut homeschooling. Namanya saja sudah memakai kata “home”, jadi proses utamanya tentu saja di rumah. Kalau menitipkan anak pada sebuah lembaga (sistem & profesional), maka sebutannya adalah sekolah.
Untuk lembaga-lembaga yang kegiatannya masuk beberapa hari dalam seminggu dan menjalani proses yang tak seketat sekolah, sebutan yang lebih tepat adalah flexy-school, sekolah fleksibel. Jadi, dia adalah sekolah, tak lebih fleksibel. Posisinya berada di antara sekolah dan homeschool.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca: school, homeschool, & flexi-school
***

Biaya homeschooling = fleksibilitas

Karena homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga, biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk menjalani homeschooling sangat bervariasi. Menanyakan biaya homeschooling serupa dengan menanyakan biaya makan setiap bulan; antara satu keluarga berbeda dengan keluarga lain.
Biaya homeschooling sangat tergantung pada program yang dirancang oleh keluarga untuk anak-anak, juga tergantung pada resource yang digunakan untuk proses belajar. Komponennya bisa berbeda-beda pada setiap keluarga.
Untuk keluarga yang sering melakukan kegiatan keluar, mungkin biaya terbesarnya adalah biaya transportasi. Untuk keluarga yang berbasis internet, mungkin biaya terbesarnya adalah biaya berlangganan program belajar online. Untuk keluarga yang banyak menggunakan klub/kursus, biaya terbesar bisa pada biaya kursus.
Jadi, biaya homeschooling sangat fleksibel; sesuai program pendidikan yang dirancang orangtua dan kemampuan finansial orangtua.
***

Biaya Homeschooling bisa mahal atau murah

Karena fleksibel, maka biaya homeschooling tak bisa dibandingkan antar satu keluarga dengan keluarga lain. Biaya homeschooling bisa menjadi mahal ketika:
  • banyak menggunakan lembaga eksternal yang bersifat khusus, misalnya: guru privat untuk setiap bidang yang ingin dipelajari, kursus/les, dan sejenisnya.
  • membeli produk-produk kurikulum dan materi siap pakai buatan luar negeri.
  • melakukan kegiatan outdoor yang membutuhkan biaya transportasi besar.
  • pembelian materi-materi belajar, baik fisik maupun digital, yang tidak bijaksana dan melebihi kebutuhan yang digunakan anak.
Tapi biaya homeschooling juga bisa sangat murah ketika:
  • menggunakan materi-materi yang dimiliki dan ada di sekitar rumah.
  • menggunakan buku-buku bekas (yang penting materinya kan, bukan baru atau bekas).
  • berbagi resource dengan praktisi homeschooling lain.
  • menggunakan materi internet (misalnya: membership atau printable) yang bisa digunakan banyak anak sekaligus
  • menggunakan kreativitas untuk menggunakan materi-materi gratis yang ada di Internet.
Sekali lagi, isu dalam biaya homeschooling bukan mahal atau murah, tetapi fleksibilitas pembiayaan. Seberapapun biaya yang dikeluarkan oleh keluarga, semuanya digunakan sepenuhnya untuk kepentingan proses belajar anak. Penghematan juga dilakukan karena biaya-biaya tetap (fixed cost) seperti biaya gedung, seragam, pemeliharaan fasilitas bisa ditiadakan. Keluarga hanya membayar sesuai dengan fasilitas yang dipakai (pay as you go).
***

Biaya homeschooling keluarga kami

Sebenarnya agak susah menghitung berapa biaya homeschooling di keluarga kami. Sebab, kami sangat banyak memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah. Sebagai contoh, kami memaksimalkan Internet karena pekerjaan kami banyak berhubungan dengan Internet. Internet bukan hanya digunakan untuk bekerja, tetapi juga digunakan secara maksimal oleh anak-anak untuk proses homeschooling mereka. Jadi, anak-anak mendapat fasilitas Internet “gratis” karena biaya Internet itu sudah masuk dalam biaya pekerjaan kami.
Karena kami banyak menggunakan Internet untuk proses belajar anak-anak, kami berlangganan materi belajar online. Materi belajar online yang kami gunakan berganti-ganti sesuai kebutuhan. Yang relatif permanen adalah IXL Math, Mark Kistler Live (untuk Tata), dan Reading Eggs (untuk Duta). Sesekali kami membeli apps pelajaran untuk iPad, misalnya: iTooch untuk proses belajar bahasa Inggris.
Biaya terbesar dalam proses homeschooling kami saat ini adalah kegiatan eksternal/outdoor, baik biaya kursus maupun transportasi. Anak-anak belajar di luar rumah 3 kali seminggu: renang, basket, tenis, gym, taekwondo, yoga, street jazz, dll. Untuk semua kegiatan itu, biayanya sekitar 350ribu/bulan/anak. Ini “paket murah” karena kebetulan kami mendapat program promo & sibling-discount.
Yang mahal sebenarnya adalah “opportunity cost”. Kehadiran orangtua yang mendampingi proses belajar anak-anak adalah biaya tak terlihat dalam proses homeschool. Tapi, dalam kasus kami, itu  tak menjadi biaya lagi karena kami sudah menemukan pola bekerja dari rumah dengan menggunakan Internet.
Jadi, secara total biaya homeschooling di keluarga kami pada saat ini (2014) kurang lebih sekitar Rp 700 ribu – 1 juta/bulan/anak. Itu sudah all-in, termasuk biaya alat tulis, transport, percobaan, masak, craft, dll. Biaya ini berfluktuasi tergantung jenis kegiatan yang kami lakukan.
Mahal atau murah? Dibilang murah, tidak juga. Dibilang mahal, tergantung perbandingannya. Biaya ini tergantung kualitas pembelajaran, jenis kegiatan, dan kota tempat tinggal kita.
Untuk ukuran Jakarta, biaya ini masih lebih murah daripada biaya sekolah swasta pada umumnya di mana rasio guru/muridnya kecil. Apalagi dibandingkan sekolah internasional. Tentu saja, biaya itu terasa lebih murah lagi karena kami tak harus mengeluarkan uang pangkal atau uang gedung tahunan.
Sebagai perbandingan, berikut ini infografik biaya sekolah swasta dan sekolah internasional di Jakarta tahun 2014 menurut data Detik.com.
 http://rumahinspirasi.com/berapa-biaya-homeschooling-2/

Yang Harus Dimiliki Orang Tua

Orangtua sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya harus memiliki sifat-sifat yang utama pula, agar kita meraih keberhasilan dalam pendidikan anak-anak kita. Meskipun mungkin hal tersebut sulit, namun kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki sifat-sifat tersebut, sebab kita akan menjadi fokus teladan pendidikan bagi generasi baru, paling tidak sebagi fokus teladan bagi anak-anak kita. Mereka akan senantiasa menyorot kita selaku seorang pendidik dan pembimbing, karena kitalah contoh nyata yang mereka saksikan dalam kehidupan mereka.
Berikut beberapa karakter yang harus dimiliki orang tua…
  1. Ikhlas
Rawat dan didiklah anak dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah. Canangkan niat semata-mata untuk Allah dalam seluruh aktivitas edukatif, baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan, maupun hukuman.
Niat yang ikhlas selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah, juga akan meneguhkan hati kita di saat ujian datang. Dan hati kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang kita raih setelah usaha dan doa.
  1. Bertakwa
Inilah sifat terpenting yang harus dimiliki seorang pendidik. Yaitu takwa yang didefinisaikan oleh para ulama : “Menjaga agar Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia larang, dan jangan sampai Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia perintahkan.” Yakni mengerjakan segala yang dia perintahkan dan menjauhi segala yang Dia larang.
Atau sebagimana yang dikatakan ulama lain : “Menjaga diri dari azab Allah dengan mengerjakan amal shalih dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.” Yakni menjaga diri dari azab Allah dengan senantiasa merasa di bawah pengawasannya. Dan senantiasa menapaki jalan yang telah Dia gariskan baik saat sendiri maupun dihadapan manusia.
Hiasi diri dengan takwa, sebab pendidik adalah contoh dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam.
Dan ingatlah janji Allah bahwa Dia akan memudahkan urusan orang yang bertakwa, akan memberi jalan keluar baginya, dan memberi rizki dari arah yang tidak ia sangka. Karena anak yang shalih adalah rizki. Mudah-mudahan karena ketakwaan kita, Allah berkenan memberikan jalan keluar bagi setiap urusan kita dan memberikan rizki yang baik kepada kita.
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:4)
  1. Berilmu
Pendidik harus berbekal ilmu yang memadai. Ia harus memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar pendidikan dalam Islam. Mengetahui halal haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syariat Islam. Karena dengan mengetahui semua itu pendidik akan menjadi seorang alim yang bijak, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, mampu bersikap proporsional dalam memberi materi pendidikan, mendidik anak dengan pokok-pokok persyaratannya. Mendidik dan memperbaiki dengan berpijak pada dasar-dasar yang kokoh. Medidik dan mengarahkan anak didik dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Memberikan contoh yang baik kepada mereka dengan keteladanan yang agung dari nabi dan para sahabat beliau. Sebaliknya, jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih-lebih tentang konsep dasar pendidikan anak, maka akan dilanda kemelut spiritual, moral, mental dan sosial. Anak akan menjadi manusia yang tidak berharga dan diragukan eksistensinya dalam semua aspek kehidupan.
Orang yang tidak mempunyai sesuatu bagaimana ia akan memberikan sesuatu kepada orang lain??
  1. Bertanggung jawab
Milikilah rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak, baik aspek keimanan maupun tingkah laku kesehariannya, jasmani maupun ruhaninya, mental maupun sosialnya. Rasa tanggung jawab ini akan senantiasa mendorong upaya menyeluruh dalam mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan dan mengikutinya, membiasakan dan melatihnya.
Bertanggungjawablah, karena setiap dari kita adalah pemimpin dan anak adalah amanat serta ujian dari Allah
  1. Sabar dan tabah
Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebab dalam proses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian. Baik tantangan dari diri kita sendiri, anak didik, maupun tantangan dari luar lingkungan. Kita harus bisa melaksanakan sebaik-baiknya kewajiban mendidik anak diantara tugas dan tanggung jawab kita yang lainnya. Kita akan dihadapkan kepada berbagai macam karakter anak. Ulah dan tingkah mereka yang sangat menuntut kesabaran dalam menghadapinya. Ditambah lagi dengan faktor luar, baik lingkungan sekitar, kawan bergaul, berbagai macam media, dan lain sebagainya. Menghadapi semua tantangan dan ujian ini, kita tidak boleh menanggalkan sifat tabah dan sabar meski hanya sekejap. Jika tidak niscaya ancaman kegagalan terpampang di depan mata. Jadi hendaklah kita senantiasa bersabar dengan mengharap rahmat Allah dan mewasapadai sikap putus asa, karena sesungguhnya orang yang berputus asa dari rahmat Allah adalah orang kafir.
إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“ Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf:86)
  1. Lemah lembut dan tidak kasar
Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih jiwa anak yang masih polos dan lugu. Setiap anak sangat merindukan sosok pendidik yang ramah dan lemah lembut. Sebaliknya jiwa si anak akan takut dengan karakter pendidik yang kasar dan kejam. Rasulullah adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan. Sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya sikap kasar akan membawa keburukan. Disamping itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa dan ingatan si anak.
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk.” (HR Muslim)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Wahai ‘Aisyah bersikap lemahlembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lemah lembut ini.” (HR Imam Ahmad)
Sifat lemah lembut ini akan membuat anak nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran. Dan secara tidak langsung sifat lemah lembut ini alan mewarnai karakter anak dan insya Allah sifat ini dengan sendirinya akan menurun kepadanya. Dan orang yang pertama kali akan merasakan kebaikannya adalah orang tuanya itu sendiri.
  1. Penyayang
Perasaan sayang akan menjadi penghangat suasana dan menjadikan proses pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan. Kasih sayang merupakan salah satu pondasi perkembangan seorang anak serta merupakan pilar pertumbuhan kejiwaan dan sosialnya secara kuat dan normal. Apabila anak kehilangan cinta kasih, ia akan tumbuh secara menyimpang di tengah masyarakat, tidak mampu bekerjasama dengan individu-individu di masyarakat dan membaur di tengahnya.
Anas radhiyallahu’anhu meriwayatkan, “Seorang wanita mendatangi ‘Aisyah lalu ‘Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itu memberi tiap-tiap anaknya satu butir kurma dan menyisakan satu butir untuk dirinya. Lalu kedua anak memakan kurma tersebut kemudian melihat kurma yang ada pada ibunya. Kemudian wanita itu membelah dua kurma itu lalu memberi masing-masing setengah kepada dua anaknya tersebut. Taklama kemudian Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam datang, lalu ‘Aisyah menceritakan hal itu kepada beliau. Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Apakah kamu takjub melihatnya? Sungguh Allah telah merahmatinya karena kasih sayangnya kepada dua anaknya” (HR. Bukhari)
  1. Lunak dan fleksibel
Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas. Namun harus difahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya disini lebih mengarah pada sikap mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya. Seorang pendidik hendaknya memilih kemudahan yang dibolehkan oleh syariat. Ketika dihadapkan pada dua pilihan, maka pendidik yang bijak akan memilih yang paling ringan dan mudah selama hal itu bukan perkara haram. Termasuk dalam hal ini sikap tidak berlebih-lebihan. Sikap berlebih-lebihan merupakan sifat tercela dalam segala hal, demikian juga sikap terlalu menggampangkan. Termasuk juga dalam dunia pendidikan, seorang pendidik harus bisa bersikap seimbang, proporsional, dan pertengahan.
Abu Mas’ud ‘Uqbah bin Umar Al Badri rhadhiyallahu’anhu berkata, “Sesungguhnya aku biasa melambatkan hadir dalam shalat Subuh berjamaah karena si Fulan yang suka memanjangkan shalatnya ketika mengimami kami.” Akhirnya Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam marah, dan aku belum pernah melihat beliau marah ketika memberikan nasehat melebihi kemarahan beliau saat itu. Beliau bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya diantara kalian ada yang membuat orang lain lari (meninggalkan shalat jama’ah). Maka siapa saja diantara kalian yang menjadi imam shalat hendaklah ia meringankannya, karena diantara makmum ada orang yang sudah tua, orang lemah, dan orang yang sedang punya keperluan.” (Mutaffaqun’alaih)
Jika Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam melarang sikap berlebihan seperti itu dalam masalah pokok agama, lalu bagaimana pula dalam masalah pendidikan? Rasulullah bersabda, “Permudahlah, jangan membuat sulit dan berikanlah berita gembira, janganlah kalian membuat orang lain lari.” (Mutaffaqun’alaih)
  1. Tidak mudah marah
Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negatif dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya, maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan juga anak-anaknya. Karena sebagian besar kemarahan itu datangnya dari syaithan. Perasaan anak sangatlah peka, mereka dapat membedakan manakah nasehat yang didorong oleh kemarahan dan manakah nasehat yang didorong oleh rasa kasih sayang. Dan tentu pengaruhnya bagi hati juga akan berbeda. Dampak buruk lain dari sikap suka marah ini adalah anak akan merasa aman ketika bersalah, menunggu orangtuanya sampai benar-benar marah. Dan anak yang terbiasa dididik dengan kekerasan dan kemarahan akan kebal dengan nasehat dan gamang dengan kelemahlembutan. Karena itu, ketika ada seseorang meminta nasehat kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, beliau bersabda : “Jangan marah!” orang itu mengulanginya beberapa kali, namun beliau tetap mengatakan, “Jangan marah!”
Disamping itu Nabi shalallahu’alaihi wassalam juga mengatakan bahwa keberanian (syaja’ah) adalah kemampuan seseorang untuk menahan amarah. Diriwayatkan dari Abu Harairah bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang pemberani bukanlah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi pemberani adalah orang yang menguasai (menahan) diri ketika marah.” (Muttafaqun’alaih)
  1. Dekat namun berwibawa
Pendidik yang sukses adalah pendidik yang benar-benar dekat di hati anak. Anak selalu merindukannya. Mereka merasa gembira dan bahagia bersmanya. Pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Anak bukan takut kepadanya, namun merasa sayang, hormat dan segan melanggar perintah dan kata-katanya. Kita bisa melihat bahwa rasulullah selalu dekat dan akrab dengan anak-anak. Bukan hanya terhadap Al-Hasan dan al-Husein (cucu beliau) tetapi juga anak-anak yang lainnya. Namun kedekatan beliau itu tidak membuat anak-anak berani berbuat semaunya, tanpa bisa diatur. Sebaliknya, setiap nasehat dan petuah beliau menghujam begitu dalam di hati mereka. Beliau adalah pendidik yang akrab lagi penuh wibawa.
  1. Membatasi diri dalam memberikan nasehat
Terlalu banyak berbicara seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sementara itu, membatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik acapkali justru memberikan hasil yang diinginkan dengan ijin Allah. Diriwayatkan dari Abi Wa’il Syaqiq bin Salamah bahwa dia berkata: Adalah Ibnu Mas’ud memberikan pelajaran seminggu sekali setiap hari kamis. Lalu ada seseorang yang mengusulkan, “Wahai Abu ‘Abdirrahman (kunyah Ibnu Mas’ud)! Kami sebenarnya ingin jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari.” Dia menjawab, “Sesungguhnya yang menghalangiku untuk melakukannya adalah karena aku tidak suka bila melihat kalian bosan. Aku membatasi diri dalam memberikan petuah kepada kalian sebagaimana Rasulullah memberikan batasan dalam memberikan nasehat kepada kami karena khawatir bila hal itu membuat kami bosan.” (Muttafaqun’alaih)
***
muslimah.or.id
Diringkas dari :
Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan Chairriyah & Abu Ihsan Al-Atsari, Darul Ilmi
Mendidik Anak Bersama Nabi shalallahu’alaihi wassalam, Muhammad Suwaid, Pustaka Arafah

Tips Sederhana Mengajarkan Al Quran Pada Anak (Metode Talkin)

Telah kita ketahui betapa besar pahala mengajarkan Al-Quran, sebagaimana hadits berikut:
عن عثمان بن عفّان رضي الله عنه عنِ النبيِّ صلى الله عليه و سلّم قال : خيركم من تعلّم القرآن و علّمه
Dari ‘Utsman radhiyallahu’anhu,  dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari no.5027)
Dalam hadits ini tidak ada pembatasan usia tentang usia berapa kita belajar dan  siapakah orang yang kita ajari. Maka kita mengajarkan Al Quran kepada anak juga termasuk kedalam cakupan hadits ini. Namun demikian, tidak semua wanita dapat mengajarkan Al Quran kepada anak (baik anak kandung atau selainnya) dengan baik.
Mengingat begitu besarnya keutamaan mengajarkan Al Quran, saya ingin berbagi tips kepada para pembaca sekalian yang saya ambil dari buku Kurikulum Pendidikan Anak Muslim yang ditulis oleh Syaikh Fuhaim Musthafa.
  • Sebelum pengajar mulai membacakan surat, ia harus mengingatkan anak agar memusatkan perhatiannya terhadap apa yang akan dibacakan. Yang demikian itu supaya hal-hal berikut dapat terwujud:
    - Anak menyimak bacaan pengajar sehingga bisa menirukan setiap harakat huruf, ketika berhenti saat waqaf pada tempat –tempat berhenti serta cara mengucapkan huruf per huruf secara benar.
    - Hati anak menjadi khusyu’, tenang, dan menghormati bacaan Al Quran saat mendengarkannya.Melatih anak membaca Al-Quran langsung dari mushaf. Di samping itu juga memperkenalkan kepadanya tanda-tanda waqaf dan istilah-istilah untuk memperbaiki bacaan pada setiap ayat seperti, mad, idgham, sukun, menebalkan huruf qalqalah, memperjelas makhraj (tempat keluarnya) setiap huruf, hamzah washal, hamzah qatha’   dan lain sebagainya.
  • Sebelum pengajar membacakan surat, ia memulai dengan pembicaraan ringan yang menjadikan anak semangat mempelajari surat tersebut dan memahami maknanya.
  • Memperdengarkan bacaan Al Quran pada pendengaran anak dengan bacaan yang khusyu’ lebih dari satu kali.
  • Anak diminta membaca surat itu sepenggal –penggal secara bersama-sama lebih dari satu kali
  • Sementara itu sang pengajar membenarkan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada anak saat membaca Al Quran.
  • Pengajar menyuruh beberapa anak mengulangi surat yang sudah dibacakan secara bersamaan. Kemudian menyuruh beberapa anak yang lain dan seterusnya.
  • Setelah itu pengajar menyuruh anak satu per satu membaca Al Quran, pengajar menyuruh salah seorang anak untuk membaca Al Quran  setelah ia memberi contoh bacaannya. Kemudian meminta anak lainnya melakukan hal serupa, dan seterusnya.
  • Pengajar hendaknya mendiskusikan makna surat kepada anak  dengan memberikan pertanyaan ringan. Hingga pengajar benar-benar mengetahui bahwa seluruh anak sudah memahami makna surat dengan baik.
  •  Pengajar Al-Quran harus menanamkan dalam jiwa anak bahwa mempelajari Al-Quran adalah ibadah. Allah ta’ala memberikan pahala yang sangat besar.
  • Pengajar harus mempunyai target pada pertemuan itu anak harus mengulangi ayat-ayat yang diajarkan dengan membacanya berkali-kali.
  • Harus diperhatikan oleh pengajar yaitu membenarkan bacaan anak supaya jangan sampai salah sedikitpun. Karena yang sedikit itu akan dibawa sampai dewasa jika tidak dibetulkan.
  • Menjadi catatan untuk pengajar bahwa anak difahamkan dengan makna ayat-ayat yang dia pelajari dengan pemahaman sederhana, sesuai tingkatan akalnya.
Dalam mengajar tentu saja pasti ada hambatan-hambatan, maka hendaklah selalu berdo’a kepada Allah supaya diberi kesabaran dan keteguhan niat. Karena terkadang dikarenakan hambatan-hambatan yang ada, seorang pengajar menjadi putus asa.
***
Muslimah.Or.Id
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Kiat agar Anak Cinta Al-Quran pada Usia Dua Tahun

Pada usia ini, sangat tidak mungkin keberadaan pengajaran Al-Quran atau pun menghafalkannya menjadi sempurna. Namun, dimulainya metode-metode pendidikan yang paling utama dalam upaya menanamkan kecintaan anak-anak terhadap Al-Quran sesudah tahun kedua, yakni berdasarkan keteladanan. Aktivitas keteladanan pada fase ini merupakan bagian penting dan inti dalam mengarahkan perilaku anak.
Karena itu, semenjak tahun kedua, jika anak kecil merasakan kecintaan kedua orang tuanya terhadap Al-Quran dari celah-celah perilaku keduanya, maka perasaan ini akan berpindah kepada dirinya secara otomatis, tanpa harus ada usaha keras dari keduanya.
Jika ia mendengar lantunan Al-Quran di rumahnya atau ia terbiasa melihat orang tuanya membaca Al-Quran, ini semua akan melahirkan perasaan senang terhadap Al-Quran pada dirinya.
Jika ia memperhatikan bahwa kedua orang tuanya merasa gembira dengan adanya seorang Syaikh yang melantunkan Al-Quran saat keduanya sedang memutar channel radio, lalu kedua orang tuanya duduk untuk mendengarkan Syaikh tersebut dengan penuh perhatian dan ketenangan, maka ia akan belajar menaruh perhatian dengannya dan tidak mengutamakan sesuatu yang lain di atasnya.
Jika ia melihat keduanya memilih tempat-tempat yang paling utama dan paling tinggi untuk meletakkan mushaf, lalu keduanya tidak meletakkan seuatu pun di atas Al-Quran tersebut, serta keduanya tidak meletakkannya pada tempat-tempat yang tidak layak, maka sesungguhnya hal tersebut akan merembes ke dalam akal sehat anak. Dengan demikian, seiring dengan berjalannya waktu, ia akan mengetahui bahwa mushaf ini merupakan sesuatu yang agung, besar, mulia, serta wajib dihormati, dicintai, dan disucikan.
Dari sisi lain, jika suatu saat anak merasa risau dengan kedua orang tuanya yang melalaikan dirinya karena membaca Al-Quran, lalu ia menghampiri keduanya dan menghentikan aktivitas keduanya, maka keduanya janganlah membentak dan menghardik. Namun hendaklah salah satu dari keduanya justru merengkuhnya dalam pelukan serta berkata kepada anaknya, “Ini adalah kitab Allah.” Dengan demikian, anak akan merasa cinta terhadap Al-Quran Al-Karim.
Pada fase ini, anak lebih banyak belajar dengan cara taklid (mengikuti orang lain) daripada pembicaraan. Selain itu, dengan tanpa disadari, program “menjadikan anak cinta Al-Quran” pada usia ini akan menjadi sempurna dan terus mengikatnya.
Jika seorang anak tumbuh di dalam rumah yang di dalamnya hanya ada nyanyian, musik yang memekik, tarian dansa, dan yang semisal itu, apa kiranya yang bisa diharapkan dari si anak?
Oleh karena itu, jika Anda hendak menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran pada anak-anak, berusahalah untuk menjadi teladan yang baik dalam berinteraksi dengan Al-Quran Al-Karim.

Disarikan dari buku Mendidik Anak Cinta Al-Qur’an, karya Dr. Sa’ad Riyadh, 2007 M/1428 H, Sukoharjo: Insan Kamil.

Contoh Hasil Tarbiyah Anak-Anak

Seorang pendidik bertanya kepada sekumpulan anak-anak, "Apakah cita cita kalian kalau sudah besar". Anak pertama menjawab :"Ingin jadi polisi", kedua ;"Ingin menjadi pilot", ketiga :"Ingin jadi sahabat Nabi"!!!
Jawaban anak ketiga menunjukan penanaman agama yang tinggi orang tuanya, ibunya atau ayahnya kepada sang anak.
Sekarang marilah kita tanyakan kepada anak-anak kita, kalau sudah besar mau jadi apa??
Semoga ia tdk menjawab:

- jadi spiderman....atau
- batman...
- xman...
- naruto...atau yang lainnya...atau
- ingin bisa makan indomi??
Ada seorang ikhwan yang selalu melarang anaknya makan indomie, akan tetapi ikhwan tersebut sering makan indomi. Maka sang anak (yang berusia sekitar 4 tahun) bertanya "Abi kok boleh makan indomi?". Maka sang ayah menjawab :"Karena abi sudah besar, kamu kalau sudah besar juga boleh makan indomi"
Sang anak karena begitu sukanya dengan indomi, suatu ketika ada sahabat ayahnya yang bertanya kepada anak tersebut, "Kamu kalau udah gede mau jadi apa?", maka spontan sang anak tersebut menjawab,"Ingin bisa makan indomi"....

http://firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/651-contoh-hasil-tarbiyah-anak-anak

KARAKTER PENDIDIK

Sesuai janji kami untuk mengutip beberapa hal penting dalam acara Talk Show bersama Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, M.A 1 Januari lalu, maka kami kutip hal-hal yang berkaitan dengan pendidik. Semoga bermanfaat.

Ada sebuah pepatah:
فاقد الشيئ لا يعطيه
"Orang yang tidak memiliki tidak bisa memberi."

Orang yang memiliki rasa khouf kepada Allah maka terbawa/terpancar ‘aura’nya dalam tutur katanya sehingga dapat membuat orang lainpun memiliki rasa khouf kepada Allah.

Alkisah ada seorang guru agama yang tutur kata serta penjelasannya sangat muatsir (berpengaruh) terhadap siswa-siwanya. Namun karena negeri tempat si guru tersebut mengajar adalah negeri yang ditekan oleh rejim militer, pihak sekolah tidak senang dengannya. Maka dipindahkanlah ia menjadi guru KESENIAN. Dapat dibayangkan betapa jauhnya dua mata pelajaran tersebut!

Suatu hari si guru agama yang beralih profesi menjadi guru kesenian tersebut menggambar sekuntum bunga mawar. Karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam menggambar tentu saja gambar si guru agama tersebut tidak bagus. Si guru tersebut berkata, “Mawar yang saya gambar jelek” Namun siswa-siswanya menyukai gambar guru tersebut. Si guru agama tadi melanjutkan, “Namun lihatlah bunga mawar asli ini! Siapakah yang membuat warna mawar ini indah? Siapa yang mengatur susunan daun-daunnya?” Siswa-siswanya sangat terpengaruh dengan guru tersebut sampai akhirnya si Kepala Sekolah tersebut berkata, “Guru seperti ini pantasnya diberhentikan!” KARENA APAPUN MATA PELAJARAN YANG DIAJARKANNYA SENANTIASA DIARAHKAN UNTUK MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH.

Pelajaran penting:

Dalam Talk Show tersebut Dr. Erwandi mengkritisi muatan mata pelajaran yang sangat padat untuk anak. Padahal anak memiliki kemampuan yang terbatas. Beliau membawakan kisah ini untuk menjelaskan bahwa perlu disiasati agar prioritas pelajaran agama senantiasa diterapkan kepada anak-anak dalam setiap lini. Selain itu beliau menceritakan hal tersebut untuk memberikan satu teknik mengajarkan din dalam setiap mata pelajaran. Maka kepribadian,aqidah, suluk serta akhlak pendidik merupakan faktor penting dalam proses Tarbiyah anak. Setiap kita yakin –insya Allah –bahwa yang menjadikan anak kita sukses dunia akherat tidak lain dan tidak bukan adalah dengan senantiasa mempelajari ilmu yang dapat membuatnya takut dan berharap kepada Allah semata. Dan ilmu itu didapat dari ilmu dinul Islam. Maka selayaknya ilmu agar manusia takut dan berharap kepada Allah disisipkan dalam setiap mata pelajaran.

Pendidik yang memiliki rasa takut kepada Allah akan dapat menanamkan rasa takut kepada Allah, sebagaimana pendidik yang baik akhlaknya dapat menanamkan akhlak mulia kepada anak didiknya. Inilah makna dari pepatah:

فاقد الشيئ لا يعطيه
"Orang yang tidak memiliki tidak bisa memberi."

Nas-alullah as salamah wal ‘afiyah.

Dilanjutkan dengan kutipan berikutnya dari Talk Show tersebut. Billahit Taufiq

~WAHANA BELAJAR UNTUK YANG BERJIWA HANIF~ (YAYASAN AL-HANIF CILEGON)

Wariskanlah Ilmu dari Pada Harta

"Mewariskan harta US $ 76 Milliar pada anak-anak kami, hanya akan memberikan bencana pada kehidupan mereka, jauh lebih baik kami sumbangkan kepada yayasan-yayasan amal."

"...dan biarlah mereka belajar untuk menjadi lebih kuat dan tegar menjalani hidup mereka seperti kami dulu menjalani hidup kami dari awal dan cukuplah kami memberikan kepada mereka pendidikan terbaik yang bisa kami berikan."
-Bill Gate-
(Ayah Edy)

Beralasan dengan sikon...?

Istri Fir'aun bertekad untuk berubah menuju kebaikan padahal ia berada di bawah ancaman dan kekuasaan Fir'aun syaitan terbesar...
Anaknya nabi Nuuh 'alihis salaam bertekad untuk tidak berubah (tetap dalam kesesatan) padahal ia berada dibawah dakwah sang ayah Nabi Nuuh...
Jika bertekad kuat untuk baik maka kondisi apapun akan dimudahkan oleh Allah dengan izin Allah, akan terapi jika memang malas dan tdk mau berubah maka kondisi baik bagaimanapun tidak akan merubah keadaan (www.Firanda.com)

Ciri-cir Anak Yang Berotak Kanan




 1.Sulit mengikuti pelajaran di sekolah

2.Waktu kecil ia termasuk anak yg terlambat bicara dibanding anak seusianya.

Cara Cepat Menghafal Al Qur’an Dalam 1 Tahun


Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahualaihi Wassalam.
Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan alquran.

Anak Hiperaktif: Penyebab dan Cara Mengatasinya


 Selama ini, orang-orang terlanjur percaya 
pada mitos bahwa penyebab anak hiperaktif adalah dari pola pengasuhan yang kurang baik serta pola makan yang terlalu banyak mengkonsumsi gula. Namun setelah para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata ditemukan bahwa penyebab anak hiperaktif adalah adanya gangguan genetik yang terdapat pada DNA anak yang bersangkutan. Sebagai informasi, di seluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 3-5 persen anak yang hiperaktif.
      Hiperaktif atau yang disebut juga dengan ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder) merupakan penyakit genetik dan membuat otak anak berkembang dengan kondisi berbeda dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Dalam sebuah penelitian, didapati bahwa otak anak-anak yang menderita ADHD ternyata memiliki potongan kecil DNA yang terhapus maupun terduplikasi yang dikenal sebagai Copy Number Variants (CNVs). Area yang tumpang tindih tersebut berada di area tertentu yang terdiri dari beberapa gen yang berperan dalam perkembangan otak dan terkait dengan gangguan kejiwaan serta schizofrenia.
      ADHD akan membuat penderitanya impulsif sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir, merasakan kegelisahan yang berlebihan, mudah merasa terganggu serta biasanya mengalami kesulitan dalam pelajaran. Para ahli membagi ADHD dalam 3 tipe, yaitu 'tipe yang tidak bisa memusatkan perhatian', 'tipe yang hiperaktif dan impulsif' serta 'tipe gabungan' dari keduanya.
      Pada tipe yang pertama, penderitanya tidak mengalami gejala hiperaktif maupun impulsif namun sangat mudah terganggu perhatiannya. Biasanya tipe ini terdapat pada anak-anak wanita, dengan gejalanya berupa sering melamun dan seolah merasa sedang berada di awang-awang. Pada tipe kedua, penderitanya menunjukkan gejala hiperaktif dan impulsif namun masih dapat berkonsentrasi dan memusatkan perhatian pada sesuatu. Biasanya tipe ini dapat ditemukan pada anak-anak kecil. Sementara pada tipe ketiga merupakan yang paling banyak ditemui, anak-anak penderitanya akan sulit memusatkan perhatian serta hiperaktif dan impulsif.
      Sampai sekarang penyakit ADHD ini masih belum ditemukan obatnya, namun hasil penelitian di atas setidaknya dapat membantu mengungkapkan penyebab ADHD sebenarnya sehingga nantinya didapatkan pengobatan baru yang lebih efektif. Meski begitu, saat ini Anda dapat meminimalisir gejala hiperaktif tersebut dengan cara melakukan terapi perilaku disertai konsumsi obat-obatan.
      Selain itu, anak-anak dengan ADHD juga dapat dibantu secara khusus oleh orangtua, guru, dokter serta lingkungan bermainnya dengan mengkondisikan suasana dan kegiatan yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian, anak-anak ADHD tersebut dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif serta masalah sulitnya memusatkan perhatian mereka secara lebih baik, seperti dengan membiarkan mereka melakukan aktivitas fisik yang dapat memberi kebebasan bergerak pada mereka. Anak-anak dengan ADHD juga biasanya mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata namun orangtua mereka sering tidak menyadarinya. Untuk itu, orangtua juga harus memperhatikan kecerdasannya dengan cara menyalurkan dan mengarahkan keaktifan mereka pada hal-hal yang positif seperti pada kegemaran dan hobi yang disukainya.
      Mendidik anak hiperaktif pun berbeda caranya dengan mendidik anak-anak normal. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan disiplin pada anak tanpa menghukumnya secara berlebihan bila sang anak melakukan kesalahan. Untuk menegakkan disiplin tersebut, orangtua dapat memulainya dengan membuat perjanjian kecil dengan sang anak agar mengerti mana hal yang baik dan benar, namun dengan cara yang tidak menyinggung mereka. Di atas semua itu, sangat penting bagi orangtua untuk menjaga komunikasi, bersabar dan lebih memberikan kasih sayang pada sang anak yang menderita ADHD, serta mencurahkan perhatian terhadap semua tingkah lakunya agar tetap berada dalam kontrol. http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=1001_Anak-Hiperaktif:-Penyebab-dan-Cara-Mengatasinya

Tanda Ciri Anak Hiperaktif

Anak hiperaktif dalam dunia medis dikenal dengan istilah ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan pada kita masyarakat umum tanda gejala hiperaktif seperti ini ditandai dengan anak yang selalu bergerak dan tidak mau diam seakan mempunyai tenaga dan energi yang tidak habis-habisnya. ADHD ini termasuk dalam bagian kelainan psikiatrik dan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak.

ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius. Menurut Nelson yang dimaksud dengan pengertian hiperaktif adalah merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal, Inilah makna definisi anak hiperaktif itu sendiri.



Penyebab Hiperaktif.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif yaitu :
  1. Kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.
  2. Temperamen Bawaan.
  3. Pengaruh Lingkungan.
  4. Malfungsi Otak.
  5. Epilepsi.
Bisa juga oleh karena adanya gangguan di kepala oleh karena :
  • Gegar Otak.
  • Trauma kepala karena persalinan sulit.
  • Infeksi.
  • Keracunan.
  • Gizi buruk.
  • Alergi makanan
Ciri Anak Hiperaktif bisa dikenali dengan beberapa gejala dan tanda seperti berikut ini :
  1. Kesulitan dalam memfokuskan perhatian terhadap sesuatu hal.
  2. Tidak memberikan perhatian terhadap sesuatu yang detail.
  3. Tidak mau dan enggan untuk mendengarkan orang lain.
  4. Tidak bisa bermain dengan tenang.
  5. Tidak bisa tinggal diam di tempat.
  6. Memiliki masalah dengan tugas-tugas yang membutuhkan perencanaan.
Golongan Tipe Hiperaktif.
Hiperaktif (ADHD) ini bisa dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
  • ADHD tipe kombinasi tandanya adalah bila anak memiliki kriteria konsentrasi buruk dan hiperaktif.
  • ADHD tipe sulit konsentrasi bila anak memiliki kriteria sulit untuk berkonsentrasi.
  • ADHD hiperaktif-impulsif bila sang anak menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif.
Dan beberapa cara mengatasi menghadapi anak hiperaktif ini dengan penggunaan obat, pengaturan makanan, hindari pemanjaan, menciptakan lingkungan yang tenang, memilih acara TV dengan hati- hati, gunakan tenaga ekstra dengan tepat, membimbing dalam kebenaran. Ini adalah tips mengatasi hiperkatif dari Dr. Mary Go Setiawani (2000: 137-141).

Itulah ciri-ciri anak hiperaktif. Anak-anak ADHD perlu dibantu secara khusus oleh orangtua, guru, dokter, dan lingkungan bermainnya. Hal tersebut bisa mengkondisikan suasana dan kegiatan yang sesuai untuk mereka. Dengan begitu, si anak yang mempunyai perilaku hiperaktif akan bisa menyalurkan tingkah laku hiperaktifnya dengan baik dan juga tidak ke bagian-bagian yang negatif tentunya.

Kesimpulannya adalah kita sebagai para orang tua jangan pernah menganggap negatif terhadap anak-anak dengan gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Justru kita harus lebih dalam memberikan perhatian kepada anak-anak yang mengidap kelainan hiperaktif ini.( http://portalkesehatanku.blogspot.com/2013/08/tanda-ciri-anak-hiperaktif.html)

Cara Terbaik Memberikan Pujian

Mumpung hari minggu bersama keluarga, pelajari dan praktekan hal bermanfaat ini.

Kebanyakan orang tua pasti senang memuji dan membanggakan anaknya. Namun, beberapa pujian atau cara memuji yg diberikan orang tua terkadang kurang efektif dan kurang tepat sasaran. Bagaimana sih pujian yang tepat itu, agar berdampak positif bagi si kecil dan bukan sebaliknya? Ikuti beberapa petunjuk di bawah ini.

Harus Lebih Spesifik

Anak menggambar sebuah bunga. Gambar itu bagus sehingga Anda merasa perlu memujinya. Tetapi, jangan katakan, "Gambar itu bagus!". Perhatikan dulu gambarnya dengan cermat. Pilih bagian terbaik dari gambar itu. Bunganya yang berwarna merah, misalnya. Maka katakan, "Bunganya yang merah bagus sekali. Mama suka!"

Kalimat Anda akan memicunya untuk menggambar lebih baik, sehingga Anda tidak hanya memuji bunga yang merah saja, tetapi juga daunnya, bunga yang kuning dan semua yang ada di gambar itu.


Di Depan Orang Lain

Karena semua orang menyukai pujian, ada baiknya pujian pada si kecil juga tidak hanya diberikan saat dia sendirian. Berikan juga ketika dia sedang bersama yang lain, misalnya ayahnya, gurunya, om dan tantenya. Tetapi gunakan cara yang tidak terlalu langsung. Contohnya, "Ayah sudah melihat gambarmu yang bagus tadi? Coba tunjukkan, pasti komentar Ayah akan sama dengan komentar Ibu tadi!"

Iringi Dengan Perhatian

Agar pujian Anda membuat si kecil lebih termotivasi, barengi dengan perhatian, jadi jangan sekedar memuji. Misalnya, si kecil berhasil mengayuh sepedanya tanpa jatuh. Pujilah! "Bagus! Berarti anak Mama sudah besar ya!"

Hari berikutnya, saat melihat dia bersiap-siap dengan sepedanya, luangkan waktu Anda untuk melihat sendiri kemampuannya. Di tengah dia bersepeda, acungkan kedua jempol Anda sambil memujinya, sekali lagi. Maka si kecil akan semakin bersemangat.


Hargai Usahanya

Saat anak berhasil menuliskan namanya sendiri, meski belum sempurna, Anda perlu memberikan penghargaan yang lebih dari sekedar kata pujian. Misalnya, "Ayo kita tempel di lemari es. Biar semua orang tahu kalau anak Mama sudah pintar menulis!". Kesediaan Anda memamerkan karyanya itu kepada yang lain, akan membuat si kecil lebih bersemangat dalam meningkatkan kemampuan tulisnya.


Pilih Positifnya

Si kecil mulai bisa memakai celana sendiri, tetapi belum bisa mengenakan kaosnya. Maka pujilah kemampuannya mengenakan celana sendiri itu saja. Jangan singgung-singgung soal ketidakmampuannya memakai kaos sendiri.Atau katakanlah, "Pintarnya Anak Ibu, sudah bisa pakai celana sendiri. Jangan lupa kaosnya ya!". Ini lebih baik daripada, "Kenapa tidak sekalian dengan kaosnya?" Kalimat yang terakhir ini akan membuatnya merasa 'kecil' dan belum layak dipuji. Kasihan kan?


Pujian Tanpa Syarat

Pujian yang baik adalah yang diberikan tanpa embel-embel, tanpa syarat. Jangan memuji dengan kalimat, "Mama akan lebih bangga kalau kamu juga bisa pakai kaos sendiri. Biar nggak Cuma pakai celananya saja."

Tips lainnya: www.pendidikankarakter.com

Perkembangan Literasi Anak



“Anak saya umurnya sudah 5 tahun, tapi dia belum lancar membaca. Tulisannya juga masih jelek. Padahal untuk masuk SD favorit yang diincar, dia harus menjalani tes membaca, menulis, dan matematika! Tiga bulan lagi kami sudah harus mendaftarkannya… Bagaimana ini?”
Membaca, menulis, dan berhitung dahulu baru mulai diajarkan pada tahun pertama sekolah dasar. Saat itu usia masuk SD yang berlaku secara luas adalah 6,5-7 tahun. Tetapi sekarang, banyak SD yang mensyaratkan anak sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung untuk dapat diterima di sekolah tersebut. Usia memulai pendidikan dasar juga telah bergeser; anak yang belum genap berusia 6 tahun sudah dapat diterima di beberapa SD tertentu. Fenomena ini tidak jarang menimbulkan kepanikan orangtua, ditambah lagi dengan menjamurnya kursus-kursus baca-tulis-hitung yang ditujukan untuk anak usia prasekolah. Benarkah anggapan bahwa “lebih cepat lebih baik”? Kapan sebenarnya anak siap untuk belajar hal-hal di atas?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengenal tahapan normal perkembangan membaca dan menulis pada anak. Pada tiap tahapan, ada beberapa aktivitas yang dapat kita lakukan bersama anak untuk menunjang perkembangan baca-tulisnya.

Membaca dan menulis

Usia 2-4 tahun
Anak usia prasekolah masih sibuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya. Perkembangan bahasa terkait erat dengan perkembangan kemampuan membaca di kemudian hari. Pada usia ini, membacalah kepada anak Anda sesering mungkin untuk menumbuhkan minat bacanya dan memperluas kosakatanya. Lebih rinci mengenai perkembangan bicara dan bahasa dapat dibaca di sini.
Pada usia ini anak dapat mulai mempelajari keterampilan motorik halus dasar yang diperlukan untuk belajar menulis nantinya (pre-writing skills). Keterampilan-keterampilan tersebut misalnya belajar menarik garis, menggambar lingkaran, dan menghubungkan titik-titik. Mewarnai juga menunjang perkembangan keterampilan ini. Gunakan alat tulis dengan pegangan gemuk agar lebih mudah dipegang oleh anak.
Usia 4-5 tahun: Pre-reading skills
Usia taman kanak-kanak adalah usia yang baik untuk memperkenalkan anak pada dasar-dasar baca-tulis (pre-reading skills): pengenalan huruf dan angka, mendengarkan sajak berima, mencocokkan kata-kata dengan bunyi awal atau akhir yang sama (“buku” dan “bulan,” “tarik” dan “naik”). Bila anak sudah dapat mengeja suku kata (“b-a, ba”), tidak lama kemudian ia akan dapat membaca kata-kata sederhana (ibu, sapi, babi). Pada usia ini baik juga untuk memperkenalkan anak pada bagian-bagian buku: sampul depan, judul, pengarang, sampul belakang.
Anak mungkin mulai tertarik untuk menulis beberapa huruf dan angka. Ia makin nyaman menggunakan alat tulis. Untuk menunjang keterampilan ini, anak dapat diberikan permainan mencari jalan atau menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf dan angka.
Usia 6-7 tahun: Belajar membaca dan menulis
Pada tahun pertama SD, makin banyak kata yang dibaca oleh anak. Anak mulai dapat mengenali kata tanpa harus mengeja terlebih dahulu dan mengerti makna sebagian besar kata dan kalimat yang dibacanya. Pada pertengahan tahun pertama, ia dapat membaca sendiri buku-buku sederhana. Pada usia ini, sediakan untuk anak bacaan yang bervariasi, dapat berupa buku atau majalah. Manfaatkan perpustakaan sekolah semaksimal mungkin.
Pada usia ini anak sudah mahir memegang pensil atau pena. Pada akhir masa ini, anak sudah mahir menulis, dengan tulisan yang dapat dibaca.
Usia 7-8 tahun: Belajar membaca tingkat lanjut
Makin banyak kata dan kalimat yang telah dibaca oleh anak usia ini. Dengan membaca, anak memperluas kosakata dan pengetahuannya tentang dunia di sekitarnya. Anak dapat membaca keras-keras dengan ekspresi dan sudah memiliki preferensi buku atau cerita yang disenanginya. Bila membaca cerita, anak sudah dapat mengidentifikasi tokoh, setting, dan peristiwa-peristiwa di dalamnya. Pada akhir masa ini, biasanya anak sudah dapat membaca sendiri dengan lancar.
Usia 8 tahun ke atas
Setelah usia 8 tahun, anak sudah mahir mempergunakan keterampilan membacanya untuk belajar baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada usia remaja, anak sudah mengerti sepenuhnya apa yang dibacanya. Jenis bacaannya pun bervariasi, mulai dari fiksi hingga nonfiksi.
Apabila anak menemui kesulitan serius dalam membaca atau menulis pada usia sekolah dasar, mungkin anak memiliki gangguan belajar. Lebih rinci mengenai gangguan belajar dapat dibaca di sini.

Berhitung dan matematika

Untuk belajar berhitung dan matematika, anak harus sudah memiliki kosakata yang luas serta pemahaman beberapa konsep dasar, misalnya banyak-sedikit, besar-kecil, pengetahuan tentang bentuk dan pola. Berikut tahapan perkembangan ketrampilan berhitung dan matematika pada anak.
Usia prasekolah (2-3 tahun)
Pada usia ini, anak mulai mengenal angka satu digit (1 sampai 9). Beberapa anak sudah mulai dapat menulis angka, bergantung pada kemampuan motorik halusnya. Anak juga sudah dapat menghitung benda, terutama jika jumlah benda tidak lebih dari lima.
Anak usia prasekolah dapat diajarkan untuk mengenali dan meneruskan pola atau deret sederhana.
Contoh: jeruk – pisang – jeruk – pisang
Setelah beberapa lama, anak dapat mengenali dan meneruskan deret yang lebih kompleks.
Contoh: apel – jeruk – pisang – apel – jeruk – pisang
jeruk – jeruk – pisang – jeruk – jeruk – pisang
Selain itu, anak usia prasekolah juga dapat mulai belajar mengelompokkan benda menjadi dua atau tiga kelompok menurut warna, bentuk, ukuran, atau sifat lain yang dapat dikenalinya. Contohnya, anak dapat diajak mengelompokkan balok menjadi dua kelompok, merah dan biru.
Usia taman kanak-kanak (4-5 tahun)
Pada usia ini, anak sudah dapat mengenali angka 1 hingga 20. Anak juga sudah memahami konsep jumlah yang ditunjukkan oleh masing-masing angka dan dapat menghitung benda dengan benar apabila jumlah benda 20 atau kurang. Beberapa anak sudah mulai dapat menghitung loncat (1, 3, 5, 7 atau 10, 20, 30, 40).
Anak usia taman kanak-kanak dapat mengenali dan meneruskan deret yang makin kompleks (misal: merah – merah – biru – kuning – merah – merah  – biru – kuning). Mereka juga sudah bisa membuat deret sendiri dan meneruskannya.
Selain itu, anak juga dapat mengelompokkan benda menjadi tiga kelompok atau lebih berdasarkan lebih dari satu sifat, contohnya: balok merah besar, balok merah kecil, balok biru besar, balok biru kecil.
Usia sekolah dasar (6-10 tahun)
Pada tahun pertama sekolah dasar, anak dapat belajar penjumlahan dan pengurangan dengan satu digit. Pada tahun kedua, anak mulai dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan dua digit atau lebih. Tahun ketiga dan keempat adalah saatnya anak mulai mempelajari perkalian dan pembagian.Pada usia selanjutnya (11 tahun ke atas) barulah anak dapat mengerti sepenuhnya mengenai pecahan, desimal, persentase, dan geometri.
Apabila anak menemui kesulitan serius dalam berhitung pada usia sekolah dasar, mungkin anak memiliki gangguan belajar. Lebih rinci mengenai gangguan belajar dapat dibaca di sini.
Adakah kata “terlalu dini” untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung?
Tidak pernah “terlalu dini” untuk belajar, selama aktivitas yang diberikan sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak. Sebaiknya kita tidak memaksakan anak untuk menguasai keterampilan yang berada di atas tahapan yang sudah dicapainya. Ingatlah bahwa setiap anak memiliki waktu dan kecepatan tersendiri untuk belajar; tahapan perkembangan yang dicapai satu anak tidak dapat dibandingkan dengan anak lainnya. Selain itu, “belajar” harus tetap menyenangkan untuk anak!
Penulis : Amanda Soebadi (Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM)

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.