Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Solusi Menghadapi Anak Yang Jenuh Belajar



Anak jenuh belajar, merupakan fenomena umum. Tidak perlu cemas menghadapi masalah seperti ini. Ada masa mereka memiliki kehidupan sendiri tanpa campur tangan orangtua.
Pada masa- masa kejenuhan seperti ini sedang melanda mereka, yang diperlukan adalah perhatian bijaksana, bukan ceramah umum yang kerap hanya berbentuk indoktrinasi. Apalagi bila berisi "ancaman" masa depan yang belum dipahami anak.

 Tanpa disadari, orangtua kerap berperan sebagai seorang "tukang ancam" bagi anak yang masih dalam usia belia. Baru menghadapi sikap anak yang mulai malas belajar, ketika mereka baru menginjak kelas 3 sampai kelas 5 pendidikan dasar, tidak jarang orangtua memberikan ultimatum kera menggunakan kalimat "awas !" yang akan diterima oleh anak sebagai teror.

 Tindakan nekad yang dilakukan anak SD (Sekolah Dasar) di kota S, yakni gantung diri, karena dimarahi ibunya gara-gara bolos sekolah, sesunggguhnya tidak perlu terjadi, apabila kita memahami sikap anak yang mungkin sedang dilanda rasa jenuh belajar.

Tidak hanya persoalan kurikulum SD yang memang perlu ditinjau ulang, terdapat banyak hal yang patut mendapat perhatian bersama, yaitu kesehatan jiwa anak yang sedang menuntut ilmu. Setiap anak berbeda dalam kemampuan intelektualnya. Tidak bisa disamakan begitu saja, apalagi dibanding-bandingkan dengan yang lain. Ada kalanya, ancaman yang diberikan oelh seseorang terhadap anak yang malas belajar berbuah kontra produktif, walaupun bisa saja ada yang berbuah positif.

Dalam kasus yang sama, Laila, sebut saja namanya begitu, tampak gelisah dan menangis mendengar ancaman guru kelasnya yang mengatakan "mereka tidak akan naik kelas" apabila tidak serius belajar. Namun, dengan pendekatan persuasif, kegelisahan itu dapat berubah menjadi semangat belajar. Pada uji coba ujian akhir semester, nilainya justru paling tinggi diantara rekan-rekannya.

 Laila dikenal mudah mengeluh bila menghadapi hal yang menurutnya dianggap sulit, namun ia selalu lolos dari kesulitan itu bila didampingi dengan cara yang benar.Pendampingan yang benar terbukti dapat memicu semangat belajarnya meningkat. Ancaman yang dilontarkan guru kelasnya dianggap sebagai tantangan yang harus dibuktikankekeliruannya.

 Laila nampaknya lebih beruntung. Orangtuanya memahami persoalan yang dihadapi anaknya. Benar saja, semangat belajarnya berkobar. Hasil latihan ujian menunjukkan  nilai yang terbaik. Guru kelasnya pn kerap melontarkan pujian kepadanya. Pujian yang kian mendorongnya untuk lebih giat lagi belajar.

 Perolehan nilainya yang tinggi justru membuat rekan-rekannya heran sekaligus iri lalu menuduhnya berbuat curang. Sikap toleran dan menerima kekalahan dalam berjuang, rupanya belum sepenuhnya dijiwai oelh rekan-rekan sekelasnya.

Berbeda dengan di atas, pada kasus yang sama, rekan-rekan Laila justru tidak berubah posisi. Belajar tetap malas, nilai ujian pun rendah karena keterlibatan orangtua dengan menggunakan metode pendampingan seperti yang ditempuh Laila, nampaknya tidak dilakukan.
Rekan Laila ada yang terbiasa menyembunyikan nilai ulangannya yang kecil dari pengetahuan orangtua mereka. Tindakan menyembunyikan nilai kecil dilakukan karena diketahui orangtuanya akan menebar ancaman bila mengetahui hasil ulangannya rendah.

 Sejenak Memiliki Kehidupan Sendiri

Jenuh, bosan, adalah hal lumrah yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah orang dewasa pun tidak luput dari pengalaman semisal ini? Begitu pula anak. Mengapa hanya orang dewasa saja yang "berhak" mengalami kejenuhan dan mencari penyelesaian indah, sementara anak seolah divonis tidak boleh jenuh ?

Apa yang dilakukan orang dewasa bila dilanda kejenuhan ? Jawaban atas pertanyaan ini tidak akan jauh "rekreasi, bersantai" dan sejenisnya. Anak pun demikian. Kemampuan otak anak, tidak bisa disamakan dengan kemampuan otak orang dewasa. Jadi berbijak-bijaklah menghadapi anak yan sedang dilanda rasa bosan belajar. Ajak ia berbicara dari hati ke hati. Gunakan bahasa halus dalam bertutur kata. Jangan lupa sentuhan lembut ke atas kepalanya. Tiga kombinasi ini akan kian lengkap bila nasihat yang disampaikan berupa kalimat-kalimat penuh harapan.

Biarkan sejenak mereka memiliki dunianya sendiri tanpa campur tangan orangtua, ketika mereka terlihat menolak saat diminta untuk belajar atau menghafal. Beban kepenatan berfikir dan rasa lelah memeras otak yang melanda anak harus dibuang jauh-jauh. Dan relaksasi merupakan cara termudah.

Tutur kata yang lembut dan menyejukkan merupakan bonus positif yang akan menghidupkan suasana batin si anak yang sedang gelisah dan Mental yang sedang di uji oleh berbagai cobaan hidup. Jangan lupa pujian yang pantas bila ia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, kendatipun demikian, kebebasan tersebut harus mengenal batas. Jangan sampai dibiarkan kebablasan. Sebab, ada anak yang dibiarkan bermain hingga lupa waktu sekolah, hari berikutnya, ia melanjutkan bermain  lagi dan melupakan tugas sekolah.

Pada anak lelaki, biasanya berolahraga merupakan pilihan tepat melepas kejenuhan tersebut, pergi tamasya ke taman atau kebun juga merupakan pilihan bagus. Jadi tidak selamanya kejenuhan anak belajar itu merupakan sinyal negatif dan lonceng kematian prestasi. Tidak, justru cara pendampingan yang tepat, seringkali mampu mengubah kejenuhan yang menimpa tersebut sebagai jalan tol bagi si anak untuk meningkatkan prestasi pendidikannya.

Pengalaman ini sengaja ditulis dan dibagi-bagikan kepada para pembaca, dengan harapan semoga kiranya dapat diambil manfaatnya, selama hal tersebut dipandang baik dan bermanfaat serta tidak melanggar norma-norma etika apalagi agama. Karena, bila salah pilih metode pendampingan, belum tentu hasil yang didapatkan akan lebih baik. 
: http://propofit3.blogspot.com/2013/04/solusi-menghadapi-anak-yang-jenuh.html#sthash.UPtr6faJ.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.