Doktor Pendidikan Islam PKU DDII bekerjasama dengan BAZNAS
Pertanyaan melalui e-mail: redaksi@suara-islam.com
Pertanyaan melalui e-mail: redaksi@suara-islam.com
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Bunda, saya seorang ibu muda yang bekerja. Bayi saya baru berusia 1
bulan. Kata teman-teman sekantor, saya sebaiknya memberikan ASI murni
selama 6 bulan pertama.
Karena saya bekerja, anak saya titipkan ibu
mertua. Menurut beliau saya harus menambahkan susu formula (susu kaleng
untuk bayi, red) lantaran khawatir cucu beliau kurang nutrisi. Menurut
beliau lagi, anak saya kelak harus hidup dalam persaingan ketat sehingga
dari dini harus diberi tambahan zat-zat yang mencerdaskan otak. Bunda,
saya menjadi bingung. Saya takut disalahkan jika bayi saya tidak tumbuh
cerdas. Saya juga takut dianggap tidak patuh. Bagaimana menurut pendapat
Bunda?Wassalam,
Hamba Allah di Semarang
Wa’alaikumsalaam Warahmatullaahi Wabarakaatuh, ya Ukhti fillah....
Asumsi bahwa susu formula mengandung zat-zat yang tidak dimiliki ASI dan
mampu mencerdaskan bayi merupakan kekeliruan terbesar dalam dunia
pendidikan usia dini. Para ilmuwan secara aklamasi mengakui keunggulan
ASI dibandingkan susu formula. Tidak ada satupun pendapat ilmiah yang
mengatakan sebaliknya. Organisasi internasional seperti WHO bahkan
mengeluarkan panduan pemberian susu formula. Hal ini disebabkan cara
penyajian susu formula yang salah dapat membahayakan bayi. Dikatakan:
Susu bubuk formula telah lama dikaitkan dengan penyakit serius dan
kematian pada bayi karena adanya infeksi bakteri Enterobacter sakazakii.
Produksi susu formula memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri
berbahaya, seperti Enterobacter sakazakii dan Salmonella enterica. Mesin
produksi yang ada tidak mampu membuat susu yang steril. Penyiapan susu
(oleh para ibu) secara kurang berhati-hati dapat memperparah masalah
ini. [Lihat dokumen Safe preparation, storage and handling of powdered infant formula Guidelines, WHO 2007]
Problema infeksi bakteri dalam susu formula terselesaikan dengan ASI.
ASI berpindah dari sumber ke tujuan tanpa perantara apapun. Selama ibu
menjaga kebersihan payudaranya, maka ASI terjamin steril, segar, hangat,
dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (dikecualikan bagi ibu
penderita penyakit tertentu, yang ASInya dinyatakan dokter mengandung
bakteri akibat penyakit yang dideritanya).
Di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat kurang berpendidikan,
justru muncul persepsi bahwa susu formula lebih keren dan lebih
mencerdaskan otak bayi. Hal ini dikarenakan banyaknya iklan susu formula
yang menyesatkan. Di negara maju, masyarakat sudah lebih menyadari
keunggulan ASI, namun masih menganggap susu formula sebagai pilihan
baik. Alison Stuebe, seorang dokter sekaligus peneliti sains, secara
tegas menolak anggapan ini. Melalui artikel ilmiah berjudul The Risks of Not Breastfeeding for Mothers and Infants
(Bahaya Tidak Menyusui Bagi Ibu dan Bayi), Stuebe menjabarkan bahwa
bayi yang tidak mendapatkan ASI dapat terjangkiti masalah kesehatan yang
cukup fatal, seperti: meningkatkan resiko infeksi berbahaya seperti
infeksi telinga, infeksi perut, dan pneumonia (infeksi paru-paru),
resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan 2, leukemia, serta SIDS (sindrom
kematian bayi secara tiba-tiba). Stuebe juga menunjukkan hubungan erat
antara ASI dengan kecerdasan anak. Bagi sang ibu, pemberian ASI dapat
mengurangi resiko kanker payudara, kanker rahim, obesitas, diabetes tipe
2, serta sindrom pencernaan. [Lihat Alison Stuebe, The Risks of Not Breastfeeding for Mothers and Infants, Rev Obstet Gynecol, 2009 Fall; 2(4): 222-231.]
Produsen susu formula berusaha meniru kandungan ASI dengan cara
menambahkan protein-protein yang berfungsi meningkatkan kecerdasan otak
bayi, seperti DHA, AA, Omega 3 dan Omega 6. Yang tidak masyarakat
ketahui adalah zat-zat tersebut hanya dapat diserap secara maksimal oleh
tubuh bila dibantu oleh enzim-enzim yang hanya dimiliki oleh ASI. Susu
formula tidak memiliki enzim-enzim tersebut. ASI memiliki perbandingan
antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi, yaitu 65:35. Komposisi
ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Perbandingan Whey dan
Casein dalam susu formula adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap.
[Lihat Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit. Gizi Masyarakat-Depkes RI,
2001] Dengan demikian, protein-protein mencerdaskan dalam susu formula
menjadi mubazir. Padahal protein-protein itulah yang digunakan sebagai
senjata penjualan susu formula dengan harga yang luar biasa mahal.
Berita baiknya, seluruh protein tersebut sudah terkandung dalam ASI
secara alami dan gratis.
Demikianlah perbandingan nutrisi ASI vs susu formula, serta bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh susu formula. Selain dari sisi
nutrisi, pemberian ASI juga berhubungan erat dengan pembentukan karakter
anak. Penjelasan ini insya Allah akan saya lanjutkan pada edisi
berikutnya.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar