Salah
satu tantangan dalam memfasilitasi proses belajar anak-anak adalah
membangun motivasi internal dan konsistensi dalam belajar.
Pada dasarnya anak-anak memang masih dalam proses pertumbuhan minatnya. Hal itu menyebabkan mereka cenderung memiliki rentang minat dan konsentrasi yang pendek. Bersemangat pada sebuah hal sehingga seolah-olah hanya hal yang diminatinya itu yang menjadi satu-satunya hal penting di dalam dunianya. Kemudian, tiba-tiba beberapa hari kemudian dia meninggalkannya begitu saja dan beralih pada yang lain.
**
Minat dan motif pribadi adalah sebuah dorongan yang sangat luar biasa untuk proses belajar yang menyenangkan dan efektif. Ketika anak-anak tumbuh semakin besar, minat dan ekspresi ini perlu ditambahkan dengan konsistensi.
Tujuan utama mendidik konsistensi adalah melatih anak untuk bertanggung jawab pada proses yang dilakukannya. Dan dalam konteks belajar, konsistensi adalah bagian dari proses pendalaman, sehingga anak tak hanya belajar hal-hal yang ada di permukaan, tapi merasa sudah bisa/menguasai.
**
Berikut ini beberapa tips untuk membangun konsistensi pada anak:
a. Kesepakatan Bersama
Pendidikan konsistensi dan tanggung jawab bisa diawali dengan dialog yang membentuk kesepakatan-kesepakatan antara orangtua-anak. Kesepakatan itu juga meliputi konsekuensi (positif dan negatif). Karena anak terlibat, maka kesepakatan dapat menjadi pintu masuk bagi anak untuk belajar tentang konsistensi dengan menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
b. Ketuntasan Proyek
Proses belajar konsistensi bisa dimulai dari hal-hal sederhana, dengan mengajarkan kepada anak untuk menyelesaikan segala sesuatu hingga tuntas. Anak belajar untuk tak berhenti di tengah jalan, tetapi bertahan hingga akhir.
c. Paket Kecil tapi Berulang
Belajar dalam waktu yang pendek, tetapi berulang adalah salah satu kunci menjaga konsistensi. Membaca satu buku kecil atau satu bab setiap hari, tetapi dilakukan setiap hari akan memberikan panduan kepada anak untuk belajar konsistensi. Demikian pun, belajar sebuah hal selama 1/2 jam yang dilakukan secara kontinu lebih baik daripada menyelesaikan banyak hal dalam satu waktu, tetapi kemudian sama sekali tak menyentuhnya dalam jangka waktu yang lama.
d. Membuat Jadwal
Jadwal yang disepakati bersama anak juga dapat digunakan melatih anak untuk konsisten. Jadwal ditetapkan secara periodik, misalnya harian atau mingguan; dan anak belajar untuk menaati jadwal yang sudah dibuat. Perubahan tak boleh dilakukan di tengah jadwal, tetapi baru bisa dilakukan setelah selesai sebuah periode tertentu.
e. Pembimbingan
Tak bisa dilepaskan adalah peran orangtua untuk membimbing anak sampai anak dapat membangun motif internalnya. Pendampingan itu sangat bertahap dan perlu dilakukan secara kontinu. Orangtua tak boleh puas melihat anak yang bersemangat belajar dalam satu minggu pertama dan kemudian melepaskannya begitu saja. Proses itu masih perlu terus dibangun dengan semangat, pembimbingan, dialog, dan interaksi yang terus-menerus bersama anak.
Pada dasarnya anak-anak memang masih dalam proses pertumbuhan minatnya. Hal itu menyebabkan mereka cenderung memiliki rentang minat dan konsentrasi yang pendek. Bersemangat pada sebuah hal sehingga seolah-olah hanya hal yang diminatinya itu yang menjadi satu-satunya hal penting di dalam dunianya. Kemudian, tiba-tiba beberapa hari kemudian dia meninggalkannya begitu saja dan beralih pada yang lain.
**
Minat dan motif pribadi adalah sebuah dorongan yang sangat luar biasa untuk proses belajar yang menyenangkan dan efektif. Ketika anak-anak tumbuh semakin besar, minat dan ekspresi ini perlu ditambahkan dengan konsistensi.
Tujuan utama mendidik konsistensi adalah melatih anak untuk bertanggung jawab pada proses yang dilakukannya. Dan dalam konteks belajar, konsistensi adalah bagian dari proses pendalaman, sehingga anak tak hanya belajar hal-hal yang ada di permukaan, tapi merasa sudah bisa/menguasai.
**
Berikut ini beberapa tips untuk membangun konsistensi pada anak:
a. Kesepakatan Bersama
Pendidikan konsistensi dan tanggung jawab bisa diawali dengan dialog yang membentuk kesepakatan-kesepakatan antara orangtua-anak. Kesepakatan itu juga meliputi konsekuensi (positif dan negatif). Karena anak terlibat, maka kesepakatan dapat menjadi pintu masuk bagi anak untuk belajar tentang konsistensi dengan menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
b. Ketuntasan Proyek
Proses belajar konsistensi bisa dimulai dari hal-hal sederhana, dengan mengajarkan kepada anak untuk menyelesaikan segala sesuatu hingga tuntas. Anak belajar untuk tak berhenti di tengah jalan, tetapi bertahan hingga akhir.
c. Paket Kecil tapi Berulang
Belajar dalam waktu yang pendek, tetapi berulang adalah salah satu kunci menjaga konsistensi. Membaca satu buku kecil atau satu bab setiap hari, tetapi dilakukan setiap hari akan memberikan panduan kepada anak untuk belajar konsistensi. Demikian pun, belajar sebuah hal selama 1/2 jam yang dilakukan secara kontinu lebih baik daripada menyelesaikan banyak hal dalam satu waktu, tetapi kemudian sama sekali tak menyentuhnya dalam jangka waktu yang lama.
d. Membuat Jadwal
Jadwal yang disepakati bersama anak juga dapat digunakan melatih anak untuk konsisten. Jadwal ditetapkan secara periodik, misalnya harian atau mingguan; dan anak belajar untuk menaati jadwal yang sudah dibuat. Perubahan tak boleh dilakukan di tengah jadwal, tetapi baru bisa dilakukan setelah selesai sebuah periode tertentu.
e. Pembimbingan
Tak bisa dilepaskan adalah peran orangtua untuk membimbing anak sampai anak dapat membangun motif internalnya. Pendampingan itu sangat bertahap dan perlu dilakukan secara kontinu. Orangtua tak boleh puas melihat anak yang bersemangat belajar dalam satu minggu pertama dan kemudian melepaskannya begitu saja. Proses itu masih perlu terus dibangun dengan semangat, pembimbingan, dialog, dan interaksi yang terus-menerus bersama anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar