Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Ruang Belajar dan Ruang Bermain


Batasan antara belajar dan bermain sesungguhnya sangat tipis. Apalagi pada anak-anak. Mereka relatif tidak mengenal batasan itu. Yang penting menyenangkan, maka itulah yang mereka pilih dan sukai.

Belajar itu selalu serius?
Banyak orangtua mendefinisikan bahwa kegiatan belajar adalah sesuatu yang dilakukan dengan serius. Prosesnya dilakukan dengan duduk-diam-mendengarkan, berfikir keras, menggunakan buku, tentang mata pelajaran, dan sejenisnya. Semakin sulit dan susah anak, berarti semakin tinggi kualitas proses belajarnya. Itulah pengertian tentang belajar yang sering didefinisikan orangtua, sadar atau tidak sadar, diucapkan atau tidak.
Sementara itu, kalau tidak berkaitan dengan pelajaran, orangtua sering menyebutnya sebagai kegiatan bermain. Lebih jauh lagi, kalau sebuah kegiatan dilakukan dengan tertawa-tawa, tidak serius, atau permainan, kegiatan itu tak lagi disebut sebagai belajar.

Kasta kegiatan
Dengan menyebutkan sebuah kegiatan sebagai bermain, bukan belajar, secara mental orangtua seolah sedang membuat “kasta” atau peringkat kemuliaan kegiatan. Bermain adalah sebuah sebutan untuk kegiatan yang kualitas atau “kasta”-nya lebih rendah daripada belajar. Bermain adalah sebuah kegiatan tidak penting, tidak serius, tidak prioritas dan buang-buang waktu.
Karena pembagian yang terlalu ketat antara belajar dan bermain, orangtua sering merasa bermasalah ketika melihat anaknya bermain. Orangtua belum merasa tenang ketika anaknya belum “belajar”. Dan sebaliknya, orangtua tak peduli tentang apapun yang kegiatan yang dilakukan anak pada saat bermain.
Kalau anak sedang membaca buku sejarah atau melakukan percobaan IPA, maka itu disebut belajar. Kalau anak mengerjakan lembar kerja (worksheet), maka itu disebut belajar.
***
Pada anak-anak, batasan dan pembagian sebagaimana yang ada di benak orangtua itu belum ada. Mereka melakukan segala kegiatan yang menyenangkan dan disukainya, tak peduli dengan muatannya.
Jika kita -orangtua- ingin menghadirkan proses belajar yang menyenangkan buat anak-anak, penting untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
* Ubah mindset tentang belajar harus serius
Belajar bisa mengambil bentuk bermain dan menyenangkan. Orangtua harus mengubah dan memperluas mindset-nya tentang belajar.
Perhatikan sudut pandang anak
Masukkan sudut pandang anak dalam proses belajar. Pertimbangkan kepentingan mereka, bukan hanya kepentingan kita sebagai orangtua.
* Cairkan batasan antara belajar dan bermain
Kalau batasan antara belajar dan bermain bisa dicairkan, kita akan bisa mendapatkan ide-ide untuk membuat kegiatan belajar menjadi seperti permainan karena dilangsungkan dengan menyenangkan. Demikian juga, kegiatan bermain bisa menjadi berkualitas karena mendapat pengayaan.
* Ganti istilah belajar dengan bermain
Menggunakan istilah yang tepat sering bisa menjadi alat bantu untuk mendorong pikiran ke arah tertentu. Supaya belajar menyenangkan, gunakan istilah yang tepat yang menggerakkan anak.
Sebagai contoh, orangtua sering beranggapan bahwa kegiatan menulis adalah belajar, tetapi kegiatan menggambar adalah bermain. Istilah menulis dan menggambar telah menciptakan persepsi tertentu di benak orangtua dan anak-anak. Anak-anak menyukai menggambar karena itu adalah kegiatan yang menyenangkan, sementara orangtua ingin anaknya belajar menulis.
Dengan sedikit menyebut menulis sebagai kegiatan menggambar, “mental block” itu bisa dihilangkan. Kegiatan anak adalah menggambar, tetapi yang digambarnya adalah huruf dengan berbagai ornamen yang tetap memberikan ruang kreasi bagi anak-anak.
***
Menggeser istilah, menggeser persepsi, menggeser sudut pandang kelihatannya hal yang sederhana, tapi dampaknya bisa luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.