Terdengar idealis dan “susah amat” ya? Namun, memang begitulah sepatutnya. Meskipun mungkin tiap orang tua akan sampai pada hasil yang berbeda, minimal setiap dari kita selalu ada di jalur usaha.
Disemangati oleh kisah dua anak yatim dan orang tua mereka yang saleh,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ
لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ
لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحاً فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا
أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu ….” (Q.s. Al-Kahfi:82)Diingatkan oleh pesan bahwa berdakwah dengan lisan dibarengi amal punya dampak berbeda dibandingkan sekadar berdakwah dengan lisan.
Juga peringatan Allah terhadap kaum Yahudi,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan,
sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu
membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Q.s. Al-Baqarah:44)Kalau pun belum bisa jadi penghafal Alquran, insyaalloh usaha kita tak ‘kan sia-sia berhempasan,
نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَاء وَلاَ نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
“Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Q.s. Yusuf:56)
Bukanlah status “penghafal Alquran” yang kita citakan. Namun sungguh, kedudukan istimewa di sisi Allah yang kita damba,
أهل القرآن هم أهل الله وخاصته“Ahli Alquran adalah orang yang dekat dengan Allah dan menjadi orang yang khusus di sisi-Nya.”
Bandar Universiti, 25 November 2011,
Athirah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar