Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Definisi dan Pengertian Homeschooling

Karena pada saat bersamaan sedang ada pembahasan tentang pengertian homeschooling di milis SekolahRumah, saya ingin menuliskan catatan kecil; yang mudah-mudahan bisa menjadi diskursus kecil tentang homeschooling.
**
Catatan ini merepresentasikan pendapat pribadi saya sebagai seorang praktisi homeschooling. Jadi, kalau ada ketidaksetujuan terhadap pendapat ini, silakan disampaikan kepada saya; mohon tidak digeneralisir kepada seluruh praktisi homeschooling karena para praktisi homeschooling memiliki pandangan-pandangan yang beragam tentang hal ini.
Ada beberapa poin yang ingin saya buat dalam catatan mengenai pengertian homeschooling ini.
Secara pribadi, saya tidak kenal dengan mas Hernowo Hasim (walaupun sempat ketemu di acara launching buku homeschooling-nya Kak Seto). Saya mengenal mas Hernowo dari tulisan-tulisan beliau dan saya termasuk penikmat tulisan-tulisannya yang inspiratif, merefleksikan kecintaan dan dedikasinya yang mendalam pada dunia pendidikan.
Spirit penjelasan mas Hernowo tentang homeschooling di milis itu pun saya rasakan sangat apresiatif. Hanya saja, ada pandangan beliau mengenai homeschooling yang menurut saya sebagai praktisi homeschooling kurang tepat dan ingin saya beri catatan.
1. There’s no single and simple definition
Karena karakter dasar homeschooling adalah terdistribusi (pusat gagasan terletak pada keluarga), para keluarga menyelenggarakan homeschooling yang berbeda-beda bentuknya. Itulah sebabnya, tak ada definisi yang tunggal dan mudah mengenai homeschooling sebagaimana yang dikatakan Marsha Ransom, penulis buku “The Complete Idiot’s Guide to Homeschooling”. Kalau ditanyakan kepada 100 orang praktisi homeschooling tentang bentuk dan metode yang digunakan, kemungkinan besar akan ditemukan 100 bentuk homeschooling yang berbeda.
Walaupun tak mudah dan tak ada definisi tunggal tentang homeschooling, kita tetap memerlukan sebuah definisi. Mungkin tidak dalam pengertian yang sangat ketat seperti dalam dunia akademis, tetapi definisi itu kita perlukan untuk memperjelas gagasan homeschooling dan membuat distingsi (pembedaan) terhadap gagasan-gagasan yang lain.
Dalam konteks homeschooling, definisi itu terutama diperlukan untuk meletakkan gagasan homeschooling dalam perbandingannya dengan sekolah formal.
2. Antara homeschooling dan sekolah formal
Dalam penjelasan tentang homeschooling, mas Hernowo berusaha untuk tidak mempertentangkan antara homeschooling dan sekolah.
Sampai di sini, saya mengapresiasi pandangan mas Hernowo yang berusaha membangun sikap moderat dan mendorong agar orang tak menganggap homeschooling sebagai ancaman bagi sekolah. Menurut saya, itu spirit yang benar. Sebab, orientasi pandangan kita memang seharusnya tertuju pada kepentingan anak untuk meraih tujuan-tujuan pendidikan; bukan pada sikap konfrontatif-defensif pada sebuah model pendidikan tertentu.
Tetapi pada sisi lain, kita membutuhkan sebuah gambaran yang jelas tentang homeschooling dibandingkan dengan sekolah. Sebab, to some extent, homeschooling merupakan sebuah antitesis sekolah formal.Di Amerika Serikat, homeschooling adalah anak kandung dari kritik-kritik pada model sekolah formal yang terjadi pada era tahun 1960-1970-an yang melahirkan pemikiran-pemikiran Ivan Illich, Moore, John Holt, dan sebagainya.
Ini adalah fakta dan menurut saya tidak apa-apa untuk dibuka sebagai proses pembelajaran kita. Oleh karena itu, pada tingkat gagasan tak ada salahnya untuk menyandingkan gagasan homeschooling dan sekolah, dengan tetap berusaha menjaga diri agar kita tidak bersikap ofensif-defensif.
Dari apa yang saya ketahui hingga saat ini, homeschooling selalu dipandang sebagai pendidikan alternatif selain sekolah. Saya tidak pernah membaca literatur bahwa homeschooling merupakan subordinat dari sekolah, yang ditempatkan sebagai suplemen kegiatan bersekolah.
Yang saya ketahui, pengertian homeschooling yang paling umum adalah ketika sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab dan menyelenggarakan sendiri pendidikan anaknya dan tidak mengirimkan anaknya ke sekolah.
Ada beberapa substansi dari definisi mengenai homeschooling:
  • homeschooling adalah pendidikan alternatif (bukan sekolah)
  • homeschooling diselenggarakan oleh keluarga (bukan lembaga)
  • homeschooling berbasis rumah (rumah menjadi titik awal dan sekaligus tempat kembali dalam proses belajar)
Dari titik berangkat ini, saya berpandangan adalah bahwa homeschooling sama dengan sekolah dalam artian keduanya adalah alat untuk menggapai tujuan pendidikan. Tetapi, keduanya juga perlu dibedakan (dalam pengertian netral, bukan lebih baik atau lebih buruk).
Homeschooling sendiri memiliki rentang model yang sangat lebar, mulai yang sangat tidak terstruktur dan sama sekali berbeda dari sekolah (model unschooling) hingga model yang sangat terstruktur yang mengadaptasi sekolah (model school-at-home). Diantara kedua titik ekstrem itu, ada bermacam model yang berada diantaranya.
Tetapi, dalam pandangan saya homeschooling tetaplah berbeda dari sekolah. Walaupun praktisi homeschooling menyelenggarakan homeschooling dengan menggunakan metode school-at-home yang notabene sangat mirip sekolah, tetap saja dia tidak bisa menyebut anak-anaknya pergi sekolah. Demikian pun, keluarga yang mengirimkan anaknya ke sekolah tidak bisa disebut praktisi homeschooling kendatipun dia memperkaya proses pendidikan anaknya dengan mengambil inspirasi dari praktek homeschooling. Mengambil inspirasi dari praktek homeschooling (dan dari manapun) adalah sebuah hal yang sah dan baik, tetapi tetap harus memakai istilah yang tepat.
Homeschooling adalah homeschooling. Sekolah adalah sekolah. Orangtua yang memilih homeschooling, berarti anaknya tidak sekolah. Orangtua yang anaknya sekolah berarti tidak sedang menjalankan homeschooling. Dan sebaiknya kita menghindari sebutan semi-homeschooling karena hanya akan menimbulkan ketidakjelasan dalam pemaknaannya.Toch, antara homeschooling dan sekolah tak ada yang lebih baik antara satu dengan lainnya.
**
Pengertian mengenai homeschooling ini menurut saya perlu diperjelas agar dapat memandu masyarakat. Sebab, gagasan homeschooling itu masih sangat baru di Indonesia dan sekarang adalah masa terjadinya kontestasi (perlombaan) untuk memaknai gagasan homeschooling. Ada sebagian kecenderungan homeschooling dijadikan nama untuk lembaga/institusi (dan saya termasuk di dalam barisan yg tidak setuju karena ini akan mencabut spirit HS yang paling mendasar yaitu pemberdayaan di tingkat keluarga).
Ada lagi sebagian kecenderungan memaknai HS dengan sangat ringan, sebagai proses pengayaan (enrichment) untuk proses pendidikan formal (dan saya juga tidak sepakat dengan pengertian ini karena ini akan membuat HS kehilangan makna dan menjadi sangat cair di dalam hegemoni sekolah sebagai satu-satunya model pendidikan yang diakui).
3. Mengapa perlu dibahas
Apa perlunya definisi dan pengertian homeschooling itu dibahas?
Menurut saya, sebagai sebuah gerakan sosial, ada idealitas dan tujuan-tujuan dalam praktek homeschooling yang bermanfaat untuk dunia pendidikan. Idealitas itu baru kelihatan kalau kita memperjelas gagasan tentang homeschooling dan menjadikannya sebagai sebuah hal yang praktis (bisa dilakukan). Dengan demikian, homeschooling memiliki daya gesek untuk realitas pendidikan yang ada di hadapan kita.
Beberapa dampak sosial yang bisa kita harapkan dari homeschooling menurut saya adalah:
a.Pemberdayaan keluarga
Keluarga (bukan lembaga) adalah yang menjadi fokus dalam homeschooling. Keluarga didorong untuk mengenali haknya dalam menyelenggarakan pendidikan mandiri dan diteguhkan bahwa mereka mampu mengambil keputusan terbaik untuk anak-anak dalam bidang pendidikan sehingga bisa terhindar dari rasa tak berdaya dengan adanya satu model pendidikan di sekolah yang menurut mereka tak dapat memenuhi idealitas yang dicita-citakan. Pada titik ini, homeschooling memberikan kontribusi dan alternatif (pilihan-pilihan) kepada keluarga atas ketidakpuasan terhadap sekolah.
b. Penghormatan keragaman anak
Homeschooling dengan model pendidikan yang terkustomisasi, one-on-one, memberikan peluang besar untuk pengembangan Kecerdasan Majemuk (Howard Gardner) dan berfokus pada kreativitas/passion (Sir Ken Robinson). Dengan modelnya yang kecil/organik dan non-institusional, homeschooling memiliki peluang untuk pengembangan berbagai model pendidikan yang bisa menjadi inspirasi bagi keluarga maupun pendidikan formal. Tradisi penghormatan terhadap keragaman anak ini diharapkan bisa mengimbas ke dalam model pendidikan formal.
c. Membuka Sudut Pandang Monolitik
Dengan memposisikan homeschooling sebagai model yang berbeda dari sekolah akan membuka ruang bagi pandangan-pandangan tentang pendidikan yang berbeda dari sekolah. Pendidikan tak lagi disamakan dengan sekolah karena banyak sudut pandang dan metode yang dapat digunakan untuk melihat pendidikan.
Dengan membuka ruang untuk model yang berbeda dari sekolah, kita bisa memiliki kesempatan yang sangat luas dan pilihan-pilihan yang sangat lebar tentang pendidikan. Diantaranya, kita dapat memasuki esensi-esensi pendidikan dan tidak dibatasi oleh berbagai “keharusan” yang sebenarnya tak esensial. Secara sederhana, anak bisa belajar apa saja yang diminati, belajar di mana saja yang disukai, belajar kapan saja diinginkan, belajar dari siapa saja yang mencerahkan. Karena belajar itu hak bukan kewajiban, belajar itu menyenangkan bukan membebani.
**
Demikian catatan singkat saya tentang homeschooling (yang ternyata menjadi panjang). Semoga ada manfaatnya untuk perkembangan homeschooling di Indonesia dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya.
Hanya satu yang kita inginkan bersama: untuk pendidikan yang lebih baik, untuk Indonesia yang lebih baik.

http://rumahinspirasi.com/definisi-dan-pengertian-homeschooling/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.