Oleh: Choirul Hisyam SAg
Baik dan buruknya masyarakat bergantung kepada para pendidik apabila meraka menunaikan tugasnya dengan baik di dalam pendidikan, ikhlas di dalam amalnya dan mangarahkan anak didik dengan diin (baca islam) akhlaq dan pendidikan yang baik maka akan berbahagialah para anak didik dan para pendidik di dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasulullah bersabda kepada anak pamannya Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah jika Allah memberi hidayah kepada seorang melaluimu maka yang demikian lebih baik bagimu daripada onta merah”. (Muttafaqun Alaih)
Juga beliau Rasulullah bersabda: “Pengajar kebaikan, dia akan dimintakan ampun oleh segala sesuatu yang ada di muka bumi sampaipun ikan-ikan di dalam lautan”.(Hadits Hasan Riwayat Thabrani dan lainnya)
Apabila seorang pendidik lalai dari kewajibannya bahkan mengarahkan para anak didik kepada penyimpangan dan kebinasaan serta akhlaq yang buruk maka mereka akan sengsara, termasuk pendidik itu sendiri, dan tentu saja dosa akan ditanggung olehnya dan dia akan bertanggung jawab di hadapan Allah sebagaimana Rasulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya”.(Muttafaqun Alaih)
Maka seorang pengajar merupakan pemimpin di lingkungan pendidikannya dan dia bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Jadi hendaklah yang harus didahulukan adalah memperbaiki diri pribadi pengajar, sebelum yang lainnya. Sebab menurut anak-anak didik kebaikan adalah apa yang di kerjakan oleh sang pengajar dan keburukan adalah apa yang di tinggalkannya. Memang kebaikan pribadi dan akhlaq para pengajar merupakan pendidikan yang paling baik bagi anak-anak.
Pentingnya Pengajar Yang Berhasil
Di antara tujuan pendidikan adalah menyiapkan pribnadi dan generasi yang memiliki kepribadian yang mulia, pribadi yang senantiasa terkait dengan Rabbnya, senantiasa menyandarkan urusan dan aturan hidupnya hanya kepada-Nya Ta’ala. Berjuang untuk meluruskan masyarakatnya dan memperbaiki pemahaman-pemahaman mereka di atas dasar-dasar yang benar, dan inilah inti dari dunia pendidikan.
Merupakan sesuatu yang maklum bagi kita bahwa dunia pendidikan dibangun diatas landasan-landasan tertentu, yang berbeda satu dengan yang lain, di lihat dari keadaan masyarakat dan tujuannya, jika masyarakat berfaham komunis misalkan maka dasar pendidikannya adalah materi, tidak ada penggemblengan rohani dan terputus hubungan antara anak didik dengan Rabbnya.
Sedangkan di barat, maka dasar pendidikannya adalah kebebasan dan kemerdekaan yang tiada batas. Dan apabila pendidikan dilakukan di masyarakat Islam maka berlandaskan diatas pembentukan akhlaq yang mulia dan adab-adab yang tinggi, yang direalisassikan dengan ikatan hubungan antara anak didik dengan Rabbnya, dengan gurunya, dengan teman-temannya serta lingkungan pendidikannya dan keluarganya.
Apabila kita menginginkan untuk mempraktekkan hal tersebut maka yang perlu kita siapkan adalah seorang pendidik yang berhasil di dalam pendidikannya. Dan dia harus memenuhi beberapa syarat dan adab-adab sehingga menjadi tenaga pendidik yang shalih dan bermanfaat, diantaranya adalah:
1. Menguasai tugasnya, menguasai metode-metode belajar mengajar, mencintai tugasnya dan anak-anak didiknya, mengarahkan segala kemampuannya untuk pendidikan yang baik, membekali mereka dengan ajaran-ajaran yang bermanfaat, mengajari akhlaq yang mulia kepada mereka dan menjauhkan mereka dari adapt kebiasaan yang buruk maka dia mendidik dan mengajar diwaktu yang sama.
2. Agar dia menjadi suri tauladan yang baik bagi orang lain, baik dalam amalannya, ucapannya dan prilakunya, yaitu melaksanakan kewajibannya selaku penanggung jawab terhadap Rabbnya, umatnya dan anak didiknya. Mencintai kebaikan bagi anak didiknya sebagaimana dia mencintai dirinya dan anak-anaknya. Bersikap lapang dada, mudah memaafkan dan kasih saying, walaupun terhadap orang yang berprilaku buruk kepadanya. Rasulullah bersabda: “Tidaklah seseorang di antara kalian beriman dengan sampurna sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”.(Mutafaqun ‘Alaih)
Disamping itu tidak ada profesi atau tugas besar atau kecil kecuali pelaksanaannya harus mempunyai sifat-sifat atau kreteria yang harus dipegang dan yang harus dibuang. Bagaimana dengan guru yang memikul amanat untuk mencetak generasi dan mendidik tunas muda ?
Dalam pembicaraan tentang sifat-sifat guru cukup panjang, tetapi di sini membatasi hanya pada sifat-sifat menurut pengamatan yang harus disebutkan. Karena sifat itu sering diremehkan atau karena keterkaitannya dengan pengajaran, atau karena sebagaian guru bisa jadi tidak mengetahui atau melalaikannya.
1. Ikhlas Hanya Kepada Allah
Ikhlas di sini tetap mengizinkan kepada kita untuk menikmati materi, liburan dan hal-hal yang dinikmati oleh rekan sejawatnya di dunia. Akan tetapi kita memiliki kelebihan di dunia di atas mereka, bahwa kita menikmati profesi dan merindukan tugas. Kita mencintainya dan menunaikannya dan bahwa seluruh waktu kita yang kita habiskan setiap hari di sekolah, bahkan perjalanan pulang pergi ke sekolah merupakan investasi pahala bagi kita disisi Allah Ta'ala.
Rumah akhirat inilah tujuan utama dan maksud tertinggi. Di sana pahala apa yang akan diraih oleh orang-orang yang ikhlas ? Balasan apa yang akan di tulis bagi mereka ? Semua itu kita tidak mengetahuinya sebab ilmunya hanya disisi Allah, “Dan Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS.Al-Baqarah 261)
Meskipun niat yang baik adalah perasaan di dalam diri, tetapi ia memainkan peranan penting untuk menata prilaku guru dan menegakkan baginya pengawasan dari dalam sehingga seorang guru akan berkarya maksimal dan menjaga amanat.
2.Mendorong dan Memacu Murid untuk Giat Mencari Ilmu
Menanamkan kecintaan dan perhatian kepada ilmu termasuk sifat penting yang mesti dimiliki oleh seorang guru. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzadzab mengatakan, “Hendaknya guru mendorong muridanya mencintai ilmu, dan mengingatkannya.”
Di zaman kita masalah ini harus lebih ditekankan, lebih diperhatikan dan dijaga ketika perkara-perkara yang menyibukkan dan memalingkan diri dari ilmu bagi generasi muda semakin banyak bermunculan seperti berbgai jenis mainan dan sarana-saran pelepas hawa nafsu.
Menanamkan kecintaan ilmu kepada murid-murid kita melalui faedah-faedah ilmiah yang menarik perhatian mereka, membiasakan mereka untuk membaca buku-buku yang bermanfaat dan menarik
3. Berbicara dengan Baik
Lisan dan pembicaraan merupakan salah satu barometer penilaian terhadap kepribadian seseorang. Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah menjaga lisan dan pembicaraannya, berusaha supaya murid tidak merekam dirinya kecuali ucapan yang baik hingga pada saat memberi penilaian atau nasehat. Maka tidak pantas baginya melampui batas dan melontarkan ucapan-ucapan tanpa ia mempedulikannya.
Jika kata-kata yang baik membekas dengan baik di dalam jiwa, begitu pula kata-kata yang melukai dan membongkar pagar persahabatan dan merobohkan bangunannya. Walaupun kita tidak mengetahui secara cermat pengaruh kata-kata kita kepada manusia, akan tetapi manusia mempunyai perasaan dan pertimbangan –pertimbangan yang mesti kita jaga.
4.Berkepribadian Matang dan Teloransi
Kematangan diperlukan oleh orang yang mengharapkan kepribadiannya dihormati dan dihargai oleh manusia, terlebih seorang guru dan teladan generasi muda. Orang-orang yang tidak matang kepribadiannya, perilaku mereka mengisyaratkan adanya kekurangan akal dan sifat kejantanan dan kewanitaan yang sempurna, serta hilangnya kehormatan ilmu. Orang-orang yang kondisinya saperti ini membuat murid-murid mencemooh dan melecehkannya.
5.Keteladanan yand Baik
Banyak orang bisa mengarahkan dan berbicara dengan baik, akan tetapi berapa di antara mereka yang berprofesi guru yang bisa menjadi teladan dengan tingkah lakunya ? Bagaimana murid-murid memandangnya sebagai teladan yang baik ? alangkah mulianya jika kita menjadi teladan bagi anak-anak dalam ibadah, pergaulan, perilaku. Dengan ungkapan yang tepat hendaknya ucapan serasi dengan perbuatan.
Ibnu Masu’ud sahabat Rasulullah berkata, “Barangsiapa ucapannya tidak sesuai dengan perbuatannya maka dia telah mencoreng dirinya.”
6.Memenuhi Janji
Memenuhi janji adalah salah satu sifat orang yang beriman, sedang menyelisihinya adalah sifat orang munafik. Menyelisihi janji adalah salah satu bukti ketidakseriusan dan tidak adanya perhatian. Kepribadian guru yang seperti ini akan tercetak di benak muirid-muridnya dan mereka pun dengan mudah mengukur rendahnya harga mereka di depannya.
Ketika kita menjanjikan sesuatu kepada seluruh murid maka kita harus bersungguh-sungguh dan berusaha untuk memenuhi janji itu. Jika ada penghalang atau tidak bisa diwujudkan karena alasan yang mendesak maka meminta maaf dengan baik mungkin bisa mengobati kekecewaan.
7.Berperan Memperbaiki Sistem Penagajaran.
Seorang guru yang bersungguh-sungguh lagi ikhlas merasa bahwa tugasnya tidak hanya terbatas pada apa yang dia berikan di kelas. Meskipun tanggung jawab terhadap sistem pengajaran, kurikulum dan perkara-perkara yang berkaitan dengannya bukanlah berada di pundaknya. Hanya saja, hal itu tidak otomatis membebaskannya dari peran serta dan usaha perbaikan.
Ketika guru memikirkan keinginan ini di benaknya dan dia mengetahui tugas ini adalah bagian dari tanggung jawabnya, mka dia akan berperan aktif memberikan saran yang membangun demi kelangsungan sekolah atau mengingatkan kekurangan atau ikut berdialog secara tenang tentang suatu keputusan.
8.Bergaul Secara Baik dengan Murid
Murid adalah obyek dan sasaran utam dari proses aktifitas belajar mengajar dan pendidikan. Oleh karena itu dialah unsure utama yang dengannya seorang guru berinteraksi. Kurikulum, sistem pengajaran dan lain-lainnya pada dasarnya dibuat untuk merealisasikan tujuan pengajaran dan pendidikan bagi murid. Berpijak pada posisi murid dalam proses belajar mengajar maka perlu diletakkan garis-garis besar dan kaidah berinteraksi dengan murid agar tujuan pengajaran dan pendidikan bisa terealisasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar