Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Membentak Membunuh Sel Otak Anak

Peringatan besar buat saya dan suami tercinta!
Anda mungkin ingin mempertimbangkan tentang hal ini...You might want to consider this...
Setelah membaca artikel ini baru terjawab kenapa peribadi mama Nina yang sebelum ini cepat emosi,cepat sedih,lambat untuk memahami sesuatu terutama kalau dari segi akedemik dan mama Nina suka banget mengelamun sebelum ini...Inilah dia hasil didikkan dengan Bentakan,Rotan,cubitan dan bahasa kasar yang mama Nina dapat waktu kecil dan pada usia remaja.Orangtua mama Nina tidak bersalah kerana mereka juga keliru dengan didikan dan pola asuh yang mereka terima sebelum ini.Dan mama Nina sudah pun memaafkan orangtua mama dan Mama Nina sangat menyayangi mereka.
Copas dari FB Pendidikan Karakter
Membentak: Membunuh Sel Otak Anak! (Fakta & Rahasia yg tidak banyak diungkap)
"Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang
anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang
siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga.
Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga."
Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan
bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot,
berkesimpulan pada anak yg masih dalam
pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh.
Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan
belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.
Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri
pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya.
“Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk
rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit
bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah
berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya.
Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat
mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu
sendiri. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam
memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, juga
mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh.
Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.
Teriakan dan bentakan menghasilkan gelombang suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu.
Yang belum banyak diketahui orang banyak adalah, bentakan yang disertai emosi seperti marah menghasilkan suatu gelombang baru.
Emosi negatif seperti marah mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang yang dipancarkan dari otak.
Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah ini menghasilkan gelombang ketiga dengan efek yang khusus.
Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat
destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang
dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah
sel-sel otak orang yang dijadikan target akan
mengalami kerusakan saat dia terkena gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang suara tapi langsung ditangkap oleh otak sebagaimana
gelombang otak.
Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih besar pada anak-anak yang jadi sasaran bentakan
ini.
Pada remaja dan orang dewasa mengalami
kerusakan yang tidak sebesar anak-anak tapi tetap terjadi kerusakan.
Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalu. Mereka lebih banyak melamun serta termasuk lambat dalam memahami sesuatu.
Orang-anak ini biasanya mudah meluapkan emosi negatif seperti marah, panik atau sedih.
Mereka biasanya sering mngalami stress hingga
depresi dalam hidup, karena kesulitan memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi.
Semuanya
akibat dari sel-sel otaknya yg aktif lebih sedikit dari yg seharusnya.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik,
ataupun orang yg lebih tua dari 'mereka',
sebaiknya memilih sikap yg lebih kreatif dlm
menghadapi tingkah anak yg mungkin kurang
baik. Sering orang tua bukan mencegah, mengarahkan dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan
tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum
membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Info dari Mailist Rekan Kami, semoga manfaat.
Dapatkan info menarik di www.pendidikankarakter.com
Yuk kita jadi orangtua dan guru yang ramah anak dan ramah otak.
Silakan di share pada yang mau saling belajar dan memahami...dan hidup ini bukan kompotisi.Kita semua adalah Guru dan murid di bumi ini.
Life is not a Competition and we are all teachers and students in this Universe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.