Salah
satu tantangan kita sebagai orangtua adalah mengembangkan bakat atau potensi
yang dimiliki anak. Bakat atau potensi adalah karunia dan titipan Tuhan
pada setiap individu untuk menjalani peran uniknya di dunia ini.
a. Potensi Anak Unik & Beragam
Sebagaimana
setiap anak adalah unik, demikian pula bakat dan potensi yang dimilikinya.
Keunikan setiap anak ini harus disadari sepenuhnya oleh orangtua, sehingga
orangtua tak jatuh pada tindakan membanding-bandingkan anaknya dengan anak
lain. Padahal, sudah jelas setiap anak berbeda dan unik, baik keunikan yang
berasal genetika maupun lingkungan tempatnya bertumbuh sejak bayi.
Potensi
dan bakat anak itu sendiri sangat beragam. Bakat itu bisa terkait dengan
hal-hal akademis yang bisa dikenali dengan nilai-nilai rapor, tetapi bisa juga
tak berhubungan dengan akademis. Penilaian bakat dan prestasi anak yang
didasarkan pada nilai rapor adalah terlalu menyempitkan makna kecerdasan dan
potensi anak.
Teori
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) menyebutkan ada 8 jenis kecerdasan
anak, yaitu: kecerdasan logika/matematika, kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan fisik/kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan
visual/spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan alam. Tapi kalau
kita bicara tentang potensi anak, tentu saja cakupannya bisa lebih luas dari
itu.
Jadi,
kesempatan bagi anak-anak kita untuk berkembang itu sangat luas dan tak
terbatas. Yang penting dia tekun dan bekerja keras pada hal-hal yang diminatinya.
b. Peran orangtua sebagai pembantu
Bakat
anak adalah titipan yang diberikan Tuhan kepada anak. Titipan itu melekat pada
anak dan menjadi milik anak, bukan milik orangtua. Oleh karena itu, setiap saat
orangtua harus menyadari bahwa fungsinya adalah membantu anak.
Orangtua
bukanlah penentu masa depan anak. Tetapi orangtua berperan untuk membantu agar
potensi-potensi yang dititipkan Tuhan kepada anak itu bisa keluar, ditemukan,
dan tumbuh berkembang.
Membantu
menemukan dan menumbuhkan bakat, berarti orangtua perlu berfokus pada kekuatan
(strength) anak, bukan pada kelemahannnya. Menumbuhkan bakat adalah usaha untuk
mengasah kekuatan anak. Ibaratnya, mengembangkan bakat adalah seperti membangun
bukit, bukan menutupi jurang.
c. Menciptakan Lingkungan, memberikan Stimulasi
Untuk
mengenali bakat dan potensi anak, peran orangtua utama adalah memberikan
lingkungan yang nyaman untuk tumbuh dan berkembangnya potensi anak itu. Anak
tidak merasa takut mengeluarkan dirinya. Anak juga merasa nyaman untuk
berproses dengan hal-hal yang menjadi minatnya, yang terkadang masih berubah-
ubah.
ubah.
Karena
anak masih berkembang, tugas orangtua adalah mendampingi. Terkadang orangtua
mengekspos anak pada sebuah hal tertentu, terkadang menemani, menyemangati,
menjadi teman diskusi, menguatkan anak agar terus bersemangat menempa diri.
Tapi terkadang, orangtua juga berperan membantu anak untuk
mengeksplorasi hal-hal baru di luar bidang yang selama ini digelutinya.
mengeksplorasi hal-hal baru di luar bidang yang selama ini digelutinya.
d. Bertumbuh bersama Waktu
Karena
setiap anak tumbuh dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda, demikian pula
perkembangan potensi anak tumbuh dengan cara yang beragam pula. Ada anak yang
cepat kelihatan dan mudah dikenali bakatnya. Ada anak yang tak tahu dan terus
mencari apa yang menjadi kesenangannya. Ada anak yang sudah
tetap minatnya. Ada yang anak yang masih berubah-ubah.
tetap minatnya. Ada yang anak yang masih berubah-ubah.
Demikianlah
memang dunia anak-anak. Orangtua memang perlu memfasilitasi anak, tetapi pada
saat bersamaan perlu memelihara kesabaran dan kelapangan hati kala anak tak
berkembang seperti yang diharapkannya.
Yang
penting, jangan berhenti berharap. Jangan berhenti berusaha dan memberikan
stimulasi pada anak. Kita tak pernah tahu kapan benih itu merekah dan benih apa
yang merekah diantara beragam benih kebajikan yang kita sebarkan pada anak.
e. Antara Kepentingan Anak & Ambisi
Orangtua
Dalam
proses pengembangan bakat pada anak, peran orangtua sangat dominan. Sebab, anak
masih sangat bergantung pada orangtua. Apa yang disukai dan didorong orangtua,
anak akan berusaha memenuhinya. Anak akan berusaha menggapai harapan-harapan
yang digantungkan orangtua kepadanya.
Di
sinilah fungsi orangtua menjadi penting untuk menjaga agar aktivitas-aktivitas
pengembangan bakat anak itu berada dalam koridor yang sehat. Koridor yang sehat
berarti aktivitas itu memang betul-betul untuk kepentingan anak, bukan sekedar
wujud ambisi orangtua. Ukuran sederhananya adalah anak menikmati proses
yang dijalaninya, bukan melakukan kegiatannya dengan terpaksa.
Dengan
menjaga agar pengembangan bakat berada dalam koridor yang sehat, pertumbuhan
potensi anak bisa terus berkembang dalam jangka panjang. Kalau tidak, setiap
waktu anak dapat memberontak karena tak mau dipaksa lagi oleh orangtuanya.
Tentunya
kita tak menginginkan hal seperti ini, kan?
(http://rumahinspirasi.com/bakat-anak-menggali-potensi-yang-terpendam/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar