Pages

Test Footer

Test Footer 2

Blogroll

Blogger templates

Test Footer 1

Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak (3): Disleksia (Lanjutan)

disleksia-kesulitan-belajarPenanganan disleksia

1. Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara
  • Demonstrasikan apa yang ingin dikerjakan anak.
  • Menceritakan kepada anak hal yang sedang dilakukannya.
  • Mendorong anak bercakap-cakap.
  • Memperlihatkan kepada anak gambar yang menarik (bukan gambar makhluk bernyawa, red.) sehingga anak mampu mendeksripsikan dan menginterpretasikannya.
  • Membaca dan menceritakan cerita pendek kepada anak.
  • Meminta atau memmberi dukungan kepada anak untuk bercerita di depan kelas tentang situasi menarik yang dialami di rumah atau di tempat lain.
  • Membuat permainan telepon-teleponan.
2. Pengembangan fungsi visual
a. Diskriminasi visual
  • Menandai bentuk yang berbeda. Misalnya, pilihlah gambar seri buah-buahan, lalu mintalah anak melingkari gambar buah yang berbeda.
  • Mendeteksi persamaan dan perbedaan benda. Misalnya, anak diminta menjelaskan perbedaan meja dan kursi.
  • Mengelompokkan benda/objek. Misalnya, anak diminta mengelompokkan daun yang sejenis atau mengelompokkan buah-buahan.
  • Menjodohkan huruf dan kata.
  • Menjiplak.
  • Menelusuri pola tertentu.
b. Resepsi visual
  • Ajari anak mengenali dan membedakan berbagai bentuk dan objek datar sederhana dalam ukuran, warna, dan posisi yang berbeda. Kemudian, teruskan mengenali bentuk tiga dimensi atau bentuk lain. Misalnya: segitiga, lingkaran, segiempat, tanda panah, huruf, dan kata.
  • Sediakan berbagai pengalaman kepada anak melalui kegiatan berbelanja, bepergian, atau bertamasya ke tempat rekreasi maupun hiburan.
  • Bantulah anak mengamati dan membicarakan hal-hal yang dilihat; bisa dilakukan melalui metode permainan.
  • Ajari anak memahami simbol-simbol dan gambar-gambar.
c. Asosiasi visual
  • Bantulah anak belajar mengidentifikasi konsep-konsep yang berlawanan dalam bentuk visual, yang dimulai dengan ciri nyata (besar-kecil) dan berangsur-angsur menuju ide yang lebih abstrak yang harus diverbalisasikan oleh anak (misalnya: bahagia-sedih).
  • Gunakan analaogi gambar. Misalnya, perlihatkan gambar kuda dan rumput, lalu mintalah anak untuk menemukan kesamaannya dengan gambar kucing atau ikan (catatan: hilangkan bagian kepada pada gambar, karena terdapat riwayat mauquf yang sanadnya sahih, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma; beliau berkata, “Gambar itu dikatakan hidup bila memiliki kepala. Maka jika kepalanya dipotong tidak lagi teranggap gambar hidup.”)*
  • Bantulah anak melakukan pengklasifikasian konsep ke dalam suatu kumpulan, melalui penemuan suatu gambar atau objek mengenai kategori khusus yang cocok, misalnya: buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Visual closure
  • Bermain puzzle.
  • Sajikan rangsangan visual (huruf, gambar, kata, dan warna) untuk beberapa detik atau menit, lalu mintalah anak memilih jenis yang sama di antara beberapa pilihan.
  • Sajikan pengalaman tidak lengkap dan mintalah anak mengintegrasikan semua bagian yang ditayangkan. Misalnya, latihan mengingat wajah.
e. Memori visual
  • Perlihatkan gambar kepada anak, lalu pindahkan tutupnya atau acaklah urutan gambar tersebut. Mintalah anak menyebutkan satu per satu jenis-jenis atau detail-detail dalam gambar.
  • Perlihatkan suatu gambar kepada anak, bisa berupa desain geomteri atau contoh gambar lainnya. Pindah, tutup, atau putar gambar tersebut dan mintalah anak menggambar dari memori yang dilihatnya. Jika anak tidak dapat menggambar sesuai detail yang ada, ulangi sampai anak melakukannya dengan baik. Dalam hal ini, kompleksitas dan pola gambar berangsur-angsur ditingkatkan.
  • Ajari anak teknik mengungkapkan kembali pengalaman visual secapat mungkin dengan menggunakan verbalisasi, pengelompokan, pembalikan, atau tanggapan motorik.
  • Kembangkan visual memori anak dengan cara melihat berbagai benda, objek, atau gambar yang terkondisikan sedemikian rupa. Misalnya, meminta anak memberikan objek yang dilihat secara visual atau berupa gambar, kemudian anak diminta memberikan warna pakaian yang dilihat.
3. Pengembangan fungsi auditif
a. Diskriminasi auditori
  • Berikan kepada anak suatu seri kata yang mulai dengan bunyi huruf awal yang sama.
  • Berikan kepada anak suatu seri kata bersajak, yang tergabung dengan kata lain tidak bersajak. Misalnya: bas, ras, mas, bis, tor, atau tip.
  • Ketuk atau pukullah suatu objek, sedangkan anak dalam kondisi memalingkan muka ke sisi lain. Kemudian mintalah anak menebak objek yang diketuk atau dipukul tersebut.
  • Tutup mata anak dan mintalah dia menceritakan arah asal bunyi yang didengar.
b. Resepsi auditori
Jika anak kesulitan menganalisis makna kata, sajikan pengalaman motorik secara simultan dengan rangsangan auditori, tetapi tetap menekankan makna auditori.
c. Auditori closure
Bantulah anak mengembangkan kebiasaan berlatih mendengarkan suatu pembicaraan dan mengatakannya kembali (secara berbisik) sebelum dikatakan secara keras atau secara sempurna.
d. Memori auditori
Ketuk bangku atau objek lain, lalu mintalah anak menerka banyaknya ketukan yang dilakukan, serta mintalah anak mengulangi pola ketukan tersebut.
4. Pendekatan pengajaran membaca bagi anak disleksia (pendekatan visual-auditif-kinestetik-taktil)
  • Berikan kartu huruf dan ucapkanlah, kemudian anak menirukan apa yang diucapkan.
  • Setelah nama huruf dikuasai anak, ucapkan bunyi huruf dan anak mengikutinya. Selanjutnya tanyakan kepada anak, “Apa nama bunyi huruf ini?” Lalu Anak diminta menyebutkan bunyinya.
  • Ucapkan bunyi huruf, sedangkan bagian kartu yang bertuliskan huruf tidak diperlihatkan kepada anak (menghadap ke Anda). Kemudian perlihatkan kartu tersebut dan tanyakan kepada anak tentang nama huruf tersebut, lalu anak menjawabnya.
  • Tuliskan huruf yang dipelajari, terangkan, dan jelaskan. Anak memahami bunyi, bentuk, dan cara membuat huruf dengan cara menelusuri huruf yang dibuat, lalu menyalin huruf tersebut berdasarkan memorinya. Akhirnya, anak menulis sekali lagi tanpa mencontoh. Setelah dikuasai betul oleh anak, lanjutkan dengan huruf lain. Jika anak sudah menguasai beberapa huruf, lanjutkan dengan merangkai kata dengan pola KVK (konsonan-vokal-konsonan).

Pada dasarnya, ada berbagai variasi tipe disleksia sehingga tidak ada satu pola baku yang cocok untuk semua tipe disleksia. Misalnya, ada anak disleksia yang mengalami hambatan dengan ingatan pendek, tetapi justru sangat baik dalam ingatan jangka panjangnya. Oleh sebab itu, sangat baik bila Anda konsultasikan masalah ini kepada ahlinya.
Sumber: 12 Permainan untuk Meningkatkan Intelegensia Anak, Dyan R. Helmi dan Saiful Zama, S.Psi., Cetakan Pertama, Januari, 2009, Penerbit: Visimedia, Jakarta Selatan.
Dengan beberapa pengubahan dan tambahan catatan oleh Redaksi UmmiUmmi.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.