Keriunduan untuk berbincang dengan seorang teman lama membuatku
meneleponnya. Perbincangan yang semula ringan akhirnya berubah serius
ketika berbicara tentang pendidikan anak.
“Haruskah pendidikan itu mahal? Aku ingin yang terbaik untuk
anak-anakku. Aku tidak ingin mereka masuk sekolah negeri biasa di mana
pergaulan cenderung tak terkontrol dan mereka belajar segala hal yang
bahkan tidak ada manfaatnya ketika mereka dewasa. Aku ingin anakku
mendapatkan pendidikan agama yang baik di sekolah, ingin memasukkan
mereka ke SDIT dengan basis agama yang kuat. Tapi apakah harus semahal
itu? Apakah pendidikan agama yang baik itu hanya milik orang mampu
saja?” Keluhnya.
Ada banyak alasan mengapa sekolah sejenis itu biayanya bisa melejit.
Umumnya sekolah dikelola oleh swasta, yang segala-galanya pendaannya
mulai dari uang masuk, uang gedung dan iuran bulanan (seperti SPP).
Membayar gaji guru, fasilitas layanan dan seterusnya. Dan semua itu
tidak murah. Saya tidak bisa memberi solusi apa-apa kecuali mengatakan,
“Kalau begitu berhentilah berpikir tentang karir dan konsentrasilah
mendidik anak-anakmu di rumah.” Ya, bukankah tugas utama seorang ibu
adalah mendidik anak-anaknya? Jika yang terjangkau adalah sekolah umum
biasa, maka ada banyak waktu untuk mengenalkan pelajaran agama di rumah
oleh orang tua. Sesunggunya anak-anak adalah amanat yang Allah berikan
kepada para orang tua. Betapa banyak orang tua yang mengharapkan
anak-anak menjadi orang-orang yang terhormat, namun lalai dari kebaikan
dalam agama? Mengutip ust Abu Qudamah pada kajian Ramadhan kemarin,
apakah kekhawatiran para orang tua seperti kekhawatiran Nabi Ya’qub
ketika bertanya kepada anak-anaknya, “Ma ta’buduuna min ba’diy (apa yang
kalian ibadahi sepeninggalku) ?” Ataukah lebih pada pertanyaan “Ma
ta’kuluuna min ba’diy (apa yang kalian makan sepeninggalku) ?”.
***
Kita memang lebih sering terjebak pada urusa dunia yang tampak nyata di
hadapan kita, dan akhirat hanya mengambil porsi waktu yang sagat kecil
dari detik-etik kehidupan kita. Astagfirullah...
[http://www.khayla.net/2014/08/mengembalikan-peran-ibu.html?]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar