Otak anak adalah sebuah komoditas bisnis potensial!
Para pengusaha berbagai jenis produk-anak telah cukup lama ambil
untung atas kepedulian para orang tua terhadap kecerdasan anak mereka.
Caranya
dengan mempublikasi klaim-klaim yang tidak terbukti ada pada
produk yang mereka tawarkan. Salah-konsep mengenai “kecerdasan” juga
banyak menimpa orang dewasa. Pakar Psikologi Klinik, Cheong Sau Kuan,
menerangkan kepada Anda memutuskan mana tentang hal yang benar dan hal
yang keliru.
Pertama
Mitos: Suplemen bisa melejitkan kecerdasan anak.
Realita: Tidak ada bukti ilmiah mendasar yang menunjukkan bahwa suplemen bernutrisi bisa melejitkan kecerdasan atau kesehatan anak.
Kedua
Mitos: Mendengar Mozart atau musik klasik yang lain selama usia awal bisa meningkatkan kecerdasan.
Realita:
Pertama, klaim ini belum terbukti secara ilmiah. Kedua, tidak ada bukti
nyata yang mengatakan bawha mendengar musik klasik bisa dan akan membawa
manfaat bagi kecerdasan anak. Penemuan riset dasar telah
dibesar-besarkan oleh media.
Ketiga
Mitos: Bermain edu-toy dan menonton edu-video bisa membuat anak-anak lebih cerdas.
Realita: Meski
ini mungkin memberi beberapa bentuk stimulus kepada anak, hasil riset
menunjukkan bahwa klaim tersebut tidak terbukti meningkatkan fase
“percabangan” dalam perkembangan otak. Video dan mainan hanya salah satu
stimulus yang tidak terbukti menyediakan tindak-balas kepada anak Anda.
Interaksi dalam jalinan cinta dan perhatian Anda masih menjadi stimulus
terbaik bagi si kecil.
Keempat
Mitos: Kecerdasan intelegensi (IQ) sudah tetap dan tak mungkin berubah.
Realita: Ini
tidak benar. Tiap individu memilki kisaran IQ yang mungkin saja berubah
tergantung stimulus yang mereka dapatkan dari lingkungan dan dari proses
belajar. Ketika lingkungan yang menstimulasi dipadukan dengan
kesempatan yang memadai untuk belajar, anak akan dapat memaksimalkan
kisaran IQ-nya.
—
Diterjemahkan dari Majalah Positive Parenting, Malaysia. http://mypositiveparenting.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar