Di bawah ini adalah ringkasan materi tarikh yang disampaikan setiap pertemuan di Full Day School IBNU ABBAS. Materi yang disampaikan sekali pertemuan adalah 1 nomor, dibawah ini materi tarikh terbagi menjadi 29 nomor, berarti 29 kali pertemuan.
Kurikulum Materi Tarikh (Usia 2-6 Tahun)
Anak Lebih Cerdas dengan Kelas Terpisah
Tidak sedikit orang tua bahkan guru di sekolah, baik
langsung maupun tidak langsung, sadar atau tidak sadar, telah memposisikan anak
seperti malaikat yang tidak berdosa dan tidak memiliki hawa nafsu.
Pendidikan Agama Sejak Dini
Pendidikan
agama sejak dini hendaklah sudah ada di rumah keluarga muslim. Didikan
tersebut bukan menunggu dari pengajaran di sekolah atau di taman
pembelajaran Al Qur’an (TPA). Namun sejak di rumah, orang tua sepatutnya
sudah mendidik anak tentang akidah dan cara beribadah yang benar. Kalau
memang orang tua tidak bisa mendidik demikian, hendaklah anak diarahkan
ke pre-school atau sekolah yang Islami sehingga ia sudah punya bekal
agama sejak kecil. Setiap orang tua tentu sangat menginginkan sekali anak penyejuk mata.
Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah
(13: 11) disebutkan, “Bapak dan ibu serta seorang wali dari anak
hendaknya sudah mengajarkan sejak dini hal-hal yang diperlukan anak
ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar
mengenai keimanan kepada Allah, malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari
akhir. Begitu pula hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak
semestinya diarahkan untuk mengerti shalat, puasa, thoharoh (bersuci)
dan semacamnya.”
Perintah yang disebutkan di atas adalah pengamalan dari sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak
kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul
mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun.
Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kembali dilanjutkan dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, “Hendaklah anak juga diperkenalkan haramnya zina dan liwath, juga diterangkan mengenai haramnya mencuri, meminum khomr (miras), haramnya dusta, ghibah
dan maksiat semacam itu. Sebagaimana pula diajarkan bahwa jika sudah
baligh (dewasa), maka sang anak akan dibebankan berbagai kewajiban. Dan
diajarkan pula pada anak kapan ia disebut baligh.” (idem)
Perintah untuk mendidik anak di sini berdasarkan ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
(QS. At Tahrim: 6). Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir (7: 321), ‘Ali
mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah, “Beritahukanlah adab dan
ajarilah keluargamu.”
Di atas telah disebutkan tentang perintah
mengajak anak untuk shalat. Di masa para sahabat, mereka juga mendidik
anak-anak mereka untuk berpuasa. Mereka sengaja memberikan mainan pada
anak-anak supaya sibuk bermain ketika mereka rasakan lapar. Tak tahunya,
mereka terus sibuk bermain hingga waktu berbuka (waktu Maghrib) tiba.
Begitu
pula dalam rangka mendidik anak, para sahabat dahulu mendahulukan
anak-anak untuk menjadi imam ketika mereka telah banyak hafalan Al
Qur’an.
Begitu pula Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendidik ‘Umar bin Abi Salamah adab makan yang benar. Beliau berkata pada ‘Umar,
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah) ketika makan. Makanlah dengan tangan kananmu. Makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).
Praktek
dari Ibnu ‘Abbas, ia sampai-sampai mengikat kaki muridnya yang masih
belia yaitu ‘Ikrimah supaya muridnya tersebut bisa dengan mudah
menghafal Al Qur’an dan hadits. Lihat bahasan ini di Fiqh Tarbiyatil Abna’ karya Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, hal. 86-87.
Semoga
Allah menganugerahi kepada anak-anak kita sebagai penyejuk mata bagi
orang tua. Mudah-mudahkan kita diberi taufik untuk mendidik mereka
menjadi generasi yang lebih baik.
Hanya Allah yang memberi hidayah dan kemudahan.
Referensi:
Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait, juz ke-13.
Fiqh Tarbiyatil Abna’, Syaikh Muthofa bin Al ‘Adawi, terbitan Dar Ibnu Rojab, cetakan tahun 1423 H.
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431
H.
—
Oleh Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Disusun di Warak, Panggang, Gunungkidul, @ Pesantren Darush Sholihin, dini hari, 8 Safar 1435 H
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom
Usia Berapa Anak Mulai Diajari Al Qur’an?
Fatwa Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i -hafizhahullah-
Soal:
Usia berapa usia yang paling afdhal untuk mulai mengajarkan Al Qur’an kepada anak? Dan bagaimana caranya?
Jawab:
الحمدُ لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصَحْبِه ومَن والاه، أمَّا بعدُ
Usia yang afdhal untuk mulai untuk mulai mengajarkan Al
Qur’an kepada anak adalah sejak tiga tahun. Karena ketika itu akalnya
mulai berkembang, memorinya masih bersih murni, ia masih senang dengan
kisah-kisah dan ia masih mudah menuruti apa yang diperintahkan.
Diantara metode yang bagus dalam mengajarkan hafalan Al Qur’an Al Karim adalah sebagai berikut:
- Hendaknya yang mulai mengajarkan hafalan Qur’an adalah kedua orang tuanya. Karena secara umum, pada seumur itu mereka belum bisa memiliki pelafalan yang stabil dan masih sulit memfokuskan diri untuk melafalkan bacaan dengan benar
- Hendaknya mendiktekan surat-surat pendek kepada anak, dan mengulang-ulang ayatnya. Jika ayatnya panjang, bisa dipotong-potong menjadi beberapa kalimat. Sampai mereka bisa mampu melatihnya dan mengulang-ulangnya sendiri tanpa didikte.
- Menggunakan beberapa media rekaman murattal yang dapat membantu anak menghafal Qur’an. Misalnya rekaman murattal Al Hushari.
- Menjelaskan makna-makna ayat dengan penjelasan yang menyenangkan. Misalnya dengan dibumbui candaan dan permisalan-permisalan. Hal ini memudahkan anak untuk menghafal karena jika mereka paham maksud ayat, akan lebih mudah menghafalnya.
- Tidak terikat dengan jangka waktu tertentu pada usia-usia awal. Namun ajari mereka jika ada kesempatan dan ketika semangatnya sedang timbul.
- Memasukkan mereka ke halaqah-halaqah yang mengajarkan Al Qur’an, yang sesuai dengan sunnah, jika ada.
- Mengerahkan segala upaya terhadap anak yang dapat membuat ia lebih mencintai Al Qur’an dan membakar semangatnya untuk menghafal. Di antaranya dengan memberinya hadiah yang ia sukai setiap kali menghafal panjang ayat tertentu. Selain itu juga tumbuhkan semangat perlombaan menghafal antara ia dengan saudaranya atau antara ia dengan teman-temannya.
Demikianlah caranya. Mengajarkan Al Qur’an kepada anak sejak kecil
membuahkan banyak kebaikan dan pahala. Hendaknya para orang tua
bersemangat mengajarkan anak mereka sejak dari kecil, semoga dari itu
semua mereka mendapatkan pahala yang besar insya Allah. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيرُكم من تعلَّم القُرآن وعلَّمه
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya” (Muttafaqun ‘alaihi)
Wallahu’alam
—
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id
Analisis Tahap Pencapaian Perkembangan (TPP) Anak
Beberapa prinsip-prinsip perkembangan menurut
Bredekamp, S.& Copple, C (1997)
dalam buku“How To Be a Good Teacher and To Be a Good Mother” (Hartati,
tt:17-23) yaitu:
Empat Mitos Pendidikan Anak dan Realitanya
Otak anak adalah sebuah komoditas bisnis potensial!
Para pengusaha berbagai jenis produk-anak telah cukup lama ambil
untung atas kepedulian para orang tua terhadap kecerdasan anak mereka.
Caranya
Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak (4): Disgrafia
Gangguan disgrafia mengacu kepada anak yang mengalamai hambatan dalam
menulis, meskipun intelegensianya normal (bahkan ada yang di atas
rata-rata) dan dia tidak mengalami gangguan dalam motorik maupun visual.
Gangguan ini juga bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi dan sosial
tetapi merupakan hambatan neurologis dalam kemampuan menulis, yang
meliputi hambatan fisik, seperti: tidak dapat memegang pensil dengan
benar atau tulisannya jelek. Anak dengan gangguan disgrafia mengalami
kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak
ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka. Berikut ini
ciri-ciri yang bisa dikenali dari penderita disgrafia.
- Tidak konsisten dalam membuat bentuk huruf.
- Penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
- Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
- Kesulitan dalam mengomunikasikan satu ide, pangetahuan, atau pemahamannya dalam bentuk tulisan.
- Sulit memegang pensil dengan mantap. Biasanya posisi tangan hampir menempel dengan kertas.
- Berbicara kepada diri sendiri ketika sedang menulis atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
- Cara menulis tidak konsisten dan tidak mengikuti alur.
- Walaupun hanya diminta menyalin contoh tulisan, anak tetap mengalami kesulitan.
Penanganan disgrafia
Dari delapan ciri disgrafia yang bisa dikenali, para psikolog sudah
menguraikan beberapa tahapan penanggulangan yang bisa dilakukan.
1. Pahami keadaan anak
Upayakan untuk tidak membandingkan anak yang mengalami gangguan ini dengan anak lain yang normal. Membanding-bandingkannya hanya akan membuat anak merasa stres dan frustasi.
Upayakan untuk tidak membandingkan anak yang mengalami gangguan ini dengan anak lain yang normal. Membanding-bandingkannya hanya akan membuat anak merasa stres dan frustasi.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan kepada anak untuk belajar menuangkan ide-idenya dengan menggunakan media komputer. Penggunaan komputer memungkinakan anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar dia mengetahui kesalahannya secara langsung.
Berikan kesempatan kepada anak untuk belajar menuangkan ide-idenya dengan menggunakan media komputer. Penggunaan komputer memungkinakan anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar dia mengetahui kesalahannya secara langsung.
3. Bangun rasa percaya diri anak
Berilah pujian pada saat yang tepat dan wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Selain itu, jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan hal-hal yang sedang dilakukan anak karena itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustasi. Jika ini yang terjadi, akan terjadi kontradiksi dengan upaya penanggulangan hambatannya dan ini akan sulit kembali membangun rasa percaya diri anak.
Berilah pujian pada saat yang tepat dan wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Selain itu, jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan hal-hal yang sedang dilakukan anak karena itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustasi. Jika ini yang terjadi, akan terjadi kontradiksi dengan upaya penanggulangan hambatannya dan ini akan sulit kembali membangun rasa percaya diri anak.
4. Latih anak terus menulis
Upayakan setiap peristwa menjadi saat-saat latihan bagi anak untuk menulis. Berikan tugas-tugas yang menarik, seperti: menulis surat untuk teman, untuk orang tua, menulis dalam selembar kartu pos, dan yang sejenisnya. Upaya-upaya ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menunangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan nyata.
Upayakan setiap peristwa menjadi saat-saat latihan bagi anak untuk menulis. Berikan tugas-tugas yang menarik, seperti: menulis surat untuk teman, untuk orang tua, menulis dalam selembar kartu pos, dan yang sejenisnya. Upaya-upaya ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menunangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan nyata.
Sumber: 12 Permainan untuk Meningkatkan Intelegensia Anak, Dyan R. Helmi dan Saiful Zama, S.Psi., Cetakan Pertama, Januari, 2009, Penerbit: Visimedia, Jakarta Selatan.[http://ummiummi.com/mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak-4-disgrafia]
Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak (3): Disleksia (Lanjutan)
Penanganan disleksia
1. Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara
- Demonstrasikan apa yang ingin dikerjakan anak.
- Menceritakan kepada anak hal yang sedang dilakukannya.
- Mendorong anak bercakap-cakap.
Ya Ukhti, Tempat Kita Bukan di Jalan
Mengembalikan Peran Ibu
Keriunduan untuk berbincang dengan seorang teman lama membuatku
meneleponnya. Perbincangan yang semula ringan akhirnya berubah serius
ketika berbicara tentang pendidikan anak.
Ada Seorang Ibu yang Hebat di Balik Sosok yang Hebat
Tips Menghilangkan Malas untuk Para Ibu
Manajemen Dapur, Perlukah?
Wanita
memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur rumah tangga. Tetapi
realitanya, tidak semua wanita bisa dengan mudah menjalankan peran
tersebut.
Mari Membuat Jadwal Belajar Anak
Jadwal
belajar anak ini bisa dilakukan di rumah, atau diterapkan di sekolah. kurikulum
atau materinya bisa ambil di draft kurikulum pada postingan sebelumnya.
Kurikulum Anak Usia 2-6 Tahun
TEMA DAN SUB TEMA
SEMESTER I
AKU
( 3 Pekan)
- Identitasku(nama, usia, jenis kelamin, nama ayah/ibu, alamat rumah)
- Nama anggota tubuh
- Ciri-ciri anggota tubuh (warna, bentuk jumlah)
- Kesukaanku (makanan, permainan, warna, kegiatan)
- Alat indra dan fungsinya
Pengaruh Televisi Terhadap Kemampuan Anak
Pentingnya Mengajari Anak Mengantri
Bagaimana Menghasilkan Bayi Kuat Sejak Dari Kandungan?
Cara Mendidik Mempengaruhi Pola Pikir Anak
Belajar Bekerja Dan Mencari Uang Dari Hasil Keringat Sendiri
Mata Boleh Buta, Tapi Tidak Dengan Hati
Empati Pendidikan Untuk Anak Miskin
Alhamdulillahiwahdah wash shalatu
wassalamu ‘ala rasulillah.
“Jangan Berikan Ikanya Saja”
Demikian pula kita sebagai seorang guru, pendidik, dan orang tua
jangan hanya ajarkan materi pelajaran yang begitu banyak, tetapi bekali anak
dengan MOTIVASI belajar dan pengetahuan bagaimana cara belajar yang baik.
Langganan:
Postingan (Atom)