Sekolah-sekolah di Jepang ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mendidik etika perilaku dan budipekerti murid-murid sekolah mereka mulai pra sekolah atau TK hingga Sekolah Dasar, selama kurun waktu lebih kurang 2+6 tahun. = 8 tahun.
Hampir setiap hari anak-anak di berikan pelajaran praktek tentang "Mengelola Sampah" **bukan membuang sampah karena disana sampah itu akan selalu di daur ulang untuk bisa di manfaatkan kembali untuk masyarkat atau di jadikan bahan bakar alternatif dan sebagainya.
Di sekolah anak-anak juga dilatih untuk membersihkan kelas, membersihkan toilet sekolah, merapikan ruang kelas, menata sepatu, berkata santun, hadir tepat waktu, berlatih kejujuran dan semua budi pekerti lainnya, juga di latih dasar-dasar life skill seperti memasak, saling membantu, melayani dan tolong menolong serta ramah alam dan lingkungan seperti menjaga keseimbangan ekosistem.
Sehingga seandainya seseorang tidak mau lanjut ke perguruan tinggi karena alasan pribadi mereka, maka merekapun sudah tahu bagaimananya hidup tertib, jujur, bersih, rapih dan beretika moral yang baik dilingkungan masyarakat.
Dan ternyata hasilnya sungguh luar biasa.!
Mungkin bisa dilihat secara sederhana, misalnya saja selokan-selokan di pusat kota, seperti Tokyo hingga di pedesaan terlihat jernih, bersih terawat dan bisa di huni oleh Ikan-ikan KOI tanpa takut TERCEMARI oleh limbah rumah tangga atau pabrik, atau orang yang buang sampah sembarangan ke Got, serta tanpa TAKUT DI CURI oleh orang yang lewat atau masyarakat yang tinggal di sekitarnya. (Bebas Limbah dan Bebas Pencurian)
Bandingkan dengan selokan-selokan yang ada di Ibukota Jakarta atau mungkin juga yang ada di sebagian besar desa-desa di Indonesia.
Jika negara maju seperti Jepang saja justru sekolah-sekolahnya lebih berfokus untuk mengajarkan praktek etika prilaku moral dan budi pekerti anak sejak usia dini lalu mengapa sekolah-sekolah di Indonesia malah sibuk mewajibkan baca tulis hitung bagi siswa-siswa sekolah TK atau SDnya ?
Hingga terlihat sangat jelas bedanya, Coba deh pikirkan sekali lagi dan tanya mengapa?
Jika anda setuju silahkan sebarkan kisah ini pada sebanyak-banyaknya orang tua dan guru yang anda kenal, semoga saja bisa membawa perubahan bagi negeri kita. - Ayah Edy-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar